Tiga hari berlalu.
Setelah kejadian momen Indah menabrak tubuh Pangestu. Pangestu tidak pernah lagi terlihat sarapan bersama Indah dan Tedja.
Indah merasa penasaran, ada apa dengan Pangestu. "Apakah Pangestu sakit?, apakah Pangestu sedang di luar kota atau sedang pergi menghindarinya?", pikiran Indah penasaran dan terus berkecamuk.
Ingin rasanya Indah menanyakan kepada Bi Inah, tetapi agak takut dan ragu. Maklum Indah takut dibilang terlalu ngurusin masalah orang.
Karena merasa penasaran terus akhirnya Indah menanyakan Bu Inah.
"Bi, Pangestu sedang tidak di rumah kah?", tanya Indah pelan.
"Saya agak ragu nyonya, Dibilang pergi memang saya tidak pernah melihat, Den Pangestu. Tetapi dibilang tidak pergi juga tidak mungkin. Karena menurut saya, melihat sisa makanan khususnya lauk dan sayur yang tersaji di meja makan. Sepertinya Den Pangestu makan ketika suasana sedang sunyi", Bi Inah, berargumen.
Indah pun hanya manggut-manggut. Dan mencoba membuang segala penasaran nya.
"Mengapa Pangestu menghindari aku?, Apakah Pangestu sakit?, sebagai ibu sambung seharusnya aku peduli terhadap Pangestu", gumamnya dalam hati.
Setelah Tedja pergi bekerja, dan Bi Inah pergi ke pasar. Indah bermaksud hendak menyelidiki kamar Pangestu.
tok...tok..tok..
"Pangestu...., Pangestu...", teriak Indah pelan. Tidak ada sahutan dari dalam kamar.
Indah mencoba membuka gagang pintu, ehh ternyata tidak di kunci.
Indah masuk, dan sangat terkejut melihat kondisi Pangestu. Tidur hanya menggunakan ****** ***** saja.
Indah langsung berbalik badan, ingin kembali tetapi sudah terlanjur masuk kamar. Akhirnya Indah memberanikan diri menggoyang-goyangkan badan Pangestu. Untuk memastikan juga, apakah Pangestu dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Pangestu.. apakah kamu baik-baik saja", Indah menggoyang-goyangkan tubuh Pangestu.
Mata Pangestu terbuka dan melihat Indah masuk ke kamarnya.
Langsung memeluknya kencang dengan posisi duduk di salah satu sisi tempat tidur nya.
"Indah, aku terus mencarimu setelah kencan pertama kemarin. Tetapi orang-orang disana bilang kamu tidak pernah datang lagi. Aku juga bingung ingin mencarimu tetapi entah kemana.
Aku bersyukur bisa ketemu dengan kamu, tetapi kamu sudah menjadi milik ayah. Aku sangat kecewa", Pangestu mendorong tubuh Indah kebelakang. Hingga indah terlentang diatas tempat tidur Pangestu matrasnya langsung tergeletak di lantai.
"Aku sangat merindukanmu", ucap Pangestu sambil menindih tubuh Indah. Bagian sensitif Pangestu terasa keras mengenai areal sensitif Indah. Indah merasa terangsang.
Sesungguhnya Indah juga sangat menikmati permainan Pangestu kala kencan pertama kemarin. Dan Indah merasa beda berkencan dengan orang yang usia muda. Selama ini pelanggan Indah adalah Om-om yang sudah berumur dan berduit.
Indah pun dengan pelan mengecum bibir Pangestu dan menaruh kedua tangannya di wajah Pangestu. "Aku juga merindukan mu", bisik Indah di telinga Pangestu.
Merasakan nafas Indah di telinga nya. Membuat Pangestu semakin ingin dan tidak menyia-nyiakan kesempatan di depan mata.
Pangestu meremas gunung kembar Indah dengan sedikit kasar dan sangat bernafsu, melucuti dengan terburu-buru seluruh pakaian Indah. Indah pun menikmati setiap sensasi yang diberikan Pangestu.
Indah tidak mau kalah, memainkan area sensitif Pangestu, mengemmut, menjilati, layaknya sebuah es cream yang hendak meleleh. Hingga keduanya sama-sama menginginkan kenikmatan yang luar biasa hingga puncak, seolah lupa bahwa status mereka adalah antara anak tiri dan ibu tiri.
Indah dan Pangestu sama-sama rebah. Indah sadar tidak boleh berlama-lama di kamar Pangestu, takut Bi Inah akan memergoki mereka sedang berduaan.
Indah buru-buru mengenakan busananya dan langsung beranjak keluar meninggalkan Pangestu.
Indah langsung ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Pangestu merasa bersalah dan hilaf, telah berhubungan suami-istri dengan istri ayahnya. Dan berdalih kalau melakukan hubungan terlarang itu tidak sengaja. Pangestu bertekad untuk tidak mengulanginya.
Esok harinya ketika tiba waktunya sarapan pagi. Seperti biasa Tedja, Indah dan Pangestu sarapan bersama di meja makan.
"Beberapa hari yang lalu, kamu tidak pernah sarapan bersama dengan kami. Memangnya kamu kemana?", Tedja baru sadar kalau beberapa hari yang lalu Pangestu tidak pernah terlihat sarapan bersama.
"Pangestu bangunnya kesiangan yah, karena keasyikan mengerjakan skripsi hingga larut malam", Pangestu mencari alasan yang pas.
"Oh begitu, baguslah kalau begitu. Oh iya nak. Hari ini ayah akan keluar kota. Mungkin ayah akan diluar kota selama 1-3 bulan lamanya. Nanti kalau ada perlu sesuatu dengan ayah. Kamu bicara saja atau mintanya ke ibu sambung kamu ya nak", Tedja memberitahu.
"Baik ayah", balas Pangestu.
Dalam hati Indah selama berbulan-bulan, ia akan ditinggal pergi oleh Tedja. "Mungkin aku akan menghabiskan waktu dengan shopping dan hang out dengan teman-teman. Sudah lama juga aku tidak ada komunikasi lagi dengan teman-teman", pikir indah dalam hati merencanakan kegiatan nya ketika di tinggal oleh Tedja.
Setelah menyelesaikan sarapan nya. Tedja pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan segera berjalan ke arah garasi mengeluarkan mobilnya untuk segera berangkat ke luar kota.
"Aku berangkat dulu ya sayang, jaga diri kamu baik-baik", Tedja pamit sambil mencium kening Indah.
Tidak sengaja Pangestu melihat adegan mesra dari kedua orangtuanya.
Pangestu pun langsung masuk ke kamarnya, begitu juga Indah.
Indah tidak mau menanggapi hubungan suami-istri yang dilakukan nya dengan pangestu kemarin.
Indah tidak ingin mendapat masalah dengan suaminya. Indah juga takut kalau Tedja tahu, pasti Indah akan di tendang dari rumah mewahnya. Indah pun tidak terima dan tidak mau kembali hidup susah seperti sebelum menikah dengan Tedja.
"Baiklah aku pergi shopping atau menelepon teman-temanku agar kami janjian untuk ketemu di mall", gumam Indah dalam hati.
***
Di kamar nya Pangestu merasa gusar, tahu ayahnya sedang pergi ke luar kota untuk waktu yang lama.
Pangestu merasa inilah waktu nya untuk kembali memadu cinta dengan Indah. Karena hubungan suami istri yang mereka lakukan kemarin. Membuat Pangestu tidak bisa tidur, pikirannya selalu teringat dan membayangkan kenikmatan atas hubungan intim yang mereka lakukan.
Pangestu pun merasa kecanduan dan hasratnya begitu besar untuk mengulangi hubungan intim tersebut.
Pangestu pun naik ke atas dan mengetuk kamar Indah.
Tidak ada sahutan dari dalam. Pangestu coba membuka gagang pintu, ternyata tidak dikunci.
Pangestu masuk ke kamar Indah. Ternyata Indah sedang di kamar mandi. Terdengar suara guyuran shower. Pangestu coba membuka gagang pintu ternyata Indah tidak menguncinya.
Pangestu memaksa untuk masuk.
"Pangestu, mengapa tidak mengetuk pintu", Indah sedikit marah.
"Aku tadinya sudah mengetuk pintu, salah kamu sendiri mengapa mandi tidak mengunci pintu", Pangestu melucuti pakaian sendiri.
"Apa-apaan kamu Pangestu", Indah menutupi areal sensitif nya dengan kedua tangan nya.
"Aku terus terbayang-bayang setiap cumbuan kamu. Bahkan aku sampai tidak bisa tidur. Sepertinya aku telah kecanduan untuk terus berdekatan dengan kamu dan melakukan hubungan intim",
Pangestu mendekati Indah, dan menyandarkan Indah pada dinding kamar mandi. Dan segera menciumi bibir, leher, area gunung kembar Indah hingga ke bagian sensitif Indah yang paling bawah.
Indah tidak bisa menolak, sama halnya seperti yang dirasakan Pangestu. Indah pun seolah-olah kecanduan untuk terus berdekatan dan bergelut dengan Pangestu.
Apalagi saat ini Tedja sedang keluar kota untuk waktu yang lama. Dalam pikiran Pangestu dan Indah, inilah kesempatan dan peluang emas bagi mereka. Untuk memuaskan hasrat birahi yang selalu menggebu-gebu.
Mereka pun melakukan nya begitu lama, santai dan sambil tertawa manja. Karena mereka masing-masing tidak berkeinginan untuk cepat-cepat menyudahinya. Karena sekarang mereka begitu bebas melakukannya karena Tedja akan lama di luar kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments