Episode 4. kehidupan hutan roh

‘Tempat ini, bukankah hutan? Kenapa aku ada di hutan? Bukankah tadi aku di … aku memangnya ada di mana sebelumnya?’ Audrey memegang kepalanya yang terasa berdenyut, ada beberapa ingatan yang tampak kabur di pikirannya. ‘Aku tidak ingat apapun, kenapa aku merasa seperti melupakan sesuatu?’

“Aliana! Kenapa kau hanya diam di sana, tetua sudah mencari kita!!”

Audrey refleks menoleh ke asal suara, seorang gadis berumur 14 tahun berlari ke arahnya dan menggenggam tangannya.

“Ayo cepat sebelum kita terlambat,” kata gadis itu sambil menarik Audrey memasuki hutan yang semakin lebat dan cahaya matahari semakin tertutup dedaunan.

‘Aliana? Apa itu namaku? Tapi siapa gadis di depanku ini? Aku tidak ingat apapun, semuanya tetap buram meski aku memikirkannya sekeras apapun.’

“Ayo cepat Al!”

~♥~

“Seperti yang kalian semua tau, hutan yang kita tinggali semakin lama semakin menipis karena para manusia serakah yang menebang pohon tanpa menanamnya kembali. Oleh karena itu, setiap roh akan dikirim ke satu kerajaan untuk menyamar sebagai manusia dan membunuh raja dari kerajaan itu.”

“Maaf, tetua.” Gadis yang tadi menarik Audrey mengangkat sebelah tangannya. “Tapi kami harus menyamar sebagai apa? Lagipula, kekuatan kami akan terungkap karena banyak penyihir hebat di antara para manusia. Apa ada benda yang dapat menyamarkan energi roh?”

“Setiap roh akan diberikan kristal roh untuk menyamarkan energi mereka, tapi berhati-hatilah. Karena jika kristal roh telah digunakan, selama setahun selanjutnya. Kalian tidak akan bisa menggunakan kekuatan roh kalian, dalam artian lagi. Kalian akan menjadi manusia biasa seutuhnya, tapi meski begitu. Kalian harus tetap berhati-hati, karena jika kristal roh pecah. Itu sama saja dengan merenggut kehidupan dari si pemilik energi, terutama kau. Aliana.” Tetua menunjuk Audrey yang berdiri di barisan terbelakang. “Kau itu sangat ceroboh dan bodoh, jika kau melakukan kesalahan atau mengungkap identitasmu. Maka jangan coba-coba memberitahu para manusia tentang semua penghuni di hutan ini, jika tidak. Maka aku akan terpaksa menghancurkan kristal roh dan membunuhmu.”

‘Apa aku seceroboh itu?’ batin Audrey. “Saya mengerti, tetua.”

Seketika pandangan seluruh roh yang ada di sana menatap Audrey yang tampak kebingungan.

“Hem, tumben sekali kau memanggilku tetua. Biasanya kau menjadi sangat tidak sopan dan memanggilku kakek.”

‘Apa aku pernah begitu?’

“Hah, kalian bersiap-siaplah. Kalian akan dikirim besok siang, bubar!”

Audrey berbalik dan berjalan pergi lebih dulu. ‘Aku harus memikirkan cara agar ingatanku yang kabur kembali.’

~♥~

‘Hah, melelahkan sekali.’ Audrey menopang dagunya sambil menatap datar pepohonan lebat di hadapannya. ‘Kira-kira, bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan ingatanku kembali ya?’

“Al!!”

Audrey tersentak kaget, dia menoleh ke belakang saat seseorang seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang dengan erat. “I-ivy??”

“Hehehe.” Ivy tersenyum manis, dia duduk di samping Audrey dan ikut menatap ke depan. “Ivy senang Al mengingat nama Ivy, itu sangat menyenangkan.”

“Hm? Apanya yang menyenangkan? Roh seperti kita selalu tinggal di dalam hutan tanpa tau dunia luar, bukankah itu justru menyedihkan.”

“Bagiku itu menyenangkan kok.” Ivy menatap Audrey dengan senyum manis, dia menatap ke depan sambil menopang dagunya. “Meskipun kita hanya selalu tinggal di hutan, tapi setidaknya. Kita bisa hidup dengan harmonis, para roh yang keluar dari hutan ini. Semuanya tidak pernah kembali lagi.” Ivy melirik ke arah lain dengan raut sedih. “Ivy takut … Ivy tidak ingin kehilangan teman lagi.”

Audrey terdiam sambil mendengarkan setiap keluh kesah gadis yang menarik tangannya tadi, dia menepuk pundak Ivy. “Kau bisa menganggapkh sebagai temanmu, tidak perduli kapanpun dan apapun yang terjadi. Panggillah aku jika kau butuh bantuan.”

Ivy menatap Audrey dengan mata berkaca-kaca, dia memeluknya dengan erat. “Huaa!! Ivy sangat berterima kasih pada Al, Ivy senang bisa memiliki teman seperti Al. Ivy sangat-sangat senang, Ivy … Ivy tidak tau bagaimana menggambarkannya lagi, pokoknya Ivy sangat bahagia!”

Audrey terkekeh kecil, dia mengusap punggung Ivy. “Iya, iya. Aku juga senang berteman denganmu, sekarang. Berhentilah menangis.”

Ivy melepas pelukannya dan mengusap air matanya, dia tersenyum manis. Ivy menatap lurus ke depan dengan senyum manis yang terus merekah di wajahnya, namun di mata Audrey. Senyum itu justru terlihat seperti senyum penuh kesedihan.

“Al.”

Audrey tersenyum saat Ivy menoleh ke arahnya dengan senyum sendu.

“Sepertinya … kita tidak bisa menjadi teman.” Ivy berdiri dan berjalan pergi.

“Eh, kenapa? Ivy, kau mau kemana??”

“Pokoknya jangan menemui Ivy lagi!”

Audrey diam sambil memperhatikan Ivy yang melangkah menjauh sambil menyeka air matanya. ‘Kenapa--’

‘Tidak bisa! Ivy tidak boleh membuat siapapun menjadi korban lagi, sudah cukup roh-roh lain menjadi korban akibat kutukan Ivy. Jika Ivy berteman dengan Al lagi, Al pasti juga akan menghilang. Ivy tidak mau itu terjadi! Ivy … apa Ivy memang tidak bisa memiliki teman?’

Audrey terdiam sambil menutup sebelah telinganya. ‘Suara apa yang muncul di telingaku, suara itu …’ Dia menatap Ivy yang mulai menghilang dari hadapannya. ‘Apa jangan-jangan suara batin Ivy? Tapi kenapa aku bisa mendengar suara batin Ivy? Apa itu juga kekuatanku sebagai roh?’

~♥~

Keesokan harinya, seperti yang diumumkan kemarin. Audrey dan roh-roh lainnya kini dikirim ke setiap negara untuk menyamar, Audrey berpasangan dengan Ivy dan Roy.

“Kalian akan menyamar sebagai apa?”

“Ivy ingin menjadi Ratu,” kata Ivy semangat sambil mengangkat tangannya.

“Tidak, bisa. Kau dan Aliana akan menyamar sebagai pelayan.”

“Eh … kenapa? Ivy kan suka menjadi Ratu.”

“Tidak usah banyak tanya,” kata Roy dingin, dia mengalihkan pandangannya ke arah Audrey yang entah kenapa sejak tadi selalu memperhatikan istana tempat mereka menyamar. “Kau tidak keberatan kan?”

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Audrey melangkah maju dan membuat Ivy dan Roy saling menatap.

“Apa yang terjadi pada Aliana?”

“Ivy tidak tau, sepertinya Al sangat penasaran dengan dunia manusia. Ayo kita juga pergi!” Ivy menggenggam tangan Roy dan berlari menyusul Audrey.

“Hei, lepaskan tanganku!”

“Biar lebih cepat genggam tangan Ivy saja, lagipula kita tidak bisa menggunakan kekuatan roh lagi.”

Roy tidak lagi menjawab, dia hanya diam sambil mengikuti langkah Ivy yang terus berlari mendekati Audrey.

‘Aneh, kenapa aku merasa familier dengan manusia-manusia ini? Apa aku pernah melihat mereka? Tapi kapan? Dan kenapa? Aku tidak ingat apapun, siapa diriku yang dulu? Apa ingatan yang kabur itu adalah ingatanku di masa lalu?’

“Al!! Tunggu Ivy!!’

Audrey tiba-tiba berhenti melangkah, dia menatap sebuah kediaman mewah yang tidak lagi dihuni. “Tempat ini …”

“Oh, ini adalah kediaman Grand Duke.”

“Kediaman Grand Duke?” Audrey menoleh ke arah Roy yang melangkah dan berdiri di sampingnya. “Kau sepertinya tau banyak soal dunia manusia.”

“Tidak banyak, tapi aku pernah membacanya di buku.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!