Sore harinya, terdengar suara keributan dari salah satu meja pengunjung. Evi yang mendengarnya langsung bergegas melihat apa yang sedang terjadi sebenarnya. Dia kaget saat seorang pria hendak melayangkan tangan sebelah kanannya untuk menampar sang pegawai restauran.
"Berhenti!" teriak Evi membuat semua mata tertuju padanya. Dia berjalan menghampiri meja itu dengan langkah anggun dan tetap tersenyum tipis pada pengunjung lainnya.
"Maaf, ada apa ini?" tanyanya setelah berada di meja.
Pria itu menatap Evi dengan tajam dan marah. "Siapa kamu?"
"Saya manager disini. Apa Anda punya masalah? Kenapa memarahi karyawan saya seperti tadi?"
"Hei! Katakan pada karyawan cerobohmu ini agar lebih berhati-hati dalam bekerja. Lihat!" pria itu menunjuk bajunya. "Pakaianku kotor karena ulahnya. Jika tidak bisa bekerja, sebaiknya pecat saja dia!" lanjutnya sambil menunjuk pegawai wanita yang saat itu menunduk takut, matanya sudah memerah dan sepertinya dia menahan tangisan.
Evi melirik pegawainya, dia mengelus pundak sang pegawai tersebut. "Apa kamu sudah minta maaf padanya?"
Pegawai bernama Ella itu mengangguk. "Bahkan saya sudah mengatakan jika ingin ganti rugi, Bu. Tetapi, dia tetap marah pada saya,"
Evi menghela napas. "Pak, karyawan saya sudah meminta maaf. Dia juga sudah beritikad baik untuk bertanggungjawab. Jadi, saya mohon jangan memakinya seperti itu. Apalagi, disini banyak orang. Apa Anda tidak memikirkan perasaannya?"
Pria itu bersunggut kesal, dia berdecih dan kemudian pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah katapun. Setelah pria tersebut sudah keluar, Evi menatap Ella.
"Kamu tidak pa-pa, Ella?"
Ella menggeleng. "Saya sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti itu, Bu. Maaf jika saya selalu ceroboh dalam bekerja.''
Ya, sejujurnya Ella bukanlah orang yang seperti itu. Dia selalu telaten, rajin, dan hati-hati dalam bekerja. Namun, karena masalah pribadi, dirinya tidak konsen dalam melakukan pekerjaan belakangan ini.
"Bu, saya permisi." pamit Ella dengan sedih.
Evi mengangguk, tetapi baru juga beberapa langkah Ella berjalan, Evi menghentikan langkah gadis itu.
"Ella, tunggu!"
Ella pun berhenti, dia menoleh dan menatap Evi yang berjalan ke arahnya.
"Apa saya boleh bertanya sesuatu?"
Ella mengangguk.
"Kamu ada masalah?"
Kedua manik mata mereka saling beradu, Evi bisa melihat dengan jelas jika Ella pasti sedang dalam masalah. Benar saja, gadis malang itu mengangguk, dia tertunduk lesu dan hampir saja menangis.
"El, kamu harusnya profesional. Kamu tau 'kan, akan runyam jika kamu membawa-bawa masalah pribadi ke tempat kerja. Bukannya saya tidak menghargai atau pun tidak pengertian, tetapi kalau kamu mencampur adukkan antar masalah pribadi dan kerja, maka hasilnya akan seperti tadi. Kamu tidak fokus." Evi mencoba berbicara lembut untuk menasehati Ella.
"Sekali lagi, maafkan saya, Bu."
"Baiklah, semoga tidak terjadi lagi hal seperti tadi. Saran saya, jika kamu mempunyai masalah, sebaiknya kamu meminta izin cuti kerja beberapa hari dulu. Ya, untuk menenangkan pikiran dan menyelesaikan masalah."
"Saya akan memikirkannya nanti, Bu."
"Ya sudah, kamu boleh kembali bekerja." Evi kembali mengelus pundak Ella, dan gadis itu berlalu dari hadapan Evi dengan sopan.
Setelah Ella pergi, Evi membuang napas berat. Di hari pertamanya bekerja, sudah ada keributan dan masalah. Dia berdoa, semoga saja dirinya bisa menyelesaikan masalah di restauran dengan baik. Wanita itu melangkah pergi untuk kembali ke ruangannya, dia mengumbar senyum tipis ke seluruh pengunjung restauran yang sempat melihat keributan tadi.
***
Malam hari, tepat pukul sebelas malam, Restauran pun tutup. Evi sengaja tidak pulang sebelum restauran itu benar-benar tutup. Dia berjalan ke arah mobilnya, dan masuk ke dalam sana. Namun, saat wanita itu menstater mobil, kendaraannya tersebut tidak bisa hidup. Tentu saja dia panik dan lagi hari sudah hampir larut malam.
"Kenapa mobil ini? Perasaan beberapa hari yang lalu baru di servis." Evi mencoba untuk menghidupkan mobilnya tetapi nihil, mobil itu tetap tidak mau menyala.
"Astaga!" Evi menyandarkan tubuh di kursi dan dia memukul stir kemudi. "Ck, ada-ada sih? Aku udah ngantuk, mobil! Capek, lelah, kenapa harus mogok?" wanita cantik itu bergumam sendiri, dia terdiam sejenak. Pada akhirnya, sebuah ide melintas di benaknya.
Evi turun dari mobil itu, dia menghubungi bengkel dan mengatakan mobilnya mogok, perlu di derek. Tak lupa, wanita tersebut pun menghubungi orang tuanya agar tidak membuat sang Mama khawatir. Selesai semua, dia bergegas kembali masuk ke dalam restauran. Sepertinya malam ini dia akan tidur di restauran itu, sampai subuh mendatang.
"Mau naik taksi online, aku takut. Ini sudah larut malam, bagaimana jika sopirnya melakukan hal yang tidak diinginkan?" Evi bergidik ngerih. "Bengkel juga sudah tutup, bisa menderek mobil harus menunggu subuh tiba. Ya ampun!" gumamnya sambil terus berjalan.
Untungnya Evi memegang kunci cadangan, saat dia hendak membuka kunci restauran, sebuah mobil berhenti di depan mobilnya. Hal itu membuat hati Evi waswas, dia terus menatap mobil itu dan berdoa semoga saja bukan orang jahat.
Sepasang kaki jenjang terlihat dan tak lama kemudian, pemiliknya pun ikut terlihat. Evi menghela napas lega saat tahu yang datang ternyata adalah bosnya. Wanita itu berlari kecil ke arah mobil, dia tersenyum tipis saat berada di depan Aji.
"Evi, kamu belum pulang?" tanya Aji heran.
"Sebenarnya saya sudah mau pulang, Pak. Tapi, mobil saya mogok." Evi berkata malu.
"Kok bisa?" Aji melirik mobil Evi.
"Tidak tahu, tiba-tiba mesinnya mati. Saya sudah menghubungi bengkel, dan besok subuh mereka baru datang untuk menderek mobil saya."
"Lalu, kamu ngapain masih disini?"
"Maaf, Pak. Saya tadi berencana untuk numpang tidur di restauran."
Aji menggeleng. "Baiklah, saya akan mengantarmu pulang."
"Eh, tidak perlu, Pak!" cegah Evi merasa tidak enak.
"Sudahlah, Evi. Kamu ikut saja dengan saya, saya tidak akan berbuat jahat. Ada-ada saja kamu mau tidur di restauran, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu?" Aji merasa khawatir dan itu membuat Evi termenung.
"Evi, ada apa? Kamu tetap tidak mau saya antar pulang?"
"Em, baiklah. Sebelumnya, terima kasih atas bantuan Anda, Pak."
"Ya, mari masuk."
Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan Evi pun tersenyum tipis.
***
**Tbc
VISUAL EVI ANDRIANA**
VISUAL AJI PRANATA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
mama Al
sombong nya
2023-05-11
1