Bab 3
Aletta mengambil selimut dan menutupi tubuhnya sampai ke atas dagu. Seketika itu juga, wajahnya menjadi pucat pasi. "A-, apa yang telah kau lakukan kepadaku?"
"Panggil aku Dion. Tidak adil rasanya, jika aku mengenalmu tapi kau tidak mengenalku," ucap Dionelle sambil berjalan mendekati Aletta dan duduk di sisi ranjang gadis yang sedang bergetar karena ketakutan itu. Dionelle menyibak poni panjang Aletta dan membelai wajahnya. "Kau takut padaku? Harusnya aku yang takut padamu. Kau lihat apa yang telah kau lakukan padaku, hmmm? Lihat wajahku yang tampan ini, kau melukainya dengan kukumu, tapi tenang saja, aku sudah memotong kuku-kuku jarimu. Supaya aman, hehehe,"
Suara tawa Dionelle terdengar dingin di telinga Aletta. Dingin dan kejam, kata itulah yang tepat untuk menggambarkan seorang Dionelle. Mendengar ucapan pria berjanggut itu, Aletta segera memeriksa kuku-kukunya dan benar apa kata Dionelle, kuku-kuku jari Aletta sudah pendek dan tidak tajam. Namun, tampak rapi dan cantik. Bukan sembarang orang yang memotong kuku-kuku tersebut.
"Tenang saja, aku belum melakukan apa-apa kepadamu. Hanya sedang mengagumi tubuh indahmu. Kau benar-benar cantik, Sayang. Hmmm, enaknya bagaimana, ya?" tanya Dionelle, pura-pura berpikir.
Pria itu mendekati wajah Aletta dan perlahan mengecup kening gadis cantik itu. Sontak saja Aletta mengerut ketakutan. "J-, jangan!"
"Tapi kau tidak mendorongku seperti kemarin. Wah, aku jadi suka kepadamu. Bagaimana ini?" tanya Dionelle lagi tersenyum.
"Jangan bicara macam-macam! Biarkan aku pulang!" pinta Aletta.
Dionelle tertawa dan meletakkan tangannya di atas kepala Aletta. "Bagaimana, ...." dia naik ke atas ranjang dan menindih Aletta. Tak hanya itu saja yang dilakukannya, pria bertubuh seksi itu mempertipis jarak di antara dirinya dengan Aletta dan mendekati wajah gadis cantik itu. Dia menggigit kecil cuping telinga Aletta dan berbisik kepadanya, "Bagaimana, kalau aku tidak mengizinkanmu untuk pergi?"
Aletta menelan salivanya. Dia takut, tetapi di waktu yang bersamaan, bisikan Dionelle membuat sesuatu di dalam dirinya terbangun dan bergejolak.
Sialnya, Dionelle mengetahui isi hati Aletta. Pria itu tersenyum kembali. "Kau menyukai sentuhanku rupanya,. Aku merasa terhormat Nona Aletta,"
"Bu-, bukan begitu! Aku tidak menyukai apa pun tentangmu! Kumohon, biarkan aku pulang," ujar Aletta lagi memohon. Hatinya mencelos saat sisi lain dalam dirinya berteriak mengatakan kalau dia bohong. Sisi gelapnya itu, ingin tetap berada di sana, merasakan hangatnya tubuh pria seksi yang sedang berada di atasnya itu dan memandangi wajahnya yang tampan.
Namun, Aletta membuang pikiran itu jauh-jauh. "Bisakah kau menjauh dariku?"
Aletta menyesal saat Dionelle mengangkat tubuhnya dan kembali duduk di tepi ranjang. "Kenapa kau ingin pulang? Bagaimana kau bisa membayar hutangmu padaku?"
"Sebentar lagi, aku akan menerima gaji. Aku akan mentransfer seluruh hutangku padamu," jawab Aletta. Kemudian, dia teringat permintaan Bibi yang menyuruhnya pindah dari sana. Belum lagi, obat Arsen yang hampir habis. Aletta mengepalkan kedua tangannya dan berpikir dengan cepat.
Dia bisa memohon kepada Bibi untuk diberi waktu satu bulan lagi untuk mencari tempat baru dan dia akan memakai jatah kasbon-nya untuk membeli obat-obatan Arsen. Ya, begitu saja! Yang terpenting saat ini adalah, dia harus lepas dari kungkungan pria mesum ini.
Akan tetapi, segala bayangan dan rencana Aletta itu musnah saat dia merasakan ada sesuatu yang hangat dan basah menempel di bibirnya.
Dionelle telah mengambil ciuman pertamanya. Entah mengapa, kali ini Aletta pasrah dan membiarkan Dionelle menjelajah seisi mulutnya. Bahkan, gadis itu membiarkan dirinya terjatuh di atas ranjang sekaligus jatuh dalam gelora kenikmatan yang diciptakan oleh Dionelle.
"Aku tidak membutuhkan uangmu, Aletta. Aku butuh tubuhmu, aku butuh pelayanan darimu," bisik Dionelle di sela-sela ciumannya.
Seperti tersiram air yang sangat dingin, Aletta tersadar. Dia mendorong tubuh Dionelle yang mulai hangat untuk menjauh. "Hmmph, lepaskan aku!"
Dionelle melepaskan ciumannya dan mengusap bibir Aletta dengan ibu jarinya. Dia menyeringai lebar dan wajahnya dipenuhi dengan senyuman kemenangan. "Kau nikmat sekali, Sayang,"
"Kau gila! Pria mesum gila! Aku akan membayarmu, apa pun yang terjadi, setelah itu, menjauhlah dari hidupku! Jangan pernah kau cari aku lagi!" ucap Aletta dengan napas tersengal-sengal seolah-olah baru selesai menyelesaikan lari maraton.
"Tapi kau menyukaiku, Sayang. Aku tidak membutuhkan uangmu, aku sudah mengatakannya padamu. Kalau kau tetap membayarku dengan uang, aku akan mengembalikannya kepadamu sepuluh kali lipat! Bukannya sombong, tapi uangku sudah terlalu banyak sampai aku muak melihat uang," sahut Dionelle berkacak pinggang.
Pria seksi itu memang seorang miliarder terkenal yang memiliki perusahaan ternama dengan anak cabang yang tersebar di seluruh kota. Belum lagi, bisnisnya yang lain di bidang otomotif. Wajar saja, jika dia menyombongkan dirinya sendiri di hadapan Aletta.
Entah mengapa, Dionelle tertarik dengan Aletta. Banyak wanita memiliki wajah dan tubuh yang jauh lebih cantik dari Aletta. Namun, Dionelle seperti sudah menemukan pilihannya pada seorang Aletta.
"Oh, itu lebih baik. Aku sedang membutuhkan banyak uang saat ini, hahaha! Aku mau pulang, mana pakaianku?" tanya Aletta.
Gadis berparas cantik itu mencari tas dan ponselnya. Dia menyibakkan selimut dan memeriksa ke seluruh sisi ranjang. Namun tas dan ponselnya tidak dapat dia temukan di manapun.
"Mana tas dan ponselku?" tanya Aletta lagi. Dia sudah melupakan kalau dia tidak memakai selembar benang pun di tubuhnya dan dia berjalan ke sana kemari hanya untuk mencari ponselnya.
Dionelle memandang Aletta sambil menggigit bibir bawahnya. "Kau benar-benar menarik, Aletta,"
Kemudian, dia menarik tangan Aletta dan mendekap tubuh Aletta dengan erat. "Kenapa kau terburu-buru sekali, Sayang? Apa yang kau kejar?"
"Lepaskan aku! Apa pun yang kulakukan tidak ada hubungannya denganmu! Lepas!" Aletta mendorong tubuhnya ke belakang untuk melepaskan diri dari dekapan Dionelle.
Pria yang sudah terlanjur gemas pada Aletta itu mengambil alih bibirnya dan memagut bibir itu dengan dalam dan panas. "Tetaplah di sini, aku akan memenuhi kebutuhanmu dan memberikanmu segala yang kau inginkan,"
Aletta mulai lemah dengan bujuk rayu Dionelle. Sekali lagi, logikanya berhasil mengambil alih dirinya. "Tidak! Aku harus pulang! Aku akan tetap membayarmu!"
Namun, Dionelle tidak melepaskan gadis itu dengan mudah. Dia tetap menginginkan Aletta, bagaimana pun caranya. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan dan apa yang kau butuhkan?"
Ciuman Dionelle kini beralih ke pundak Aletta. Seperti seekor ulat bulu, dia tidak melewatkan ciumannya satu inci pun di tubuh Aletta.
Aletta mulai menikmati permainan Dionelle. Gadis itu menahan diri supaya tidak mengeluarkan suara erangan kenikmatan atau apa pun yang membuat Dionelle senang. "Aku ingin pulang!"
Pada akhirnya, Dionelle melepaskan pelukannya. "Ayo, kita buat sebuah perjanjian!"
Aletta menutupi kembali tubuhnya dengan selimut dan dia melihat warna merah di pundaknya, hasil karya Dionelle yang tidak dia sadari. "Perjanjian apa?"
"Lepas pekerjaanmu dan bekerjalah denganku," jawab Dionelle.
"Apa pekerjaanmu? Bisa saja semua ini fasilitas yang diberikan oleh kedua orang tuamu," sindir Aletta mencemooh.
Dionelle mendengus. "Aku tidak perlu membuktikannya kepadamu, 'kan? Bagaimana, kau terima tawaranku? Kau cukup datang ke sini dan kau boleh pulang setelah pekerjaanmu selesai. Seperti biasa kau bekerja,"
Kedua alis mata Aletta saling bertautan. "Apa yang harus kukerjakan?"
Lagi-lagi, Dionelle menarik tubuh Aletta ke dalam pelukannya dan dia melepaskan selimut yang menutupi tubuh indah gadis itu. "Hanya menemaniku dan katakan, berapa bayaran yang kau inginkan. Bagaimana?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2023-06-01
0