Begitu selesai dari kamar mandi, Pangestu tidak lantas kembali ke kamarnya. Malah rebahan santai di di atas ranjang.
"Pangestu, kamu tidak balik ke kamar mu?", tanya Indah sambil mengenakan pakaiannya.
"Untuk Apa, sekarang aku tidak ingin berjauhan dengan mu walaupun sedetik. Kamu lupa kalau ayah sedang pergi ke luar kota?", Pangestu mengingatkan Indah.
"Pangestu, Bagaimana kelanjutan hubungan kita ke depannya?. Aku tidak mau gara-gara perselingkuhan kita ini. Aku di tendang oleh pak Tedja dari rumah ini. Aku tidak mau hidup melarat, kembali kepada kehidupan masa laluku", Indah Ingin hubungan terlarang nya disudahi saja.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan aku juga tidak mau berpisah dari mu. Aku sudah sangat mencintaimu. Aku sudah pernah mencoba untuk melupakan mu, tetapi aku tidak mampu. Hidupku terasa hampa dan tidak berarti tanpa mu", Pangestu mengakui perasaannya.
"Kita simpan rapat-rapat hubungan rahasia kita ini. Pasti tidak akan ketahuan sama ayah", Pangestu menambahi.
"Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Aku yakin suatu saat hubungan rahasia kita ini pasti akan ketahuan juga", Indah merasa takut.
"Kamu tidak mencintaiku ya, makanya kamu ingin sekali berpisah dari ku?", Pangestu sedikit marah, Indah sepertinya ingin menyudahi hubungan gelap mereka.
"Bukan begitu, Aku sangat mencintaimu, tetapi aku juga tidak mau kehilangan harta ayahmu. Manusia tidak akan hidup hanya dengan makan cinta", Indah blak-blakan.
"Kumohon Indah, kamu jangan meninggalkan aku. Aku rela di duakan dan menjadi cadangan kamu. Aku janji akan berhati-hati bila ingin bersamamu. Agar kita tidak ketahuan ayah", Pangestu memohon-mohon.
"Terserah kamu sajalah", Indah sedikit ngambek dan langsung melompat ke atas tempat tidur.
"Sayang jangan marah begitu dong, sini aku pijitin ya, agar kamu merasa rileks", Pangestu membujuk Indah sambil memijit-mijit punggung Indah.
Awalnya Pangestu masih memijit-mijit punggung Indah dengan kondisi pakaian yang masih melekat pada tubuh Indah. Indah begitu menikmatinya dan langsung tertidur. Lama-kelamaan Pangestu terus memijit dengan membuka pakaian Indah.
Sengaja Pangestu memijit dengan menggunakan hand body, agar memijitnya terasa licin. Pangestu memijit dengan begitu lembut dan beraturan.
Dan akhirnya hingga ke area gunung kembar Indah. Indah terus menutup matanya menikmati pijitan Pangestu. Hingga akhirnya Pangestu sesekali *******, mengecup, bahkan memainkan bola kecil pada area gunung kembar Indah.
Pangestu seperti tidak ada puasnya, menggunakan setiap kesempatan untuk menggoda Indah.
Indah tidak sanggup lagi menghindar. Hasratnya nya pun kembali naik. Akibat pijitan nakal dan sampai ke area sensitif pada bagian bawah. Karena tidak tahan lagi Indah membalas permainan nakal Pangestu. Keduanya pun rebah, hingga tertidur.
Akibat hubungan intim yang mereka lakukan berulang-ulang dalam jarak waktu yang dekat. Membuat mereka lelah hingga tertidur tanpa mengenakan busana.
Terus tertidur hingga malam. Pangestu tidak pernah beranjak dari kamar Indah hingga berhari-hari, bahkan sebulan. Untuk menghilangkan suntuknya Indah sesekali pergi shopping ke mall meninggalkan Pangestu di kamarnya.
Untuk kebutuhan makan Indah mengambil dari dapur dan membawanya ke kamar.
Bi Inah pikir Pangestu sedang tidak di rumah. Karena Pangestu tidak pernah keluar dari kamar Indah.
***
Sebulan lebih sudah umur pernikahan Indah dengan Tedja.
Dan Tedja juga sudah 3 Minggu di luar kota.
"Uuuuaaaakkk... uuuuaaakk... uuuuaaaakkk", Indah merasa mual dan ingin muntah. Indah bolak-balik ke kamar mandi untuk membuang isi perutnya.
"Kamu kenapa sayang?", tanya Pangestu penasaran.
"Tidak tahu. Perut terasa mual, dan ingin muntah saja. Badan ku juga lemas dan pusing", Indah bermaksud ingin rebahan saja di tempat tidur.
"uuuuaaaakkk.... uuuuaaakk...", kembali rasa ingin muntah itu muncul lagi, Indah turun dan berlari terburu-buru ke arah kamar mandi.
"Sayang, apa mungkin kamu sedang hamil?", Pangestu mencoba menebak-nebak.
"Hamil, tidak mungkin, benih siapa yang ku kandung?", Indah merasa pusing.
"Tidak usah ambil pusing Indah. Sekali pun itu benih aku. Apakah kamu akan mengakuinya kepada ayah?. Sementara ini, anak itu terlahir nantinya sebagai anak dari ayah, adik tiriku. Itulah caranya agar hubungan kita tidak ketahuan sama ayah", Pangestu bicara blak-blakan.
Indah hanya pasrah dengan keputusan Pangestu. "Memang saat ini itulah solusi terbaik", gumam Indah dalam hati.
"Untuk lebih memastikan lagi. Kamu pergi gih, ke apotek untuk membeli test pack. Alat test untuk mengetahui apakah positif hamil atau tidak" Indah menyuruh Pangestu.
Pangestu pun beranjak dari tempat tidur lalu pergi keluar. Sebelumnya Indah terlebih dahulu mengecek keberadaan Bi Inah. Untunglah, ternyata Bi Inah sedang pergi melayat anak tetangga yang meninggal dunia.
Pangestu pun pergi ke apotek membeli test sesuai arahan Indah.
Begitu sampai di rumah, Indah merasa penasaran. Dan langsung pergi ke kamar mandi untuk memasukkan alat test itu kedalam wadah yang sudah berisi air seninya.
Hanya menunggu sekitar 2 menit terdapat perubahan pada test pack tersebut ada garis 2. Itu berarti Indah positif hamil. Raut wajah Indah sedikit cemberut, "Bagaimana kalau Tedja tidak percaya kalau ini adalah benihnya", Indah merasa pusing, tidak tahu berapa usia kehamilannya saat ini.
Indah keluar dari kamar mandi dengan wajah lemas dan tidak bersemangat.
"Bagaimana hasilnya sayang?, apakah benar kamu hamil?", Pangestu menebak. Indah hanya mengangguk.
"Bagus dong, biasanya seorang ibu pasti akan bahagia bila mengetahui dirinya sedang hamil. Kamu malah sebaliknya merenggut begitu!. Senyum dong. Jangan cemberut begitu", Pangestu menyemangati Indah.
"Iya bahagia, kalau janin yang di rahimnya di inginkan terlahir ke dunia. Aku malah tidak tahu ini anak kamu atau pak Tedja", Indah cemberut.
"Sudahlah sayang, tidak usah dipikirkan kali, santai saja lah. Adanya kamu akan merasa stress sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan janin kamu", Pangestu memberi nasihat. Semua akan selesai dan terjawab seiring dengan waktu.
Indah pun mencoba santai menanggapi kejadian yang terjadi dalam hidupnya, toh ia sendiri pun masih saja ingin meladeni sensasi *** yang disuguhkan Pangestu.
"Kamu sana gih ke kampus, apa kamu selamanya akan tiduran di kamar ini?. Bukankah kamu sudah berjanji akan menamatkan kuliahmu di tahun ini.
Tunjukkan dong prestasi kamu. Agar orang tuamu bisa sedikit saja bangga atas kerja keras yang dilakukannya selama ini untuk kebahagiaan mu.
Saatnya bagimu membalas jasa orang tuamu yang dengan menunjukkan prestasi terbaikmu yah dengan wisuda ini contohnya", Indah menasihati panjang lebar bermaksud juga agar Pangestu keluar dari kamar, karena takut tiba-tiba Tedja pulang dari luar kota.
"Iya deh, aku tahu kau ingin mengusir ku kan dari kamar ini. iya aku akan segera pergi dari kamar ini", Pangestu segera turun dari ranjang dan segera berlalu meninggalkan Indah di kamarnya.
Indah langsung berbenah memberesi tempat tidur nya dan mengganti semua sprei dan bantal, menyemprot wewangian agar Tedja tidak menaruh curiga.
Tidak beberapa lama setelah Indah selesai berbenah Tedja muncul di depan pintu tanpa mengetuk. Kala itu Indah sedang rebahan menutup mata sambil menyalakan televisi.
Tedja langsung ikutan tidur disamping indah sambil mengelus-elus rambut Indah. Indah langsung tersentak kaget dan langsung terbangun.
"Sayang, kamu kapan datang nya. Kenapa tidak memberitahu?. Aku kaget sekali tadi, aku pikir siapa!", Indah terkejut.
"Memangnya siapa lagi yang datang ke kamar ini selain aku?", Tedja mencoba bercanda.
"Bukan, maksud nya kenapa tiba-tiba saja nongol begitu", Indah berusaha tidak panik menjawab pertanyaan Tedja.
"Iya deh, aku tidak memberitahu karena ingin memberikan surprise. Aku sangat kangen sayang", Tedja memeluk Indah.
"Aku juga kangen", balas Indah manja, agar Tedja tidak curiga.
Indah merasa kewalahan. Meladeni gairah suami dan anak tirinya. Belum juga lelahnya hilang, sudah meladeni lagi gairah suaminya.
Indah pasrah tetap menunjukkan performa terbaiknya, agar Tedja tidak curiga dan marah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments