Bab 4

"Apa hanya itu? Ma–maksudku hanya benar-benar menemanimu? Itu saja 'kan? Tidak ada hal yang lain?"

Sekali lagi Aletta bertanya, dengan manik mata yang menatap lurus ke arah pria yang telah membawa dirinya ke tempat ini. Ia ingin benar-benar memastikan pekerjaan apa yang akan dikerjakannya nanti, sebelum terlibat dalam perjanjian yang lebih serius dengan pria pemaksa yang ada di hadapannya.

Sedikit saja dirinya salah dalam mengambil keputusan, sudah pasti bahaya bukan?

Bisa saja nanti pria yang ada di hadapannya ini menjadikan dirinya seperti wanita ******, yang dipekerjakan terus-menerus hanya untuk melayani hasrat tuannya yang amat menggebu-gebu.

Tidak! Pokoknya itu tidak boleh terjadi! Biar bagaimanapun, ia tidak mau seperti itu!

Aletta masih sangat menjaga kesucian dan harga dirinya, sehingga sebisa mungkin dirinya mencegah semua hal tersebut.

"Iya! Kau pikir aku berbohong? Cepat katakan, berapa bayaran yang akan kau inginkan? Aku akan bayar berapa pun itu!" hentak Dioneel yang kian mendekatkan wajahnya tepat ke depan hadapan wanita cantik yang amat membuat dirinya penasaran itu.

"Aku ... Aku belum bisa menjawabnya sekarang! Aku masih butuh waktu untuk berp—"

"Cepat katakan, atau aku akan menjamah seluruh tubuhmu saat ini juga tanpa bayaran apa pun!"

Deggh!

Tanpa bayaran apa pun? Itu tentu sangat merugikan sekali! Bahkan jarang sekali ada wanita malam yang mau seperti itu!

"Sepertinya kau memang mau segera aku jamah ya?" bisik Dioneel yang kian semakin menggoda Aletta.

Ancaman itu sungguh ampuh membuat seluruh tubuh Aletta bergetar hebat. Tiba-tiba saja keringat dingin menjalar ke seluruh tubuhnya, hingga dirinya merasa pasokan oksigen yang ada di sekelilingnya mulai menipis.

"Cepat katakan, karena aku tidak akan pernah main-main dengan ucapanku!" tekan Dioneel kembali tepat di depan telinga Aletta.

Aura intimidasi pria itu benar-benar sungguh sangat kuat!

Kalau dilihat-lihat, Dioneel mempunyai tatapan yang sangat tajam. Alisnya yang tebal, dan juga rahangnya yang tegas, sungguh pasti akan membuat siapa pun yang berurusan dengannya merasa takut. Persis seperti apa yang dirasakan oleh Aletta saat ini!

"Aku hitung satu sampai tiga! Dan kalau sampai hitungan terakhir kau tetap tidak menjawab, aku akan pastikan selimut yang tengah menutupi tubuhmu itu akan lenyap! Kau mengerti dengan maksudku bukan, Gadis Cantik? Tentu aku tidak hanya memandangi dirimu saja seperti tadi, karena sekarang aku sudah ingin bermain-main!"

Dengan kewarasan dan kekuatan yang semakin menipis, akhirnya Aletta pun memberanikan diri untuk mengangguk. Ia menggenggam erat ujung selimut agar jangan sampai ditarik oleh Dioneel, hingga perlahan-lahan mulutnya mulai terbuka hendak menjawab pertanyaan pria yang telah menculiknya tersebut.

"Aku tidak tahu persis dengan berapa banyak uang yang aku butuhkan! Akan tetapi aku membutuhkan uang untuk mencari tempat kontrakan yang baru, dan untuk menghidupi segala kebutuhanku dan juga kakakku!" ucap perempuan itu akhirnya dengan lantang.

"Oke, kalau begitu aku akan kirimkan uang seratus juta untuk bayaran awalmu! Bagaimana cukup tidak?"

"Ap–apa? Seratus juga?" Mulut Aletta menganga dengan lebar, saking terkejutnya ia saat ini.

Seratus juga? Mimpi apa Aletta semalam? Sungguh, dirinya pun tak pernah membayangkan menerima uang sebanyak itu!

"Iya! Apa itu kurang? Kalau kurang, aku akan—"

"Tidak! Tidak! Sungguh, itu sangat cukup sekali! Terima kasih! Terima kasih banyak ...."

"Dion! Panggil aku Dion!" potong pria itu dengan sangat serius.

Perlahan-lahan salah satu sudut bibirnya pun terangkat dengan sempurna. Untuk sementara ini, Dioneel cukup senang karena Aletta yang ternyata mau mengucapkan kata terima kasih kepadanya.

"Baik, Dion! Terima kasih!"

"Ya, kalau begitu kau boleh pulang setelah memberikan nomor rekeningmu. Dan untuk pakaianmu, aku lupa ada di mana. Cari saja baju yang baru, yang ada di lemariku. Pakai saja yang kau mau, tidak apa-apa," tutur Dioneel yang langsung menyodorkan ponselnya pada perempuan yang akan menemani hari-harinya ke depan nanti.

Tanpa basa-basi, akhirnya Aletta pun langsung mengetikkan nomor rekeningnya ke dalam ponsel Dioneel. Jari-jarinya bergerak cepat bersemangat, hingga setelahnya langsung berdiri dari tempat tidur dengan terus menutupi tubuhnya menggunakan selimut.

"Yah, kenapa baju-bajumu besar sekali? Apa tidak ada yang lebih kecil?" protes Aletta yang terus berusaha menemukan pakaian yang cocok dengan dirinya.

"Tidak ada! Kalau kau tidak mau, kau bisa keluar dengan membawa selimutku!" timpal Dioneel cuek, sambil terus menatap Aletta dari belakang.

"Ck! Memang dasar lelaki mesum! Kotor sekali otakmu! Mana bisa aku keluar seperti ini!"

"Ya, siapa suruh banyak protes?" sahut Dioneel yang semakin tersenyum senang.

Ternyata Aletta benar-benar berbeda dari banyak wanita yang ia kenal. Sifat perempuan itu cukup berani, bahkan tak jarang ucapannya sering sekali disahuti dengan jawaban yang tak kalah garang.

Hingga selang beberapa waktu setelahnya, Aletta pun sampai ke tempat tinggalnya bersama sang kakak. Di sana tanpa menunggu waktu lama lagi, ia langsung membereskan semua barang-barangnya. Kebetulan beberapa waktu yang lalu, dirinya sempat menemukan sebuah kontrakan kecil yang tak jauh dari tempat kerjanya. Sehingga sebelum sampai ke rumahnya tadi, dirinya menyempatkan diri untuk menemui orang yang mempunyai kontrakan itu dan meminta untuk menempatinya malam ini juga.

"Aletta? Kenapa barang-barang kakak kamu ambil? Mau ke mana kita?" Arsen menekuk dalam dahinya, tepat setelah melihat beberapa bajunya yang sudah tak ada lagi di dalam lemari.

"Kita mau pindah, Kak. Mulai nanti, kita akan tinggal di tempat baru. Oh iya, apa kakak sudah minum obat?" tanya Aletta yang selalu lemah lembut pada kakaknya tersebut.

"Sudah! Kakak sudah minum obat, dan dikasih permen sama bibi! Hehehe!"

Aletta tersenyum, sambil menatap sekilas kakaknya itu. Ia kembali merapikan barang-barang milik sang kakak dan juga barang-barangnya. Hingga akhirnya tepat setelah malam tiba, dirinya pun berpamitan pada perempuan yang dipanggilnya sebagai bibi tersebut dan mengucapkan segala kata terima kasih berkat semua kebaikannya selama ini.

"Hati-hati ya, Aletta! Maafkan bibi yang sudah tidak bisa menerimamu dan kakakmu di tempat ini. Mudah-mudahan di sana, kalian bisa diterima dengan baik ya," ucap bibi itu sekali lagi dengan air mata yang berlinang.

"Iya tidak apa-apa, Bi. Maaf karena selama ini aku dan kakakku telah selalu merepotkan bibi!"

Setelah perpisahan itu, akhirnya Aletta dan Arsen pun sampai di tempat kontrakan barunya. Tak mau berleha-leha, Aletta langsung membereskan semua barang-barangnya kembali. Menatanya dan merapikan dengan perlengkapan yang seadanya, hingga setelahnya segera mempersiapkan makan malam untuk dirinya dan juga sang kakak.

"Aletta! Kakak suka rumah baru kita! Sepi, tidak banyak orang jahat!" pekik kakaknya itu kegirangan.

"Iya, Kak. Makanya setelah ini kakak baik-baik ya? Mudah-mudahan saja keberadaan kita di sini bisa diterima dengan baik oleh para tetangga," ucap Aletta yang langsung membuat kakaknya itu mengangguk.

Dengan lahap Arsen menikmati makan malamnya, begitu pula dengan Aletta. Namun sayangnya, semua ketenangan itu tak berlangsung dengan lama. Tiba-tiba saja ada sebuah telepon yang masuk pada ponsel Aletta, hingga membuat perempuan itu mau tak mau menjawabnya.

("Datang ke rumah gue sekarang! Ini menyangkut pekerjaan lo!)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!