Sekarang aku justru malah kebingungan karena sudah tidak memiliki uang lagi, sisa satu lembar saja jelas tidak akan cukup untuk membiayai hidupku dan makanku selama beberapa Minggu ke depan ini, dan sekarang aku harus kembali memutar otak agar bisa mencari pekerjaan sampingan lainnya agar bisa menghasilkan uang untuk biaya makanku saja.
"Aishh ..kemana aku harus mencari pekerjaan sekarang, mana sulit sekali lagi, apa aku harus jadi kenek di bus juga? Aaahh... Kalau jadi kenek aku pasti akan masuk angin kalau tidak tanganku yang akan pegal dan tenggorokan yang kering karena harus terus berteriak dengan kencang. Tapi apa lagi yang bisa aku kerjakan." Gerutuku saat itu.
Terpaksa aku tetap harus melakukannya, saat tugasku di pasar sudah selesai, aku langsung pergi ke terminal dan menjadi calo untuk beberapa bus yang ada disana, selain itu aku juga bisa membantu banyak orang untuk mengangkut beberapa barang bawaan mereka dan mendapatkan uang tip yang lumayan untuk menambah-nambah uang makanku saat ini.
Walau tanganku terasa sangat pegal dan masih tetap harus mengangkat banyak kardus disana, tetap saja aku harus melakukannya, bahkan jadi tukang ojek sekalipun aku akan melakukannya asalkan aku mendapatkan uang yang halal saat ini.
Seperti sekarang ketika aku tengah duduk di motorku dan menghitung hasil uang tip yang aku dapatkan dari beberapa orang yang aku bantu membawakan barang disana itu sudah cukup lumayan dan tadinya aku berniat untuk pulang karena ini sudah hampir malam, namun disaat aku baru saja menyalakan sepeda motorku, seorang pria memanggil aku dari samping dan dia mengira aku sebagai ojek saat itu.
Mungkin karena penampilanku yang memang mirip seperti tukang ojek saat itu, jadi wajar saja jika pemuda tersebut berpikir demikian tentangku dan aku juga tidak keberatan tentang hal tersebut.
"Permisi mbak, apa kamu tahu dimana kampung rentenir?" Tanya pria tersebut kepadaku.
"Tahu, itu kampung tempat aku tinggal, memangnya kenapa? Mas nya mau pergi ke sana ya?" Balasku kepadanya dengan cepat.
"Oh... syukurlah, kalau gitu bisa antarkan aku ke sana? Kamu ojek kan?" Ucap pria itu kepadaku.
"Ahh..iya.. boleh-boleh, ayo naik aku akan mengantarmu dengan selamat, pakai helm nya," ucapku kepada pria tersebut dengan cepat.
Dia pun segera naik ke belakang dan aku segera melanjukan motorku dengan cepat menuju kampung rentenir sekaligus untuk pulang saat itu.
Aku terus saja mengantarkan pria tersebut yang kelihatan dia bukan dari kampungku dan dia justru meminta aku untuk mengantarkannya ke rumah milik kepala desa yang tidak lain adalah rumah umi Salma, aku mengantarkannya dengan cepat dan sangat penasaran kenapa pria itu malah mengenali umi Salma sebab setahuku umi Salma tidak memiliki seorang anak pun selama ini.
"Kamu antarkan saya ke rumah umi Salma ya, pasti tahu umi Salma yang kepala desa itu kan?" Ujar pria itu pada awalnya kepadaku.
"Ohhh...umi ya, iya aku tahu aku bekerja padanya tentu saku tahu, rumahnya ada di perbatasan kampung, cukup jauh dari sini," balasku kepadanya.
"Begitu ya, tapi nama kampungmu ini cukup aneh ya, aku baru kali ini mendengar nama kampung yang unik seperti ini," ujar pria itu lagi yang hanya bisa aku tanggapi dengan senyuman kecil, karena aku juga memikirkan hal yang sama dengannya dan tidak bisa menjelaskan semuanya dengan rinci kepada dia dalam keadaan seperti ini.
"Tapi darimana kamu mengenal umi Salma, setahuku dia tidak memiliki putra, dan apa kamu dari kota ya, aku belum pernah melihatmu," balasku kepadanya saat itu.
Aku sungguh sangat penasaran dengan pria itu, karena wajahnya terlihat begitu asing, makanya aku memberanikan diri untuk bertanya kepadanya, terlebih dia juga kelihatan cukup ramah padaku saat itu.
"Oh ..iya aku dari kota, aku kemari untuk melakukan penyuluhan saja, karena aku di tugaskan oleh rumah sakit pusat untuk datang membantu perawat di desa ini yang katanya belum ada dokter tetap disini, jadi aku menggantikan dokter sebelumnya, sampai dokter lain bisa di tugaskan kembali ke desa ini," balas pria itu yang membuat aku cukup kaget.
Aku langsung terperangah saat tahu ternyata pria itu seorang dokter, sebab penampilan sama sekali tidak terlihat seperti seorang dokter, wajahnyanterlalu muda untuk jadi seorang dokter, karena biasanya dokter yang datang ke desa ini adalah pria botak atau ibu-ibu yang sudah berumur tua, karena katanya dokter muda dari kota tidak ada yang mau datang ke pelosok desa seperti desaku ini yang cukup sulit untuk di jangkau masyarakat dari kota, sebab perjalanannya yang cukup jauh dan memerlukan satu hari satu malam dengan kendaraan darat untuk sampai ke mari.
Makanya saat mendengar dia dokter baru yang akan menggantikan dokter sebelumnya aku cukup kaget dan kagum dengannya karena dia menjadi dokter muda pertama yang mau datang ke kampung seperti ini.
"Wahh ....jadi aku sekarang membonceng seorang dokter ya, ahah... Kenapa aku jadi gugup ya, apa kau tidak merasa risih atau tidak keberatan di tugaskan di kampung seperti ini, disini sangat jauh sekali dengan dikota, kau lihat jalanan tadi bukan, jalannya sangat kecil dan minim kendaraan di sekitar sini, hanyanbisa masuk sepeda motor saja, mobil hanya bisa sampai di gapura, apa pak dokter yakin bisa betah dan tinggal di kampung seperti ini?" Ucapku kepadanya dengan penuh keberanian.
"Ohhh... Sebenarnya saya cukup sulit untuk menerima semua ini, tapi sebagai penerus pimpinan perusahaan pusat, bukankah seharusnya saya memiliki banyak pengalaman, dan harus mengetahui kondisi di berbagai wilayah, lagi pula meskipun agak sulit tetapi saya harus tetap melakukan, sebagai seorang dokter kita harus bertanggung jawab atas tugas apapun yang di berikan dan membantu semua orang tanpa pandang bulu, mau itu di desa, di kota atau bahkan di luar negeri sekalipun, selama bisa aku jangkau, aku akan melakukannya," balas dokter tersebut yang semakin membuat aku kagum mendengarnya.
Baru kali ini aku menemukan seseorang yang memiliki pemikiran bijak dan luas sepertinya, pola pikir yang dokter itu miliki cukup membuat aku merasa kagum dengannya.
"Pak dokter hebat sekali ya, tenang saja pak dokter kalau sampai sesuatu terjadi pada pak dokter, langsung saja pergi ke posko di pasar, katakan pada anak-anak yang berpenampilan seperti preman disana kalau pak dokter mengenali saya, mereka pasti mau membantu kesulitan apapun yang pak dokter miliki, atau pak dokter bisa pergi mencari saya langsung, saya pasti bantu kok," balasku kepadanya.
"Terimakasih banyak, sepertinya kamu orang yang baik," balas dokter itu padaku.
Aku hanya bisa tersenyum saja menanggapi ucapannya, setiap kali ada orang yang menganggap aku baik, aku merasa menjadi lebih buruk, sebab aku sama sekali tidak sebaik yang orang pikirkan, aku hanya wanita yatim piatu yang harus menjalani kehidupan dengan keras dan menggantungkan hidup dengan membentak banyak orang di pasar, berkelahi dengan preman yang ada disana ataupun melakukan hal yang terkesan buruk lainnya.
Meski aku memiliki alasan untuk melakukan semua hal itu, tetapi aku juga sadar semua itu tetaplah hal yang tidak bisa aku benarkan, aku gadis yang tomboi, sangat berbeda dengan gadis lain di desa ini yang kebanyakan terlihat cantik dan feminim, memakai pakaian cantik yang mereka miliki, bukan pakaian lusuh dengan topi di kepala yang terbalik dan sebuah tas di depan dada sepertiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments