Tiga bulan kemudian.
Sah!
Suara teriakan menggema di seluruh gedung nan mewah serta megah itu. Ya, sekarang adalah hari pernikahan antara Aji dan Evi. Pria itu memutuskan melamar sang wanita idaman, dia tidak menyangka jika Evi akan menerima lamarannya. Tak ingin membuang waktu lama, Aji langsung menetapkan tanggal pernikahan.
Mereka cukup akrab selama dua bulan terakhir ini, hingga Evi merasa nyaman bersama dengan Aji. Perhatian kecil, kasih sayang, dan kelembutan pria itu yang memperlakukannya membuat Evi jatuh hati. Dirinya memendam perasaan itu selama dua bulan karena takut jika cintanya bertepuk sebelah tangan.
Tetapi diluar dugaan, ternyata Aji juga mencintainya. Sungguh hati Evi sangat bahagia bisa menemukan cinta sejati yang selama ini dia nanti.
Saat ini dirinya merasa sangat bahagia, karena impian membentuk sebuah rumah tangga sudah tercapai. Dia berharap jika Evi adalah yang terakhir untuknya.
"Apa kamu bahagia, sayang?" tanya Aji pada Evi yabg berada di sebelahnya.
"Ya, tentu saja. Kamu tau, Mas. Aku tidak menyangka akan berkomitmen seperti ini dengan seseorang." jawab Evi diselingi senyum manis.
"Aku berharap rumah tangga kita selalu di penuhi oleh warna,"
"Amin. Aku jamin, Mas. Kita pasti akan bahagia, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu."
Mereka saling bertatap mata, hampir saja keduanya saling berciuman, tetapi suara Lusiana membuyarkan interaksi mereka.
"Hayo!" Lusi menepuk pundak Evi hingga sang empunya terkejut.
Aji menjadi salah tingkah sekaligus malu, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak segera menerkam Evi. Kedua pengantin baru itu saling lirik, senyuman tersembunyi pun terukir di kedua sudut bibir mereka.
"Kak, bisa tidak acara itu nya entar malam saja? Apa kalian berdua tidak lihat, jika disini masih banyak orang? Hm, kakak ipar sudah tidak sabar untuk membuka segel —"
Plak
Evi cukup kencang memukul lengan Lusi, hingga adik kandungnya itu cemberut. Dia merasa malu ketika Lusiana mengatakan tentang malam pertama.
"Apa kamu tidak bisa diam, dek? Ini pernikahan kakak, jangan membuat masalah dengan kakak." Evi melotot tajam, tetapi pernyataannya saat ini hanyalah gurauan untuk mengusir Lusi dari pelaminan.
"Baiklah-baiklah, aku tidak akan menganggu karena bisa kehilangan jatah tambahan untuk jajan sekolah." Lusi mengecup pipi Evi dan dia melambaikan tangan lalu pergi dari atas pelaminan.
"Anak itu, benar-benar," Evi menggelengkan kepala sambil tersenyum lucu.
"Apa dia memang seperti itu?"
Evi pun mengangguk. "Ya, dia akan bersikap seperti anak kecil jika bersama dengan orang-orang yang sangat menyayanginya. Tetapi, dia bisa berubah menjadi dewasa jika bertemu dengan orang asing."
"Really? Hebat sekali," Aji mengedikkan bahu karena merasa tidak peduli.
Resepsi terus berjalan, semakin malam tamu malah lebih banyak yang datang, dan mengucapkan selamat kepada sepasang pengantin baru itu.
****
Pagi hari, sepasang pengantin baru itu terlihat bangun terlambat. Mereka bergantian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aji sangat kesal pagi ini karena pada saat dia ingin membuka segel Evi, ternyata wanita itu tiba-tiba datang bulan. Meskipun begitu, pria tersebut tidak putus asa. Dia akan membuka segel ketika istrinya selesai datang bulan, dan dirinya akan membobol habis-habisan.
Setelah keduanya selesai membersihkan diri, mereka keluar dari kamar lalu berjalan menuruni anak tangga menuju meja makan. Sesampainya di tangga kedua, terlihat para keluarga sudah berkumpul di sana.
"Pagi, Ma." sapa Aji pada kedua Mamanya.
Pria itu anak yatim, papanya meninggal saat perusahaan mereka di nyatakan bangkrut. Mega— Mama Aji, meminta pada putranya itu agar mengurus perusahaan yang almarhum Akbar bangun dari nol. Tetapi Aji menolak, dia enggan untuk mengurus perusahaan, dirinya lebih memilih membuka usaha sendiri yaitu restauran.
Bersyukur usaha yang Aji bangun saat ini berkembang pesat, bahkan sudah menjadi top 3 se-Asia sebagai kuliner terenak.
"Wah, pengantin baru ini kelihatannya sangat lelah." Mega menyodorkan susu penyubur kandungan pada Evi. "Minumlah, Nak. Susu ini sangat banyak manfaatnya, kamu tidak akan menyesal jika meminumnya."
"Baik, Ma. Terima kasih," Evi tersenyum dan langsung menenggak susu itu hingga setengah.
Para orang tua saling tatap, mereka sengaja memberikan itu pada Evi agar pasangan suami-istri tersebut cepat mendapatkan momongan.
"Apa kalian ingin pergi honeymoon?" tanya Mega.
Evi dan Aji saling tatap.
"Evi sih bebas, Ma. Tergantung Mas Aji," sahut Evi malu-malu.
"Nah, Mas. Sudah diberi kode oleh Kak Evi, Mas Aji tinggal menetapkan tanggalnya saja. Em, bagaimana jika kalian honeymoon ke negara tempatku melanjutkan studi? Disana sepertinya banyak tempat wisata yang indah dan lain-lain."
Aji menghembuskan napas pelan. "Kami akan pergi honeymoon ke Bali."
Evi kaget, dia pikir Aji akan menolak pergi berbulan madu. Tetapi nyatanya, pria itu malah sudah memikirkan tentang tempat tujuan mereka nantinya.
"Mas, kamu—?"
Aji mengangguk. ''Sebelum Mama bertanya, aku sudah memikirkan semuanya. Bahkan, aku sudah menyiapkan tiket untuk kita berangkat."
"Hah! Benarkah? Kapan?"
"Aku tunda jadi seminggu lagi. Sekalian," di akhir kalimat, Aji berbisik agar tidak terdengar oleh keluarganya.
Kedua pipi Evi bersemu merah, dia menyembunyikan itu dengan cara menundukkan kepalanya.
****
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
mama Al
hai mom Al aku mampir lagi
2023-06-03
0