Bab 2
Aletta masih berusaha melepaskan diri dari cengkeraman pria mengerikan itu. Dia berhasil melepaskan kedua tangannya dan mendorong wajah pria itu dengan kedua tangannya.
Gadis itu menggunakan kuku-kuku panjangnya untuk mencakar dan melakukan perlawanan. "Uughh! Sudah kubilang, lepaskan aku, Brengsek!"
"Aarrgghh! Wanita Sialan!" pria itu merobek pakaian Aletta.
Aletta pun berteriak histeris. "Kyaaaaa! Tolong! Tol-, ... Hmmpphh! Leph, ...! Hmmpphh!"
Ciuman kasar dari pria itu pun akhirnya mendarat di bibir merah Aletta. Tak ingin kalah, Aletta menggigit bibir pria itu dengan keras, sehingga bibir pria itu mengeluarkan darah. "Wanita Sialan! Kau benar-benar, ...."
Aletta berusaha melepaskan kakinya dan menendang perut pria itu dengan kencang. Kemudian, dia membuka paksa pintu Jeep besar itu. Beruntunglah dia, karena pintu mobilnya tidak terkunci. Aletta segera turun dari mobil itu, memutar kunci motornya, dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Di sepanjang jalan, Aletta menangis. Gadis itu mensyukuri keberuntungannya. Walaupun, dia nyaris saja celaka, akan tetapi dia berhasil keluar dari musibah yang mengerikan tersebut.
Setibanya di rumah kontrakan, Aletta segera menemui kakaknya, Arsen. "Kak, kenapa teriak-teriak?"
"Itu! Itu! Aaarrggghhhh!" jawab Arsen tak jelas. Dia menunjuk-nunjuk televisi yang menyala. Tampaklah, Arsen sedang melihat acara MotoGP dan stressornya tiba-tiba muncul.
*Stressor : pencetus stress/trauma
Aletta pangkalan napasnya dan segera mematikan televisi itu. "Makanya, ngga usah nonton yang aneh-aneh. Kakak sudah makan, belum?"
Arsen mulai tenang dan dia menggelengkan kepalanya lemah. Tak lama, dia memiringkan kepalanya dan menyadari kalau blazer adiknya terkoyak. "Aletta kenapa?"
"Ngga apa-apa, tadi jatuh. Maaf, tadi ngga sempat beli makanan. Aku buatkan sup saja yah yang cepat," Aletta mencuci tangannya dan mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sup serta memasak nasi.
Setelah kakaknya makan, Aletta memberikan obat kepada pria berwajah tak kalah tampan itu. "Tidur, jangan begadang. Nanti ditangkap Bibi atau satpam di taro di rumah sakit. Mau?"
Arsen menggelengkan kepalanya setelah mendengar ancaman dari Aletta. "Ngga. Arsen tidur, Aletta juga tidur, yah?"
"Iya, aku mau mandi dulu," ucap Aletta sabar.
Dia menunggu hingga kakaknya tertidur. Dengan penuh kasih sayang, Aletta menyelimuti tubuh kakaknya dan mengecup kening Arsen sambil mendaraskan doa dalam hati supaya kakaknya itu cepat sehat kembali.
Setelah kakaknya tertidur, alita segera membersihkan dirinya dan kemudian dia menemui Bibi yang berada di rumah sebelah. Dengan sopan, Aletta mengetuk pintu itu, dan kemudian dari dalam, keluarlah seorang wanita bertubuh gempal dan rambut diikat satu ke atas.
"Maaf menganggu, Bi. Saya hanya ingin mengucapkan maaf karena sudah mengganggu Bibi dan warga lainnya. Saya akan pastikan, ke depannya tidak akan terulang lagi kejadian seperti tadi," ucap Aletta. Gadis itu menundukkan kepalanya karena dia merasa tidak enak dan merasa bersalah kepada wanita yang berada di hadapannya itu.
Bibi menghela napasnya, seolah-olah Dia mengerti apa yang menimpa kedua anak muda yang menjadi tetangganya itu. "Kalau saya sudah pasti mengerti, tapi yang lain belum tentu sebaik saya,"
"Saya minta maaf, Bi," ucap Aletta lagi.
"Begini saja, saya kasih kalian waktu selama 1 bulan untuk mencari tempat tinggal yang baru. Karena jujur saja, sudah ada beberapa kepala keluarga yang melayangkan protesnya ke saya karena ulah kakak kamu. Daripada saya kehilangan 5 sampai 6 kepala keluarga lebih baik saya satu kehilangan satu, 'kan?" ujar Bibi.
Aletta terdiam, dia tidak bisa menyalahkan siapapun dalam hal ini. "Baik, Bi. Terima kasih," dengan langkah gontai, Aletta kembali ke kontrakan kecilnya dan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Air mata gadis itu tumpah begitu saja saat dia merasakan dingin dan hening yang menggelayutinya.
Keesokan paginya, Aletta berpesan kepada Arsen untuk menuruti semua perintah Bibi. "Kak, aku titipin obat di Bibi. Di minum terus inget, jangan teriak-teriak. Oke?"
"Iya, nanti di bawa ke rumah sakit kalo teriak-teriak," ucap Arsen dengan mimik muka serius.
Aletta mengangguk. "Iya bener. Kalo di rasa mau marah atau nangis, pencet ini aja. Kemarin aku udah beliin mainan untuk Kakak, 'kan? Yang ayam-ayaman warna kuning," kedua mata Aletta menjelajah sisi ruangan kontrakan yang sempit itu. Kemudian, dia menemukan sebuah benda berwarna kuning yang berbentuk seekor ayam. Jika benda itu ditekan, maka akan mengeluarkan bunyi seperti ayam berkokok. "Nah ini. Inget yah, apa tadi?"
"Ngga boleh marah, ngga boleh teriak, minum obat," jawab Arsen lancar.
Aletta memeluk kakaknya. Ada rasa pedih dan sakit di hati gadis itu saat dia melihat kondisi kakaknya yang belum juga membaik. "Ya sudah, aku kerja dulu, yah. Dadah, Kakak,"
"Aletta, hati-hati," kata Arsen sambil melambaikan tangan dengan gembira.
Sementara itu di sebuah rumah mewah, seorang pria berjalan bolak-balik dengan geram sambil membawa tanda pengenal berwarna hitam dengan pinggiran berwarna emas.
"Aletta Prisia Putri, apalah itu! Sial! Dia lincah sekali seperti belut! Bisa-bisanya dia lepas dari genggamanku? Aargghh!" tukasnya bermonolog.
Pria itu terus membaca ulang nama yang tertera di tanda pengenal itu. "Arrggh! Sial!"
Merasa lelah, pria itu duduk di kursi kerjanya. Sambil terus memandangi tanda pengenal itu. Kemudian, dia memincingkan matanya untuk dapat melihat lebih jelas. "Hmmm, Furniture Company. Aku kenal dengan nama perusahaan ini. I found you, Aletta,"
Pria itu kemudian menghubungi seseorang dan memintanya untuk menemui dirinya saat itu juga. Tak lama, seorang pria lain datang ke ruangan itu.
"Tuan Dionelle, apa yang bisa saya kerjakan untuk Anda, Tuan?" tanya si tamu pria.
Pria tampan dan bertubuh atletis itu memberikan tanda pengenal Aletta kepada pelayan prianya. "Cari dia sampai ketemu dan bawa ke sini! Jangan sampai tergores 1 mm pun, atau kalian yang akan mati di tanganku! Aku tunggu hingga pukul 5 sore ini! Ngga susah, 'kan?"
"Tidak, Tuan," jawab si pelayan.
"Oke, jalan sekarang!" titah Dionelle.
Dionelle mengambil ponselnya dan menggugah foto sebuah boneka dan memberikan keterangan pada foto itu, "Aku menemukan mainan baru,"
Di tempat pameran Furniture Company, Aleta yang saat itu memakai blazer dan rok ketat berwarna merah marun tampak mempesona di antara rekan-rekan yang lainnya.
Gadis itu berjalan ke sana kemari untuk menawarkan beberapa produk yang telah dikeluarkan oleh perusahaannya. Tampak sekali beberapa pria datang menghampiri Aletta dan bertanya tentang produk yang dia tawarkan. Tak hanya itu, beberapa pria datang hanya untuk menanyakan nomor ponsel Aletta.
Aletta memainkan perannya dengan sangat baik, dia menolak dengan sopan dan halus saat beberapa customer mengajaknya berkencan atau sekedar berkenalan dengannya. Namun, dia akan menanggapi secara profesional kepada siapa saja yang bertanya tentang produknya dengan serius.
"Seperti biasa, kau tak pernah mengecewakanku, Aletta dan aku akan menarik kembali ucapanku tentang pemotongan bonusmu. Kau layak mendapatkannya," ucap Sintia sambil memberikan beberapa lembar voucher bernilai tinggi kepada Aletta. "Sisanya akan kutransfer," bisik Sintia lagi menambahkan.
Aletta tersenyum. "Thank you,"
Setelah pameran selesai, Aletta membantu beberapa karyawan untuk merapikan ruang pameran. Selagi di asik bekerja, beberapa orang pria bertubuh tegap dan berkemeja hitam serta berkacamata hitam masuk ke dalam ruang pameran.
Tiba-tiba saja mereka membekap mulut Aletta menggunakan selembar sapu tangan yang sudah diberikan obat tidur dan kemudian menggotong Aletta dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobil tanpa perlawanan.
Merasa kepalanya sangat berat dan pusing, Aletta memegangi kepalanya. "Auch, di mana aku?"
Dia memperhatikan sekelilingnya. Ini bukan di ruang pameran! Aletta mulai panik, karena dia berada di atas ranjang dan tubuhnya hanya ditutupi oleh selembar selimut putih. "Apa yang terjadi?"
Napas gadis itu memburu dan baru saja dia hendak beranjak dari ranjangnya, seorang pria masuk ke dalam sambil membawa dua gelas wine. Pria itu tersenyum ke arahnya dan tidak mengenakan apa pun selain handuk kecil yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Selamat datang, Nona Aletta," ucap pria itu tersenyum puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments