Tania merasa tersiksa ketika berada di rumah Ester, bagaimana tidak wanita itu selalu memperlakukannya dengan buruk, tidak jauh berbeda dengan perlakuan Jihan padanya yang juga buruk, mereka berdua akan menjadikan Tania sebagai seorang pembantu di rumah ini. Tania sering disuruh mengerjakan PR milik Jihan selain itu ia juga dilarang sembarangan makan di rumah ini, semua harus seizin dari Ester karena kalau Tania sampai berani melakukan sesuatu yang tidak Ester minta maka wanita itu akan berlaku kasar padanya.
“Apakah kamu sudah selesai mengerjakan PR nya?”
Tania hanya diam saja ketika Jihan bertanya padanya, Jihan pun kesal dengan sikap diam Tania, ia mengadu pada sang mama dan benar saja Ester langsung datang dan menarik tangan Tania kasar.
“Anakku bilang kalau kamu sudah bersikap kurang ajar, apakah itu benar?”
“Aku mau pulang.”
“Pulang? Kamu bilang mau pulang, hah?!”
Tania hanya dapat menundukan kepalanya dan terisak pelan, Ester mengatakan bahwa Tania tidak akan pulang ke rumahnya karena Ester akan pastikan bahwa Tania selama-lamanya akan tinggal di rumah ini bersama mereka.
“Aku akan pastikan kalau kamu akan selama-lamanya tinggal di rumah ini.”
“Tidak, aku tidak mau tinggal dengan Tante, aku mau pulang.”
“Jangan berisik, kamu!”
Namun Tania terus saja berisik dan mengatakan kalau dia ingin pulang, Ester tak mempedulikan anak itu dan membawa Jihan pergi bersamanya keluar dari kamar anak itu.
“Tante, aku mau pulang.”
*****
Rupanya suara Tania dari dalam kamar Jihan terdengar sampai ke lantai bawah, Ester dan Jihan yang baru saja turun dari lantai dua menemukan sang suami sudah pulang bekerja.
“Kamu sudah pulang rupanya.”
“Apakah itu suara Tania?”
“Iya, itu memang suara Tania.”
“Kenapa kamu tidak menenangkan anak itu dan membiarkannya menangis seperti itu?”
“Sayang, Mama dan Papa butuh waktu bicara sebentar, ok?”
Jihan menganggukan kepalanya dan kemudian pergi meninggalkan Ester dan Handi bicara empat mata, Ester nampak berkacak pinggang dengan sikap suaminya yang mempedulikan Tania.
“Kenapa kamu mempedulikan anak itu?”
“Kenapa? Dia anaknya Kak Bima, dia keponakanku, wajar kalau aku peduli padanya?”
“Handi, apakah kamu lupa tujuan kita sebelum ini?”
“Ester, lebih baik hentikan semua ini, aku tidak sanggup melakukannya.”
“Jadi kamu akan mundur begitu saja? Handi, pikirkan kamu akan menjadi Komisaris Utama Pratama Group andai saja Bima disingkirkan, bukankah selama ini itu adalah mimpimu?”
“Tidak Ester, Kak Bima sudah berjasa banyak padaku, aku tak akan setega itu menyingkirkannya.”
“Ya Tuhan, apa yang sudah merasukimu Handi?! Kita sudah menyusun semua rencana dengan baik dan matang dan tiba-tiba kamu ingin menyudahi rencana ini? Apakah kamu sudah tidak waras?”
“Aku sadar bahwa aku telah termakan ucapan berbahayamu, aku khilaf dan aku baru sadar bahwa... aku tidak sanggup untuk membuat Kak Bima celaka.”
*****
Handi mendatangi kamar Jihan, ia menghampiri Tania yang menangis di kamar putrinya, Handi berjalan menghampiri Tania dan mensejajarkan tubuhnya dengan anak yang menangis itu.
“Sayang, kenapa kamu menangis?”
“Aku mau pulang Om.”
“Di rumah tidak ada siapa pun, Nak, kedua orang tuamu sudah meminta Om dan Tante menjaga kamu selama
mereka ada di luar kota.”
“Aku tidak mau tinggal di sini, Om, aku tidak mau.”
“Apakah karena Tante Ester dan Jihan?”
Tania menganggukan kepalanya, Handi mengelus kepala Tania dan menenangkan anak itu, ia mengatakan bahwa Tania tidak perlu takut pada Ester dan Tania karena Handi akan melindunginya.
“Kamu tak perlu khawatir tentang mereka berdua sayang, Om akan melindungi kamu.”
“Apakah itu benar?”
“Iya sayang, kamu tidak perlu khawatir, kamu bisa tidur di kamar sebelah kalau kamu mau.”
Maka kemudian Handi membawa Tania pergi ke kamar sebelah, setelah menidurkan Tania di kamar itu, Handi keluar dari dalam kamar dan mendapati Ester sudah berdiri dengan melipat kedua tangannya.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Aku hanya berusaha membuat Tania nyaman di sini selama Kak Bima dan Kak Hanum pergi.”
*****
Setelah Handi dan kedua anaknya pergi ke kantor, Ester nampak menelpon orang suruhannya, ia mengatakan
bahwa sebaiknya rencana mereka dipercepat saja, ia sudah tidak sabar untuk mendapatkan kekayaan yang berlimpah dari Pratama Group, apa pun caranya perusahaan itu harus menjadi miliknya.
“Aku tidak mau tahu bagaimana caranya, pokoknya lakukan seperti yang sudah kita rencanakan.”
......
“Tentu saja, aku tidak akan membuat kalian berdua di penjara atas perbuatan kalian, apakah kalian meragukanku?”
.......
“Pokoknya besok aku ingin mendengar bahwa kedua orang itu sudah tidak bernyawa, apakah kalian bisa melakukan itu?”
......
“Baiklah kalau begitu, tolong jangan buat aku kecewa.”
TUT
Ester menutup sambungan telepon dengan seringai jahatnya, ia sudah benar-benar tidak sabar untuk mendengar kabar Bima dan Hanum tewas dalam skenario yang sudah ia susun dengan apik ini.
“Maafkan aku Bima, namun aku tidak dapat membiarkan kamu hidup, aku harus membuat kamu meninggalkan
dunia ini agar aku dapat menguasai seluruh kekayaan keluarga Pratama.”
Sementara itu Handi baru saja tiba di sekolah Jihan dan Tania, Jihan langsung turun dari mobil Handi setelah ia berpamitan pada sang papa, kini Tania agak ragu untuk turun dari mobil Handi dan pria itu seolah tahu apa yang ada di pikiran Tania.
“Tania sayang, apakah kamu takut?”
“Iya Om, aku tidak mau ke sekolah, aku mau pulang saja.”
*****
Sementara itu di sebuah hotel yang ada di Bali, nampak Bima dan Hanum baru saja menyelesaikan penandatangan kontrak kerja sama dengan salah satu investor asal China yang setuju untuk berinvestasi di perusahaan mereka, penandatangan itu berlangsung lancar tanpa adanya kendala berarti, setelah penandatangan kerja sama itu berlangsung kini Bima dan Hanum sedang dalam perjalanan pulang ke hotel mereka sebelum besok pagi mereka akan kembali ke Jakarta bertemu kembali dengan Tania, yang sudah mereka tinggalkan selama 2 hari lamanya.
“Aku merasa kasihan pada Tania, aku merasa bersalah karena sikapku padanya tidak baik waktu itu.”
“Sudahlah, kamu tak perlu memikirkan itu, saat ini Tania sedang ada dalam pengawasan orang yang tepat.”
“Iya kamu benar, aku harap hari cepat berganti dan kita bisa secepatnya kembali ke Jakarta karena aku sudah sangat mengkhawatirkannya.”
Akhirnya Bima dan Hanum tiba juga di hotel tempat mereka menginap, kini keduanya masuk ke dalam kamar
hotel, Bima mengatakan bahwa sebaiknya Hanum pergi mandi dulu namun sang istri mengatakan sebaiknya Bima saja yang mandi duluan.
“Baiklah, aku mandi dulu.”
Bima pergi ke kamar mandi meninggalkan istrinya yang tengah duduk di kasur, ia menghela napasnya berat sebelum ia terkejut bukan main saat seseorang menekan bel pintu dari luar.
“Siapa, ya?”
“Room service.”
“Tapi saya tidak memesan apa pun.”
“Saya hanya melakukan tugas saya Nyonya.”
Hanum yang penasaran kemudian membuka pintu kamar hotel dan yang terjadi selanjutnya adalah terdengar suara letupan senjata api dan Hanum sudah tergeletak di lantai dengan bersimbah darah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments