Tak terasa sudah satu Minggu Evi bekerja di restauran milik Aji. Mereka berdua tampak cukup akrab dan hal itu membuat semua karyawan heran, karena baru kali ini melihat atasan mereka sangat dekat dengan seorang wanita.
"Vi, hari ini saya akan pergi meninjau lokasi cabang restauran Jamis. Apa kamu bisa menemaniku? Tenang saja, tidak akan lama.'' pinta Aji diselingi senyuman.
Evi terdiam sambil berpikir, apakah dia akan ikut Aji atau memilih untuk mengawasi restauran.
"Pak, jika saya ikut dengan Anda, maka siapa yang akan mengawasi restauran ini?" tanya Evi.
"Saya akan menyerahkan tugas ini kepada Koki, dulu sebelum kamu masuk, saya sering memberikan tugas padanya untuk mengawasi restauran."
Evi pun mengangguk, sudah tidak ada lagi alasannya untuk menolak. "Baiklah, saya akan ikut."
Aji tersenyum dan mereka pergi dari sana setelah berpamitan kepada Koki restauran.
Beberapa menit kemudian, hanya memakan waktu sekitar tiga puluh lima menit, mereka berdua telah sampai di tempat tujuan. Aji membukakan pintu untuk Evi, tentu saja hal itu membuat sang empu merasa tidak enak.
"Pak, Anda itu bos saya. Seharusnya tidak perlu repot-repot membukakan pintu seperti ini." tegur Evi secara halus.
"Tidak masalah." Aji mengulurkan tangan ke atas kepala Evi, wanita cantik itu sedikit memundurkan badannya. Tak disangka, pria tersebut merapikan rambut Evi yabg diterpa oleh angin.
"Maaf," ucap Aji pelan sambil menurunkan tangannya.
"Terima kasih," jawab Evi canggung.
Tanpa berbasa-basi lagi, keduanya segera masuk ke dalam restauran yang akan menjadi cabang Jamis cafe. Setelah berada di dalam, Evi melihat ke sekeliling. Tampak mewah, elegan, dan minimalis.
"Bagaimana menurutmu, Evi? Apa tempat ini cocok untuk usaha baru kita?"
Sontak Evi menatap Aji dengan penuh keheranan.
"Em, maksud saya, tempat untuk usaha baru kita. Saya, kamu dan para karyawan lainnya." elak Aji menyadari ucapannya barusan.
"Ya, menurut saya tempat ini cukup nyaman, Pak. Saya yakin, akan banyak pengunjung yang mampir ke tempat ini dan tentu saja usaha bapak pasti maju."
"Baiklah, saya akan mengambil restauran ini. Tunggu sebentar," Aji meninggalkan Evi yang masih setia melihat ke seluruh penjuru restauran mewah itu.
Tak lama kemudian, pria itu kembali ke hadapan Evi.
"Apa sudah selesai?" tanya Evi dengan cepat.
"Sudah, ayo kita pulang sekarang. Bukankah saya sudah mengatakan, jika tidak akan lama di tempat ini?"
Evi tersenyum manis dan mereka keluar dari tempat itu.
Saat masih di tengah perjalanan, jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Ya, waktunya makan siang. Aji berinisiatif mengajak wanita idamannya itu untuk makan bersama. Meskipun nantinya Evi akan menolak, tetapi setidaknya Aji sudah berusaha menawarkan niat baik.
"Vi, bagaimana jika kita makan siang terlebih dahulu? Kebetulan sudah jam dua belas dan aku merasa lapar." alasan yang Aji berikan agar Evi mau makan siang bersamanya.
"Anda benar-benar sudah lapar? Padahal sekitar dua puluh menit lagi kita sudah sampai di restauran milik Anda."
"Memang, tapi saya sudah merasa lapar. Namun, jika kamu menolak, maka tidak masalah. Saya akan makan ketika sampai di restauran nantinya."
"Eh, tidak perlu menunda seperti itu. Baik, Anda belokkan saja mobilnya. Kita cari tempat makan terlebih dahulu," Evi pun tidak tega melihat wajah Aji.
Aji bersorak riang di dalam hati, dia senang karena bisa makan siang bersama dengan wanita idamannya. Entah apa yang dia pikirkan, tetapi sepertinya dia sudah jatuh cinta pada Evi Andriana. Cinta sejak pandangan pertama.
Aji terakhir berpacaran saat dirinya duduk di bangku kuliah, dan hanya selama satu tahun, lalu dia putus dengan kekasihnya itu. Mereka sampai di tempat makan, keduanya pun turun bersama.
"Mari," Aji tersenyum manis mempersilahkan Evi berjalan dahulu di depannya.
Saat sudah berada di dalam, merasa mencari tempat duduk. Tak lupa memesan makanan. Tidak perlu menunggu lama, pesanan mereka pun tiba. Evi hanya memesan spaghetti bolognese sementara Aji, dia memesan Nila bakar + sambal dan sedikit nasi. Dirinya tidak akan bisa kenyang jika makan tanpa nasi.
Hm, begitulah orang Indonesia :)
Di sela sibuk dengan makanan masing-masing, Aji memperhatikan wajah Evi yang sangat cantik. Dia mengulurkan tangan kanan, dan mengusap sudut bibir wanita cantik di depannya itu yang terkena noda spaghetti.
Evi terkejut, tetapi dia hanya bisa diam saja menatap Aji. Pandangan keduanya sangat dalam hingga membuat jantung masing-masing berdegup sangat kencang.
"Maaf, tadi ada sedikit noda yang menempel di bibirmu."
"Em, terima kasih. Maaf jika saya makannya belepotan."
"Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru."
Evi hanya mengangguk dan kembali memakan santapan siangnya. Keadaan terasa benar-benar canggung, membuat mereka hanya saling diam dan menikmati hidangan di meja itu.
'Astaga, ada apa dengan hatiku?' batin Evi sambil sesekali mencuri pandang menatap Aji.
***
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments