"Semua ini gara-gara kamu! Lihatlah Celo kembali menggila di rumah utama. Seharusnya kamu bisa mencegah dia, paling tidak kamu nasehati dia agar jangan melakukan hal seperti itu!" Lagi-lagi Rosita menyalahkan sang menantu karena tingkah sang anak yang di luar dugaan.
Mitha menunduk diam, menahan sakit di bokongnya. Sungguh dia tidak tahu kenapa bisa sang suami seperti itu. Selama ini laki-laki itu selalu bersikap baik padanya tetapi dia akan berubah seperti orang kesetanan setiap kali berhadapan dengan ibunya.
"Heh, malah bengong! Cepat hentikan dia sekarang juga! Sebelum semua barangku habis oleh suami kamu itu," bentak Rosita.
Mitha pun bangkit dan mulai berjalan tertatih mendekati sang suami yang sedang mengamuk di ruang keluarga. Semua pigura foto yang ada di ruangan itu pecah dan tak berbentuk lagi. Gadis itu berjalan perlahan agar tidak menginjak serpihan kaca pigura.
Saat kedua tangan Marcelo memegang televisi berukuran besar itu, Mitha memeluknya dari belakang. Kepalanya dia tempelkan pada punggung sang suami. Air mata gadis itu mengalir deras, memohon sang suami menghentikan aksi gilanya itu.
Detik berubah menjadi menit, Celo yang tidak tega melihat sang istri menangis pun melepaskan pegangan tangannya dari televisi LCD ukuran tiga uluh dua inchi tersebut. Lelaki itu berbalik menghadap ke arah sang istri, diusapnya air mata di wajah cantik itu.
"Jangan menangis lagi! Aku janji tidak akan berbuat seperti ini lagi di hadapan kamu," ucap Celo sambil memeluk sang istri, membenamkan kepala gadis itu di dadanya.
Rosita masuk dengan wajah merah padam menahan amarah. Tak lama setelah Rosita masuk, beberapa petugas dari rumah sakit jiwa datang untuk membawa anak keduanya itu ke rumah sakit. Mereka melakukan itu atas perintah Rosita.
"Jangan bawa suamiku pergi! Mama, Mitha mohon, jangan pisahkan aku dengan suamiku," ucap Mitha tatapan memohon, air matanya kembali mengalir deras di pipinya.
"Kalau dia dibiarkan bebas, tidak hanya isi rumah ini yang hancur, tetapi semua penghuni di sini bisa menjadi sasarannya jika tidak ada lagi barang yang akan dibanting," jawab Rosita dengan lantang.
Dalam hati gadis itu membenarkan ucapan sang mertua, tetapi dia harus mencari cara agar petugas rumah sakit itu tidak jadi membawa sang suami. Otak cerdasnya bisa menemukan solusi hanya dalam hitungan menit.
"Ma, biarkan Mitha yang merawatnya. Namun, Mitha minta Mama buatkan satu kamar lagi di samping paviliun kami dengan pintu pararel. Jadi, akses kamar itu hanya bisa melalui tempat tinggal kami. Saya berjanji akan mengurus Kak Celo dan dia tidak akan masuk ke rumah utama." Gadis itu dengan berani menjanjikan bahwa sang suami tidak akan menganggu rumah utama.
"Aku pegang kata-kata kamu! Jika dia masih keluar dari kamar itu dan merusak semua barang di rumah utama, maka detik itu juga kalian berdua harus meninggalkan rumah ini!"
"Saya janji, Ma. Kak Celo aman bersama saya," sahut sang menantu.
Siang itu juga Rosita memanggil tukang bangunan dan membeli semua kebutuhan untuk membuat kamar sesuai permintaan sang menantu. Kamar itu benar-benar hanya bisa diakses melalui paviliun yang ditempati kini ditempati Celo dan istrinya. Oleh karena itu, dinding paviliun dirobohkan untuk memasang kusen pintu.
Kamar itu hanya ada jendela berukuran besar yang dipasangi teralis, sehingga memudahkan udara berganti. Kamar ukuran tiga kali empat itu sengaja tidak dipasang AC oleh Rosita. Walaupun tidak ber-AC, kamar itu sudah dingin karena terletak di bawah pohon rindang.
Sesuai janji Mitha pada sang mertua, gadis itu selalu mengunci Celo di kamar itu jika hendak ke rumah utama atau pun keluar berjualan. Suaminya itu kini lebih sering sibuk dengan laptopnya. Ya, menantu Weasley memohon pada ayah mertuanya untuk membelikan sang suami laptop yang bagus agar laki-laki itu memiliki kegiatan.
Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Setiap hari kegiatan yang dilakukan masih tetap sama, berjualan lalu masak di rumah utama. Sore harinya dia gunakan untuk membuat kue sembari menemani sang suami yang mengutak-atik laptopnya.
Semenjak Marcelo diberikan laptop, pemuda itu bisa mengakses dunia luar karena ada jaringan WiFi di paviliun itu. Mitha sendiri setiap pagi dan malam akan memijit badan sang suami agar rileks dan tidak mudah marah. Ternyata usahanya berhasil, terbukti dari Celo yang lebih tenang dan tidak pernah mengamuk lagi.
"Mas, Celo sepertinya sudah mulai membaik bagaimana kalau kita suruh dia untuk melanjutkan pendidikannya?" usul Rosita pada sang suami.
Kini mereka berdua berada di kamar, setelah melaksanakan makan malam bersama si bungsu. Rosita menyarankan agar anak keduanya melanjutkan kuliah agar bisa membantu sang suami di kantor. Dengan wajah yang dimiliki juga pendidikan yang tinggi, pasti tidak susah untuk mendapatkan jodoh yang setara dengan mereka.
Jika Marcelo sudah sembuh, Rosita ingin menjodohkan dia dengan anak sahabatnya yang seorang istri pengusaha besar. Masalah Mitha bisa dia atur agar meninggalkan anaknya itu. Apalagi pernikahan Celo dengan Mitha selama ini disembunyikan dan belum sah di mata negara.
Hari ini, Marcelo nekat diajak keluar oleh Mitha. Gadis itu ingin mengajak sang suami berjualan keliling kompleks lagi. Sebelumnya pemuda itu sering merengek minta ikut berjualan, dengan berat hati Mitha menyetujui akan mengajak suaminya berjualan jika tidak membuat ulah.
Sudah berbulan-bulan dikurung di kamar yang sempit pasti suntuk dan jenuh. Oleh karena itu, Mitha mengajak suaminya keluar saat kedua mertuanya keluar kota. Kebetulan sang mertua berangkat keluar negeri kemarin siang. Jadi pagi ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu.
Marcelo memakai baju kaos panjang berwarna abu-abu dan kemeja polos berwarna hitam tidak dikancingkan. Tak lupa topi untuk menutupi wajahnya agar tidak ada yang mengenalinya. Laki-laki itu sudah berdiri di samping pintu, tidak sabar ingin keluar.
Pasangan muda itu berjalan bersama, dengan Celo yang menuntun sepeda. Mitha seperti biasa berteriak menawarkan dagangannya. Beberapa saat kemudian, suaminya ikut berteriak agar pembeli datang menghampiri.
"Kue ... Kue, kue ...."
Mitha dan Celo saling bersahutan menawarkan dagangan mereka. Tak lama kemudian banyak pembeli datang menghampiri. Melihat penjual langganan membawa pemuda ganteng, banyak pembeli anak gadis dan juga ibu-ibu datang menghampiri.
Dalam waktu singkat dagangan mereka sudah ludes. Seperti biasa, setelah dagangan habis Mitha akan ke pasar membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Celo menyuruh sang istri duduk di boncengan, sedang dia yang mengayuh sepeda.
Selama ini, Marcelo sudah terbiasa melakukan olah raga walau di ruangan sempit, sehingga mudah baginya memboncengkan sang istri yang bertubuh mungil itu. Sepanjang perjalanan pasangan muda itu tertawa lepas seolah tak ada beban menghimpit.
Begitu sampai di pasar, Mitha berbelanja di toko langganannya. Sudah terbiasa belanja di toko itu sehingga penjualnya pun sudah hafal apa saja yang akan dia beli. Tidak butuh waktu lama berada di toko itu.
Selesai berbelanja, mereka singgah dulu di taman kompleks sebentar. Mereka berdua bercanda dan sambil menikmati jajanan yang tadi dibeli di pasar. Mereka pulang saat waktu matahari sudah mulai meninggi.
"Kalian dari mana?" tanya nyonya Rosita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
ℳℯ𝓁𝒶𝓃
ish enak bener itu di Mitha mau d buang gitu aja
Bener2 Mak Rosita gak waras 😅🤣🤣🤣
2023-06-01
1
yuni kazandozi
katanya orangtua celo sedang keluar negeri,kok taunya rosita dirumah nunggu celo mitha pulang jualan kue
2023-05-25
1
CebReT SeMeDi
Niatnya buruk bgt, sengaja dinikahkan siri biar nanti kalau sembuh bisa dijodohkan Ama anak temen sosialita nya, miris bgt keluarga ini
2023-05-21
2