The Prince Bride
"APA?! Aku akan dinikahkan pada si pangeran tidak berguna itu?" teriakan sang gadis menggema dengan kedua mata bulatnya yang membola.
Seorang wanita paruh baya nampak panik karena teriakan dari gadis yang merupakan putrinya itu. Takut saja bila ada orang lain yang mendengar.
"Lan'er pelankan suaramu, kau harus tetap menaati tata krama meski dalam keadaan marah!"
Gadis bernama Lian Lan Hua itu hanya bisa menghela nafas kesal, sebagai seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat tentu ia dintuntut untuk selalu menaati tata krama yang begitu mengekangnya dalam kondisi apapun. Lan Hua tidak pernah menyukai itu, tetapi ia tentu tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.
Lan Hua memegang tangan ibunya mencoba meminta bantuan, meski pernikahan ditentukan oleh keluarga besar tetapi ia berharap yang menjadi suaminya adalah seorang tuan muda berbudi pekerti luhur dan memiliki perilaku yang baik. Lan Hua selama ini dintunt untuk menjadi sempurna dan ia tentu tidak akan semudah itu mau menikah dengan lelaki sembarangan.
"Ibu tolong aku, bujuk ayah untuk membatalkannya."
Sang ibu hanya menggeleng, "ibu sudah berkali-kali membujuk ayahmu tetapi ia hanya menjawab jika itu adalah titah raja."
Seluruh tubuh Lan Hua melemas, dengan suara pelan ia berucap, "Ibu tahu kan bagaimana reputasi pangeran ketiga?"
Sang ibu mengangguk, ia hanya bisa pasrah melihat putrinya menderita seperti ini.
Bukan rahasia umum jika pangeran ketiga Han Qian Yue adalah pangeran terburuk sepanjang masa. Qian Yue tidak sedikitpun ikut andil dalam politik istana juga tidak diberikan jabatan sedikitpun oleh ayahnya. Qian Yue adalah seseorang yang sangat menyukai hal buruk hingga raja sudah tidak bisa lagi menentangnya lalu membiarkannya begitu saja.
Qian Yue hobi bermabuk-mabukan dan menyukai bermain wanita, hingga beberapa tahun lalu ia mendirikan sebuah rumah bordil. Qian Yue setiap hari mendatangi rumah bordil miliknya itu, ia akan pulang ke kediaman larut malam dengan bau arak menyengat dan keadaan yang sudah teler.
Mendapatkan lelaki seperti itu adalah petaka untuk Lan Hua meskipun Qian Yue adalah seorang pangeran tetapi ia adalah daftar paling akhir dari tipenya.
"Aku akan pergi memohon kepada ayah!"
Lan Hua mengangkat hanfunya berjalan secepat mungkin tanpa lagi memperdulikan tata krama, kedua pelayannya berlari terpogoh mengejarnya. Lan Hua mendapati ayahnya yang tengah berdiri memandangi ikan-ikan peliharaannya. Lan Hua langsung bersimpuh hingga menimbulkan keterkejutan dari ayahnya.
"Ayah tolong batalkan pernikahan itu, aku tidak mau menikah dengan pangeran ketiga ayah."
Air mata Lan Hua mulai turun, ketidakinginannya begitu dalam.
Perdana menteri Lian mensejajarkan tubuhnya dengan Lan Hua, menghapus air mata putri semata wayangnya itu.
"Ayah akan melindungimu, kau akan baik-baik saja disana."
Lan Hua menggeleng, bukan itu yang ia maksud. Ia tidak menyangka ayahnya akan menerima titah raja dan sekarang justru mengatakan hal itu padanya. Ia kira ayahnya aksn menentang dan mengesampingkan kesetiaan demi putrinya.
"Tidak mungkin ayah tidak tahu jika pangeran ketiga adalah pangeran terburuk. Dia hanya suka bermain wanita dan setiap hari memuaskan nafsunya di rumah bordil. Apakah ayah tega menikahkan putri ayah dengan lelaki semacam itu?" ucapan itu disertai dengan air mata yang lebih deras. Lan Hua sudah tidak perduli lagi jika dalam kalimatnya itu mengandung ujaran kebencian terhadap pangeran.
"Lian Lan Hua dengarkan ayah ... Kau tidak boleh menghakimi seseorang seperti itu, setiap orang dapat berubah. Tidak menutup kemungkinan pangeran ketiga bisa berubah nantinya, kau harus memberikan kesempatan itu."
Langit terasa runtuh untuk Lan Hua sekarang, ayahnya yang ia pikir adalah harapan satu-satunya itu ternyata tidak lebih menambahkan masalah untuknya. Lan Hua lupa jika perdana menteri Lian ini adalah orang dengan kejujuran dan kemurahan hati luar biasa, pikirannya selalu positif bahkan dalam keadaan seperti itu. Lan Hua memang bersyukur memiliki ayah seperti itu tetapi di satu sisi itu juga merupakan musibah baginya.
Lan Hua yang kecewa kembali melangkahkan kakinya pergi pergi dari hadapan ayahnya sejauh mungkin. Lan Hua berdiri di depan danau, menghapus air matanya hingga hanya meninggalkan jejak. Cengeng bukanlah dirinya tetapi terkadang ia memang merasa harus menangis.
"Baiklah memang harus mengandalkan diri sendiri untuk terhindar dari petaka menikah dengan pangeran ketiga."
Lan Hua bukanlah sosok yang pantang menyerah, jangan lupakan jika ia adalah sosok yang cerdik dan ingin memegang takdir di tangannya.
"Aku akan kabur dari rumah!"
Itu adalah rencana pertamanya untuk menghindari pernikahan dengan pangeran ketiga.
***
Hai semuanya, kenalan yuk sama Lan Hua si gadis pintar yang mencoba kabur dari takdir buruk. Apakah Lan Hua akan berhasil menghindari pernikahan itu?
Yuk simak sama-sama kelanjutannya hanya dalam THE PRINCE BRIDE, yang akan update setiap hari.
Sampai jumpa kembali, jangan lupa tuliskan kritik dan saran di kolom komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments