Ocean Alexander Damares, adalah anak pertama dan satu-satunya dari Louis dan mendiang istri yang meninggal Tiga tahun yang lalu karena kecelakaan. Saat itu mereka bertiga akan berlibur bersama Baby moon calon anak Louis yang kedua, tapi kecelakaan ditengan jalan hingga mengakibatkan istri dan calon anaknya meninggal.
Bahkan bayi itu sudah berbentuk karena kandungan sang istri sudah berusia Enam bulan. Kecelakaan itu membuat trauma mendalam bagi Sean hingga gara-gara itu ia tak lagi pernah bicara pada siapapun selain yang begitu dekat dengannya.
"Hey, Tuan... Sudah ku bilang, panggilan itu biasa diucapkan oleh semua murid pada gurunya. Kenapa harus aku menjadi momi untuk Sean? Aku bahkan belum menikah. Dan_" Ucapan terhenti. Louis mengatupkan bibir dengan jari didepannya agar meera diam, karena saat itu sean mulai perlahan memejamkan mata diatas pangkuannya.
Entah berapa lama kemudian, hingga akhirnya sean benar-benar terlelap diatas pangkuan meera dan seorang pengasuh membawanya pergi dari sana meninggalkan meera dan louis hanya berdua. Benar-benar berdua, bahkan mereka mengunci pintunya dari luar agar meera tak bisa kabur darinya saat itu.
Meera ketakutan lagi, apalagi benar-benar hanya tinggal berdua saat ini. Bahkan Louis berdiri dari tempat duduknya, ia berjalan dan terus berjalan hingga akhirnya begitu dekat dengan meera yang masih duduk diranjangnya. Meera menjauh dan terus berusaha menjauh dari pria bertatapan tajam dan mengerikan itu.
Ya, bagaimana tak ngeri ketika mendadak diculik dan harus bersedia menjadi momi untuk putranya.
"Apa mau Tuan sebenarnya? Bukankah guru juga adalah ibu bagi muridnya? Kenapa Tuan sampai menculikku seperti ini?" tanya meera sekali lagi.
"Aku ingin kau benar-benar menjadi momi untuk Ocean, bukan sebagai guru yang bertemu di Sekolahnya. Dia yang menginginkanmu," jawabnya tenang sembari membuka beberapa kancing dikemeja yang ia pakai saat itu.
"Lantas?" tanya meera semakin gemetaran.
"Kau harus disini, melayani Ocean, menemaninya tidur, membacakan dongeng untuknya."
"Kau ayahnya,"
"Haruskan aku memintamu jika aku bisa melakukannya sendiri?"
"Tapi kenapa harus aku?"
"Karena Ocean butuh dirimu! Kau akan tinggal disini dan menjadi momy. Bahkan aku sudah beberapa kali mengatakan itu padamu sejak tadi," hela Louis dengan napasnya yang berat dan panjang. Padahal meera seorang guru, tapi kenapa lamban sekali untuk mencerna setiap perkataan yang keluar dari mulut louis saat ini. Padahhal setiap kata ia ucapkan dengan jelas dan meera tak memiliki gangguan pendengaran dan ia amat normal.
"Kita akan menikah," jelas louis yang akhirnya to the point denga napa maksudnya saat itu.
Meera semakin membulatkan matanya, ia bahkan mengorek telinganya saat itu dan meminta louis mengucapkan kembali apa yang barusan keluar dari bibirnya.
"Tolong, katakana sekali lagi karena aku kurang mengerti." Dan...
Bruuuggh! Tubuh louis secara tiba-tiba mengungkung tubuh meera dan menekannya dekat saat itu.
Ia merangkak dan saat ini tepat berasa diatas tubuh meera. Mata mereka saling bertemu, Meera berusaha menghindar dari tatapan itu dan membuang muka tapi louis meraih wajah meera agar kembali beradu tatap dengannya.
Dalam kungkungan itu, Louis mengusap pipi mulus meera dengan jemarinya. Hal itu membuat meera memejamkan mata, jujur saja baru louis yang menyentuhnya apalagi dengan posisi yang sedekat ini. Bahkan degup jantung meera terdengar hingga louis mengulurkan senyum tipisnya.
Tapi meera tahu, jika itu bukan tulus dan louis tak benar-benar menginginkannya saat ini. Apa ia hanya menggertak dan membuat meera takut padanya?
"Kau takut padaku?" Meera menggelengkan kepala, tapi tatapan dan dinginnya tubuh meera saat itu menjawab semuanya.
Louis mendekatkan bibir mereka, dan saat itu meera membuang muka padanya. "Kau bahkan akan jadi istriku, dan kau menolakku?"
"Aku bahkan belum menjawab apapun padamu. Aku juga tak pernah mengenalmu, bahkan melihatmu mengantar Ocean berangkat sekolah. Bagaimana kau bisa menjadi suamiku?"
Tatapan louis kembali tajam, ia saat ini beralih ke surai meera dan membelainya lembut bahkan sempat mengecup aromanya yang wangi disana. Begitu harum hingga louis bahkan memejamkan mata menikmati setiap aroma yang masuk ke hidungnya.
"Kau kaya, kau tampan dan punya segalanya. Kau bisa mendapatkan yang lebih baik dariku untuk putramu."
"Aku tak akan menjelaskannya lagi," singkat louis. "Bahkan seorang gadis dengan kehidupan yang sulit, masih saja bisa menolakku yang sempurna ini? Kau serius?"
"Tahu apa kau tentang hidupku? Lepaskan aku sekarang!" pekik meera, dan louis segera berdiri dari kungkungannya.
Meera lantas duduk dan membenarkan dirinya saat itu, ia menoleh kesana kemari mencari jalan bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari sana. Ia hanya memikirkan sang ibu saat ini, dan ia ingin segera pulang karena takut ibu akan dijadikan sasaran kemarahan sang ayah karena keterlambatannya.
"Kau juga akan dipukuli olehnya jika pulang tanpa membawa uang." Tatapan mata louise mengarah pada dada meera dan terdapat bekas memar disana. Sepertinya sudah cukup lama dan tampak mulai pudar, meera segera menutup kemejanya rapat.
Louis memanggil beberapa anak buahnya yang berjaga diluar sejak tadi. Pria itu membawa tas meera dan memberikannya kembali pada gadis itu. Tapi, betapa kagetnya meera ketika melihat begitu banyak uang yang saat ini ada didalam tasnya.
"Setidaknya itu bisa menolongmu dan ibumu saat ini. Pulanglah, sembari berfikir dengan tawaran yang ku berikan."
Meski sedikit tersinggung, tapi meera akui jika ia memang sangat membutuhkan uang itu saat ini. Tapi, itu uang untuk apa? Ia tak mau jika uang itu harus ia ganti dengan harga dirinya.
" Jangan fikirkan yang lain. Pulanglah, supirku akan mengantarmu." Louis keluar dari ruangan itu meninggalkan meera dan anak buah yang akan mengantarnya.
Meera cengo. Ia bengong dan bingung harus berbuat apa saat ini, hingga pria itu menegur dan menawari meera untuk mengantarnya pulang segera.
Sepanjang jalan meera hanya diam, begitu juga pria itu. Meera terus memeluk tasnya sejak tadi, ia tak percaya ada uang cukup banyak didalamnya saat ini. Antara dua kemungkinan yang akan datang. Uang itu direbut sang ayah atau aman untuk biaya pengobatan ibunya. Meski kemungkinan pertama adalah yang paling nyata.
Hingga meera meraih beberapa dan mengantonginya didalam saku celana bahkan ia simpa didalam branya.
"Apa?" tanya meera, yang sadar jika pak supir memperhatikannya saat itu.
Akhirnya ia turun ditempat pertama ia ditangkap. Ia langsung berjalan cepat pulang ke rumah untuk menemui ibunya disana dan mengurusnya meski diri sendiri lelah bukan main sebenarnya.
" Aaarrrghh! Ampun! Hentikan!!" Suara samar itu terdengar ditelinga meera. Perasaannya benar tentang ibu yang tengah dipukuuli sang ayah saat ini.
Meera lantas lari sekuat tenaga, ia menghampiri ibunya yang sudah tampak lemah tak berdaya dengan beberapa luka disekujur tubuhnya.
" Ibu... Maaf, Meera telat." Sesal meera yang langsung meraih tubuh lemah itu kedalam pangkuannya.
"Dari mana kau? Jual diri?" tanya sang ayah yang dengan sadar sudah begitu menyakiti hati lyra saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Bu Neng
kasian banget ibu nya meera
2023-11-07
1
Erna Fadhilah
la bapak macam apa tu hobinya kok nyiksa suami, malah ga krj😠😠
2023-06-06
0
Kinanti ahmad
mmpir lagi d karyamu Thor,,,💪💪
2023-06-02
0