Menjadi Antagonis Dalam Novel (Season 2)

Menjadi Antagonis Dalam Novel (Season 2)

Episode 1. Kediaman Count

Berkat bantuan Rea, Audrey yang telah menjadi roh penjaga bisa menyampaikan pesannya pada Xavier.

‘Hah, membosankan sekali di sini sendirian. Kira-kira, kapan ya Rea pulang.’ Audrey berbalik dan menutupi matanya dengan lengan. ‘Aku juga tidak bisa meninggalkan tempat ini sembarangan.’ Dia bangun dan menatap jendela yang tak jauh dari kasur tempatnya duduk. ‘Kira-kira, apa yang sedang dilakukan Rea ya? Apa dia sudah memberitahu permintaanku pada Xavier?’ Audrey menghela napas.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh, dia segera berdiri dan memunculkan kepalanya di pintu. ‘Emma? Kenapa dia di sini? Bukankah dia tau kalau Rea sedang ke istana.’

“Nona Andrea, saya Emma. Saya membawakan sarapan untuk Anda.” Emma kembali mengetuk pintu, namun tak ada balasan apapun. Dia melirik sekeliling dan membuka pintu.

Audrey yang melihat hal itu segera mundur dan memberi jalan, dia mengikuti Emma yang berjalan ke arah meja dan meletakkan nampan berisi sarapan di meja.

Melihat gerak-gerik Emma yang tampak mencurigakan, Audrey merasa hal aneh. Dia mengangkat tangannya dan menembus tepat di dada Emma, matanya seketika membulat. Dia segera menarik tangannya kembali dan menatap tangannya yang tampak terkena luka bakar namun dengan cepat kembali sembuh, Audrey kembali menatap Emma yang kini membuka laci meja, kasur, dan mencari-cari sesuatu di kolong kasur.

‘Dia bukan Emma! Siapa yang berani menyamar sebagai Emma dan memasuki kamar Rea?’

“Cih, di mana benda itu sih!” gerutu Emma yang kini mencari-cari sesuatu di mana-mana.

‘Sebenarnya dia mencari apa?’ Audrey menatap Emma yang mengigit kukunya gugup.

“Sial! Di mana gadis kecil bodoh itu meletakkannya?!”

‘Bodoh?’ Audrey menutup matanya emosi, dia tanpa perasaan memukul kepala Emma. Anehnya, tangannya tidak lagi tembus dan membuat Emma tersungkur meski hanya hantaman 'kecil'. “Jangan menghina Rea! Dasar bodoh, kau ingin kubunuh. Hah?!”

“Sial, siapa yang memukul kepalaku,” gumam Emma sambil berdiri memang kepalanya yang terasa sakit, dia menoleh ke belakang namun tak menemukan siapapun. ‘Jangan-jangan …’ Emma tiba-tiba bergidik ngeri, dia menggelengkan kepalanya. “Tidak, tidak. Itu tidak mungkin benar! Bagaimana mungkin ada hantu di siang hari!”

“Tunjukkan wujudmu yang sebenarnya atau kau akan mati.”

Dengan kekuatan sihir, suara Audrey tampak menggema di seisi kamar dan membuat Emma semakin ketakutan.

‘S-suara itu … jangan-jangan benar-benar hantu??’

“Pergilah atau kau akan mati!”

“T-tolong maafkan aku Nona hantu, ma-maksudku Lady Hantu. A-aku tidak sengaja menganggumu, maafkan aku.” Emma menyatukan kedua tangannya di depan dada memohon.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“A-aku kemari karena perintah dari seseorang.”

“Perintah dari siapa?” tanya Audrey sambil bersedekap dada, mau bagaimanapun. Dia tidak akan bisa dilihat oleh manusia biasa meskipun memiliki sihir yang kuat.

“A-a-aku tidak bisa memberitahukannya, aku … aku,” kata Emma gemetaran.

Audrey menatapnya dengan kening berkerut. “Aku akan memaafkanmu, tapi sebelum itu. Tutup matamu.”

“A-apa aku akan benar-benar dilepaskan?”

“Ya, sekarang. Gugup matamu.”

Emma mengangguk cepat, dia dengan segera menutup matanya meski merasa sedikit aneh.

Audrey berjalan ke depan Emma dan berjongkok di depan pria itu, dia mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke dahi Emma. ‘Thought illusion.’ Audrey menutup matanya, seketika ingatan seorang pria muncul di pikirannya. ‘Aku melihat semua ingatanya, tapi kenapa ada ingatan yang kabur? Siapa pria itu? Apa yang dia berikan? Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, apa ada roh spirit lain yang kekuatannya melebihiku?’ Dia membuka matanya sambil berdecak. “Percuma saja, aku tidak mendapatkan bukti apapun. Sialan!” Audrey berdiri dan mengibaskan tangannya, seketika Emma menghilang dari hadapannya dalam sekejap mata. Dia berjalan ke arah jendela dengan raut khawatir. ‘Apa yang sebenarnya diinginkan pria yang menyuruh orang itu? Apa yang sedang dia cari?’

“Kak Lia!!”

Audrey tersentak kaget saat mendengar teriakan seorang gadis mungil sambil membuka pintu dengan kasar, dia menoleh sambil mengusap dadanya. “Rea! Kau mengangetkan kakak!”

“Hehehe, Rea minta maaf.” Rea berlari ke arah Audrey dan memeluknya erat. “Rea sangat merindukan kakak, apa kakak tau. Di istana banyak sekali orang asing, Rea jadi takut. Apalagi saat kakak tidak ada.”

Audrey terdiam sejenak, dia balas melepas pelukan Rea dan berjongkok. Menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. “Kakak juga sangat merindukan Rea, kakak sangat bosan sendirian di sini. Omong-omong, apa Rea menikmati jalan-jalan di istana?”

“Iya!” Rea mengangguk semangat. “Banyak orang baru dan mereka semua ramah, meskipun Rea merasa sangat asing dan tidak nyaman. Tapi, Rea senang karena Rea juga bertemu Kakak Putri dan Kakak pangeran.”

“Kakak putri?”

“Iya, kebetulan kakak putri ada di sini.” Rea menoleh ke belakang, di ambang pintu. Xavia berdiri dengan senyum yang terus merekah si wajahnya. “Kakak putri, kemari. Kakak Lia ada di sini, dia kakak yang sangat baik.”

Xavia tersenyum manis, dia melangkah masuk dan berjongkok di depan Rea. “Omong-omong, apa kakak Lia yang kau maksud itu adalah Kakak yang memintamu menyampaikan pesan pada Kak Xavier tadi?”

“Iya, ini kakaknya Rea. Namanya Kak Lia.” Rea sedikit bergeser dan memperkenalkan Audrey.

Namun mau bagaimanapun, Xavia tidak dapat melihatnya kecuali jika Audrey sendiri yang mau menunjukkan wujud aslinya.

“H-halo, aku Xavia.” Xavia tersenyum canggung sambil melambaikan tangannya ke arah Audrey, namun di matanya. Dia hanya melambaikan tangannya ke angin.

‘Kenapa Xavia bisa ada di sini? Apa dia langsung percaya kalau yang dikatakan Rea saat itu benar?’ Audrey menatap Xavia dengan mata memicing. ‘Hah, sudahlah. Tunjukkan saja wujudku. Lagipula, warna rambutku … berubah? Apa benar ya? Entah kenapa, aku tidak bisa mengingat wujudku sebelum menjadi roh, ini aneh sekali.’

“L-lia, apa kau mengenal Kak Audrey? Dia sebelumnya adalah tunangan kakakku, tapi dia tiada karena serangan tiba-tiba dari para iblis. Jika kau tau di mana keberadaannya, apa kau bisa membawaku ke sana?”

Audrey menghela napas, sebuah sihir mengelilingi kakinya hingga naik ke kepalanya. Saat itu juga, gaunnya berganti menjadi putih polos dengan anting, kalung, dan jepit rambut berwarna sama.

“L-lia, aku …” Xavia mendongak, di seketika terdiam setelah melihat wujud Audrey yang kini tengah menampakkan dirinya di hadapannya.

“Salam kenal, Tuan Putri. Namaku Liana, aku Roh penjaga Putri Andrea,” kata Audrey sambil bersedekap dada.

“A-audrey, kau …”

“Audrey?” Audrey menaikkan sebelah alisnya seolah tak mengenal nama itu. “Siapa Audrey? Dan kenapa Tuan Putri memanggil saya Audrey? Saya Liana.”

“L-liana …” Xavia menunduk dengan tangan terkepal. “A-apa aku bisa meminta bantuanmu?” tanyanya sambil mendongak.

“Bantuan? Jika Rea mengizinkan.” Audrey menoleh ke arah Rea yang mengangguk seolah memberi izin, suara helaan napas keluar dari mulut Audrey. “Saya mengerti, silahkan beritahu apa yang Anda ingin saya lakukan.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!