Tania nampak begitu terpukul akibat meninggalnya kedua orang tuanya, Handi berusaha menenangkan Tania namun usahanya tidak membuahkan hasil hingga akhirnya Handi pun meminta asisten rumah tangga Tania untuk membawa anak ini pulang ke rumah karena Tania nampak begitu sedih dan lemas.
“Nona ayo ikut pulang bersama kami.”
“Tidak mau, aku tidak mau pulang, Bi.”
“Tania tolong kamu dengarkan apa yang Bibi katakan,” ujar Handi.
“Tidak mau! Aku tidak mau pulang.”
“Namun kamu perlu istirahat, Nak.”
“Tidak! Aku tidak mau pulang.”
Pada akhirnya Handi terpaksa menyuruh mereka untuk pergi karena tidak tega melihat kondisi Tania yang begitu memprihatinkan setelah mendapatkan kabar kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Setelah Tania pergi, tidak lama kemudian Ester kembali ke rumah duka untuk menemani suaminya, Ester mengatakan bahwa sebentar lagi Handi akan menjadi Komisaris Pratama Group.
“Apakah itu penting sekarang?”
“Kecilkan suaramu, kita sedang ada di tempat umu,” ujar Ester.
Handi nampak mengusak rambutnya frustasi, ia menatap nanar kedua peti mati yang berisi kakak dan kakak iparnya itu, ada penyesalan dalam diri Handi bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa pada mereka berdua.
*****
Hari pemakaman pun tiba, para pelayat datang ke makam dan menyaksikan secara langsung proses pemakaman
Bima dan Hanum, nampak Handi begitu sedih dan terpukul sementara Ester menggunakan kaca mata hitam untuk menutupi matanya yang sama sekali tidak bersedih akibat kepergian kedua orang itu. Setelah acara pemakaman selesai kini para pelayat membubarkan diri dan tersisa Handi dan Ester saja di pemakaman, Ester membuka kaca mata hitamnya setelah merasa semua sudah aman dan terkendali.
“Lebih baik kita pulang,” ujar Ester menepuk bahu suaminya.
“Kalau kamu memang ingin pulang, pulanglah sendiri, aku masih ingin di sini,” ujar Handi.
“Baiklah, ratapi kepergian Bima sepuasnya,” ujar Ester angkuh dan ia kembali mengenakan kaca mata hitamnya seraya berjalan menuju mobil yang sudah menunggunya.
Nampak langit seketika mendung dan terdengar suara petir menggelegar, namun Handi tetap saja bertahan
di makam itu, ia memeluk nisan mendiang kakaknya, ia menyesali perbuatan Ester yang telah membunuh Bima dengan sengaja.
“Aku minta maaf Kak, maafkan aku,” isak Handi berbarengan dengan air hujan yang mulai turun dari langit.
Handi menangis pilu sambil memeluk kayu nisan mendiang Bima, sementara itu Ester memperhatikan suaminya dari dalam mobil tanpa perasaan belah kasih.
*****
Ester nampak menelepon seseorang saat ini ketika Handi baru saja keluar dari kamar mandi, Ester nampak tertawa dan ia pun menutup sambungan telepon sesegera mungkin setelah suaminya sudah keluar dari kamar mandi.
“Siapa yang kamu telepon itu?”
“Apakah itu penting?”
“Siapa Ester?”
“Sudahlah, kamu tak perlu tahu Handi, yang jelas sebentar lagi kamu akan menjadi Komisaris Pratama Group
itu saja yang perlu kamu ketahui.”
“Kalau aku tidak mau menjadi Komisaris Pratama Group, memangnya kenapa?”
“Apa katamu? Bukannya dulu kamu sangat ingin posisi itu?!”
“Semua berubah Ester, aku menyadari kemampuanku tidak seperti Kak Bima, dia memang layak menjadi Komisaris perusahaan dibandingkan aku.”
“Dan kamu ingin menyerahkan jabatan itu begitu saja?! Di mana akal sehatmu, Handi?!” seru Ester tak terima.
“Aku tak peduli Ester, aku tidak dapat menjadi Komisaris perusahaan itu.”
“Kamu akan menjadi Komisaris atau kita akan berpisah.”
“Kenapa kamu malah mengancamku?”
“Aku hanya memberikanmu sebuah pilihan, apakah kamu memilih untuk tidak menjadi Komisaris perusahaan
dan hubungan kita sampai di sini atau kamu memilih untuk tetap melanjutkan ini sampai akhir?”
“Aku jadi curiga padamu, kamu pasti memiliki motif lain dengan menjadikanku sebagai Komisaris perusahaan
bukan? Katakan apa motifmu.”
“Aku hanya membantumu menjadi Komisaris, perkara kamu mampu atau tidak kamu hanya perlu mengikuti apa
kata-kataku.”
*****
Tania begitu sedih walaupun asisten rumah tangganya sudah mencoba menghibur gadis itu namun tetap saja tidak berhasil, Tania masih saja menangis dan memanggil nama kedua orang tuanya, pada pagi ini Ester dan Handi datang ke rumah untuk memberikan kabar pada para asisten rumah tangga dan staf yang bekerja di rumah ini bahwa mereka akan pindah ke rumah ini setelah 1 bulan kepergian Bima dan Hanum, tidak ada yang bicara ketika Ester mengatakan itu, mereka hanya menundukan kepala mereka dalam-dalam.
“Kalian pasti akan masih aku pekerjakan asalkan kalian bersikap baik dan tidak berkhianat karena kalau kalian berani berkhianat maka aku tidak akan segan-segan membuat kalian kehilangan pekerjaan, kalian tahu sendiri siapa aku bukan?”
“Iya Nyonya.”
“Baguslah kalau kalian mengerti, di mana anak itu?”
“Nona Tania ada di kamar.”
Ester nampak langsung pergi ke kamar Tania tanpa menunggu suaminya, ia langsung membuka pintu kamar
Tania dan membuat anak itu terkejut, Ester nampak tersenyum penuh arti pada anak itu dan kemudian ia berjalan mendekati Tania.
“Bagaimana kabarmu pagi ini, anak manis?”
“Aku... aku ....”
“Aku punya kabar gembira untukmu, kamu tidak akan lagi sendirian di rumah ini karena kami akan pindah ke
sini tidak lama lagi.”
“Ester, apa-apaan kamu ini? Kenapa bicara begitu pada Tania?”
“Memangnya apa salahnya? Toh aku hanya mengatakan yang sebenarnya kalau kita akan pindah ke rumah ini.”
*****
Bulan berganti dan kini Ester dan keluarganya sudah pindah ke rumah ini setelah ia memanipulasi surat wasiat yang ditulis oleh Bima, tentu saja Ester memberikan ancaman pada pengacara mendiang Bima agar mengubah isi wasiat Bima agar ia dan suaminya memiliki hampir seluruh aset kekayaan dari keluarga Pratama namun langkah Ester itu nampak tidak didukung oleh keluarga besar Pratama, walaupun banyak gunjingan dan jegalan toh nyatanya Ester wanita yang licik dan rela melakukan apa saja untuk memuluskan ambisinya, ia berhasil memenangkan sengketa soal harta warisan kini wanita itu dapat hidup bergelimang harta dari kekayaan keluarga ini dan menjadikan suaminya sebagai Komisaris boneka perusahaan itu karena yang mengatur semua urusan di perusahaan adalah dirinya.
“Hei!” seru Ester ketika Tania baru saja pulang sekolah.
Tania nampak menghentikan langkah kakinya ketika Ester memanggilnya, wanita itu memberikan isyarat lewat
jari telunjuknya agar Tania mendatanginya maka anak itu pun mendatanginya dengan perlahan dan wajahnya tertunduk.
“Kenapa kamu tidak menatapku? Tatap mataku saat aku bicara denganku, apakah kamu mengerti?!” seru
Ester.
“Maaf Nyonya.”
“Dengar ini baik-baik Tania, kamu bukanlah orang yang berkuasa di rumah ini, namun aku adalah orang yang berkuasa di rumah ini, aku yang mengendalikan hidup semua orang jadi ikuti perintahku, apakah kamu dapat mengerti itu?”
“Mengerti, Nyonya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments