CG# 3

"Jawab Mitha! Pelipis kamu kenapa? Siapa yang telah membuat kamu terluka?" Marcelo melontarkan beberapa pertanyaan pada sang istri.

Laki-laki yang sering dikatakan gila oleh keluarganya itu tampak marah melihat sang istri terluka. Amarahnya siap meledak kapan saja jika sang istri salah menjawab. Namun, gadis itu tetap tenang dan memperlihatkan senyumnya.

Melihat senyum sang istri mengembang, amarah Celo reda seketika. Hatinya merasa damai setiap kali melihat senyum manis istrinya. Walau mereka masih terlalu muda menikah, pernikahan mereka berjalan baik-baik saja.

Laki-laki berusia dua puluh satu tahun itu menuntun istrinya untuk duduk di atas ranjang. Dia usap perban yang menutupi pelipis sang kekasih halal. Setelah itu, Celo meniup lalu menciumnya berharap luka itu cepat sembuh.

"Dah sembuh! Sekarang kamu tidurlah. Istirahat yang cukup agar kuat menghadapi wanita gila itu," ucap Marcelo lembut.

"Aku tidak apa-apa, Kak. Aku harus menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue. Kalau tidak sekarang kapan lagi? Aku harus tetap berjualan agar kita bisa makan," jawab Mitha dengan senyum mengembang.

Mitha sudah memanggil Marcelo dengan sebutan kakak sejak pertama kali kenal. Hal ini dikarenakan sang suami termasuk kakak kelasnya.

Marcelo sangat perhatian dan menyayangi istrinya saat hanya ada mereka berdua. Sikapnya juga sangat manis selama pernikahan mereka yang baru berjalan satu bulan. Sayangnya, suami Mitha iyu akan menjadi laki-laki yang berbeda jika berada di luar paviliun, lebih tepatnya jika memasuki rumah utama.

Mitha sendiri merasa bingung menghadapi sang suami, jika sudah mengamuk di rumah utama. Gadis itu merasa aneh karena perangai sang suami yang tidak menentu. Celo akan semakin mengamuk jika salah satu penghuni rumah utama merendahkannya dan mengatai gila.

Amarah Marcelo hanya bisa reda dengan pelukan sang istri. Selama menjadi istrinya, belum sekali pun mendapat makian apalagi pukulan dari sang suami. Laki-laki itu selalu memperlakukannya dengan sangat baik.

Marcelo sering membantu istrinya membuat kue untuk dagangan jualannya. Tidak pernah sekalipun laki-laki itu mengeluh selama membantu sang istri. Mereka berdua mengerjakan dengan hati gembira sehingga kue yang dihasilkan terasa enak karena diproses dengan penuh cinta.

Jam sembilan malam kue yang mereka buat sudah matang. Ada kue bolu, kue bugis, dan donat. Untuk kue dadar dan kue yang lainnya akan dikerjakan setelah subuh.

"Horee sudah selesai!" seru Marcelo sambil bertepuk tangan yang ditanggapi senyuman oleh sang istri.

Laki-laki itu bertingkah bak anak kecil yang baru saja selesai membantu ibunya. Mitha sendiri sudah terbiasa menyaksikan hal ini. Wanita itu bersyukur karena sang suami selalu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang dan sering membantu meringankan pekerjaan dia.

Kini mereka sudah membersihkan diri dan bersiap menuju ke peraduan malam. Menjemput alam mimpi yang telah menanti.

"Sini peluk!" ucap Marcelo manja sambil menepuk kasur.

Mitha tersenyum lalu duduk di pinggir ranjang. Sengaja berlama-lama ingin menggoda sang suami. Tak lama kemudian, Marcelo menariknya dan membanting pelan tubuh sang istri ke kasur dengan tawa lepas.

Mereka tertawa bersama di atas ranjang berukuran king size itu. Setelah lelah bercanda dan tertawa keduanya berbaring telentang dengan napas memburu karena aktivitas yang mereka lakukan tadi.

"Kak, boleh tanya sesuatu tidak?" tanya Mitha setelah napasnya kembali normal.

"Ingin bertanya apa, hmm?" sahut Celo seraya mengusap pipi sang istri lalu menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.

Mitha terdiam memikirkan kata-kata yang tepat agar tidak menyinggung perasaan sang suami. Dia tidak ingin amarah suaminya tersulut hanya karena salah bicara. Oleh karena itu, gadis cantik berusia delapan belas tahun itu harus berhati-hati saat berucap.

"Kok malah bengong? Tadi katanya mau bertanya, nggak jadi?"

Mitha mengulas senyum melihat sang suami sudah tidak sabar mendengar pertanyaan darinya.

"Sabar! Nggak sabaran banget sih jadi orang!"

"Hehehe ... habis lama banget ngomongnya. Bikin penasaran aja!" ucap Celo terkekeh, tangannya mencubit dagu sang istri mesra.

Mitha memainkan jari-jari tangannya terlebih dahulu sebelum berucap. Jantungnya berdegup kencang dengan perasaan was-was takut pertanyaannya nanti membuat sang suami tersinggung.

"Umm, sebenarnya Kakak ini pura-pura gila atau emang beneran gila?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibirnya.

"Atau aku yang gila karena terlalu mencintai kamu?" lanjut Mitha dengan gumaman, tetapi masih tertangkap jelas oleh telinga Marcelo.

Tawa Celo seketika pecah mendengar pertanyaan dari sang istri. Ternyata istrinya itu masih terlalu polos. Selalu berbuat kebaikan seolah orang lain akan memperlakukannya dengan baik juga.

Tidak tahukah dia, jika dunia ini begitu kejam karena makhluk yang menghuni pandai bersandiwara. Sepertinya gadis itu juga tidak tahu jika orang gila akan mengaku waras jika ditanya.

Sementara itu, di rumah utama Rosita baru saja pulang. Sang suami, Damian Weasley sudah berada di rumah sejak sore. Laki-laki itu sengaja tidak memberitahu sang istri jika pulang cepat hari ini.

"Dari mana saja kamu? Pantas saja semua anakmu tidak ada yang benar. Ibunya saja tidak peduli dengan keadaan anak-anak dan suaminya di rumah!" teriak Damian saat Rosita, sang istri menapaki anak tangga.

"Eh, Mas Damian! Tumben jam segini sudah pulang. Biasanya jam sebelas itu sudah paling cepat pulang," jawab Rosita dengan senyum sinis.

"Apa pantas seorang ibu keluyuran sampai malam?"

"Tenang Mas! Anak-anak sudah besar, tidak perlu dijaga selama dua puluh empat jam. Kecuali ... anak kesayangan kamu yang gila itu!" Rosita melanjutkan langkahnya setelah menjawab pertanyaan sang suami.

Damian memijit kepalanya yang terasa berdenyut karena ulah sang istri. Dia harus bersabar menghadapi sikap sang istri yang selalu mendominasi. Percuma juga menasehati karena Rosita tidak menerima nasehat siapa pun.

Laki-laki paruh baya itu sebenarnya tahu kelakuan buruk sang istri tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya laki-laki warga negara asing yang terdampar di kepulauan Riau dan ditolong oleh Rosita. Akhirnya mereka menikah setelah setahun saling mengenal.

Rosita dan Damian sudah lama tidak akur, terutama sejak Marcelo tiba-tiba saja gila saat diperkenalkan pada seorang gadis cantik teman sosialita sang ibu. Rosita merasa itu adalah aib besar yang harus segera ditutupi, jika bisa dibuang. Oleh karena takut berita itu menyebar ke teman sosialitanya, Rosita mengurung Celo di paviliun belakang rumah dan sekarang dinikahkan dengan Mitha.

Seminggu sekali akan datang dokter yang akan memeriksa keadaan anak nomor duanya itu. Kakak dan adik Marcelo diminta untuk tutup mulut agar keadaan anak itu tidak tersebar keluar. Tidak hanya itu saja, semua pekerja yang tinggal di rumah juga diminta untuk tutup mulut.

Rosita tidur masih membawa perasaan jengkelnya pada sang suami, sehingga pagi hari saat bangun tidur dengan suasana hati yang buruk. Dia harus mencari seseorang untuk melampiaskan kekesalannya. Untuk itu, turun ke dapur lalu berjalan menuju paviliun dimana anak dan menantunya tinggal.

"Mitha! Mitha! Keluar kamu!" teriak Rosita dengan suara lantang.

Terpopuler

Comments

ℳℯ𝓁𝒶𝓃

ℳℯ𝓁𝒶𝓃

wkwkw pura2 gila kayak nya yak karna gamau d jodohin..
sotoy banget deh aku 😅

2023-06-01

1

yuni kazandozi

yuni kazandozi

owh gila nya celo mungkin efek dari tingkah laku ibu x ya

2023-05-25

1

CebReT SeMeDi

CebReT SeMeDi

gemes gw Ama Damian g tegas jadi bapak Ama suami

2023-05-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!