Zen keluar dari rumah ke dua orangtuanya dengan hanya membawa sebuah ponsel miliknya. Ia menghubungi temannya yang bernama Zaki. Seorang sahabat juga sekelasnya yang sudah menyusun skripsi, tinggal sidang skripsi saja.
"Bro, jemput gue. Gue di pos satpam komplek perumahan di depan." Ucap Zen seraya medial layar ponselnya.
Ia berdiri di depan pos satpam. Beberapa satpam bingung,mereka juga tak menyapa Zen. Karena anak bungsu Pak Ahmed itu begitu angkuh dan sombong. Hampir 35 menit Zen pun di jemput oleh Zaki. Mereka telah tiba di salah satu tempat kawasan rumah kost. Zen pun menuju dapur ketika Zaki membuka pintu kamar kostnya.
"Lo yakin mau tinggal disini?" Tanya Zaki heran, ia melanjutkan rasa penasarannya pada ucapan Zen ketika selama di perjalanan menuju rumah kostnya.
"Iya, Sementara gue belum dapat kerjaan atau uang. Ntar Gue cari kostan sendiri. Lo keberatan gue disini?" Tanya Zen setelah menenggak hampir setengah botol minuman bersoda dari lemari pendingin yang ada di dapur Zaki.
"Bukan gitu Bro. Besok gue mau mudik, lo yakin ga mau ikut gue mudik?" Tanya Zaki.
Zen menggeleng. Ia membuka sepatunya dan melemparkannya ke sembarang tempat. Ia juga membuka baju kaosnya, dan melemparnya ke arah sofa di kamar Zaki. Ia membuka lemari Zaki dan mengambil satu kaos bola yang sedikit kekecilan untuk postur tubuhnya.
"Ya udah, terserah Lo. Gue satu minggu di kampung." Ucap Zaki.
Malam itu, sepasang sahabat itu pun tidur dengan berdesakan karena kasur Zaki yang hanya cukup untuk satu orang. Keesokan pagi, Zen mencabut kontak motor CBR milik Zaki.
"Woi! Apa si Zen! Gue buru-buru." Ucap Zaki kesal. Baru satu malam Zen tinggal bersama dirinya, ia sudah merasa tidak nyaman.
Bukan hanya itu, kamarnya yang rapi menjadi berantakan. Semua itu ulah Zen yang memang anak Mommy. Ia tak pernah membereskan kamarnya atau sekedar menata kamarnya.
"Pinjemin gue duit. Gue butuh makan, Lo pikir gue robot cuma di charge doang. Gue makan nasi." Ucap Zen dengan senyum tengilnya.
Zaki mendengus kesal. Ia pun berjinjit dan menarik dompetnya. Ia keluarkan 5 lembar uang kertas yang berwarna merah. Namun saat uang itu telah berpindah ke tangan Zen. Mahasiswa abadi itu pun tidak terima diberi pinjaman hanya setengah juta rupiah.
"Lo becanda Zak?" Ucap Zen kesal.
"Lah, emangnya mau berapa? Gue seminggu cukup segitu buat makan doang Bro." Uca Zaki kesal.
Baru ia akan memasang helmnya lagi, Zen justru menarik dompet di kantung belakang Zaki.
"Zen!" Teriak Zaki.
Zen mengambil beberapa lembar lagi hingga menyisahkan 5 lembar uang berwarna merah.
"Lo lupa selama ini di kampus yang sering bayar makanan lo siapa?" Ucap Zen seraya menyerahkan dompet Zaki ke tangan sahabat nya itu.
Zaki begitu kesal. Selama ini ia berteman dengan Zen hanya karena ia bisa memanfaatkan Zen yang tajir. Namun kali ini, Zen tak lagi berguna.
Zaki pun menyusun siasat. Satu minggu setelah mudik, waktu libur kuliah telah hampir habis. Ia pun kembali ke kost an secara diam-diam. Ia mengambil semua barang-barang miliknya, tanpa sepengetahuan Zen. Betapa kagetnya Zen ketika ia kembali dari makan siang, kost an Zaki telah kosong. Ia begitu marah pada Zaki. Ibu kost pun meminta Zen membayar uang muka jika ingin tetap tinggal disana.
"Brengsek Lo Zak. Cari mati Lo!" Ucap Zen kesal.
Saat jadwal perkuliahan telah masuk, Zen menyusuri kampus dari kantin, taman, kelas hingga ia menemukan Zaki sedang bermain bola basket bersama anak-anak ekstrakurikuler di kampus mereka.
"Bugh! Bugh!"
"Brengsek Lo Zak! Temen macem apa Lo!" Ucap Zen seraya menarik kerah baju Zaki dengan kedua tangan nya.
Dua sahabat itu bertemu tatap dengan tatapan tajam dan saling tidak suka.
Zaki menarik kerah baju Zen.
"Lo yang brensek! Dengar bro. Hidup itu keras. Ada uang Lo punya banyak teman. Ga ada uang, Lo jangan harap punya teman. You are alone!" Ucap Zaki dengan kesal.
"Buuugh! Buughh! Buugh!"
"Ok, I am alone." Ucap Zen puas karena telah membuat hidung, mata dan bibir Zaki berdarah.
Ia meninggalkan lapangan basket dengan semua mata tertuju pada dirinya. Dengan wajah tanpa dosa ia tak menghiraukan tatapan orang-orang padanya.
'Baiklah, aku sendiri. Aku akan buktikan aku bisa sendiri!' Batin Zen seraya berjalan ke arah gerbang kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Wulan Dary
buktikan Zen klw kamu bisa tanpa mereka.....semangat💪💪💪💪
2023-06-09
1
Nar Sih
memang susah cari teman sejati yg mengerti ,yg mau terima kita apa ada nya kebanyakan mau nya kita ps sng aja karena bisa di manfatin ,tpi setelagi susah ngak ada empati ,seperti zen ini ,cerita yg bagus kak ,lanjutt
2023-05-03
0
sitimusthoharoh
emang susah mencati teman yg bener2 bisa dijadikan teman.maka kita harus pintar2 mencari teman,jangan hanya karna ad uang teman mendekat tapi ketika kita susah teman dah gk mau kenal kita lagi.
lanjut
2023-05-03
0