Perkenalan Yang Canggung

Pesan pertama yang didapatkan oleh Rea saat berkenalan dengan Ken dan Rain adalah aneh. Wajah mereka kalau diperhatikan hampir serupa satu sama lain, akan tetapi sifat mereka jauh berbeda.

Apalagi mendengar ancaman Rain yang ingin membatalkan perjodohan bodoh ini rasa-rasanya terlalu frontal. Namun, Rea tidak ambil pusing dengan ancaman tersebut. Yang jelas kehadirannya saat ini di kediaman Luther, hanya untuk menghargai Jacob dan istrinya yang sudah tiada.

Setelah berkenalan, Jacob meminta Rea dan Ken, (anehnya Rain tidak diikutsertakan), untuk ikut ke ruang kerjanya yang di dominasi dengan warna cokelat hangat yang sama seperti ruangan sebelumnya.

"Silahkan duduk," ucap Jacob. "Kita akan menunggu Tuan Ferguson, yang sebentar lagi akan datang. Sambil menunggu, Papa ingin bertanya pada Rea, bagaimana kesanmu terhadap Ken? Dia putra sulungku, saat ini dia sedang magang di perusahaanku dan tinggal menunggu wisuda,"

Rea memberikan senyumnya pada Ken. "Kak Ken ini, dia oke,"

Jacob tertawa senang, entah apa yang membuatnya senang dari jawaban Rea. "Hahaha! Just, oke? Kau terlalu jujur. Tapi, aku merekomendasikan Ken untuk jadi kandidat calon terkuat untukmu, Rea? Aku sudah berbicara dengan Ken dan dia setuju. Katakan sesuatu, Ken!"

Wajah Rea tak dapat ditebak. Banyak sekali yang dia pikirkan saat ini dan ada satu hal yang membuat dia bertanya-tanya, apakah ayahnya berharap dia akan menikah tanpa cinta? Rea merasa dijual bukan dijodohkan, apalagi ucapan Jacob yang seakan meremehkan perjodohan ini.

"Ya, a-, ...."

"Tunggu dulu! Maafkan aku karena memotong pembicaraan Kak Ken. Bukankah kita sedang membicarakan perjodohan yang berakhir dengan pernikahan? Tapi aku merasa ada yang janggal di sini, ya? Maksudku, kita menikah itu berdasarkan cinta dan aku diberikan waktu hingga bulan depan, untuk melakukan pendekatan. Paling tidak aku diharapkan akan memiliki bibit-bibit cinta yang bisa kuberikan kepada kakak atau pun Rain. Begitu bukan?" tanya Rea. Dia tidak tahan untuk menyelam dan mengutarakan apa yang baru saja dia pikirkan.

Jacob mendengus tak sabar. Namun baru saja dia hendak membuka mulutnya, Ken sudah menjawab lebih dulu. "Ya, memang seperti itu. Sebelum aku bertemu denganmu, papaku sudah menceritakan segala hal tentangmu dan memberikan fotomu kepada kami. Menurutku kau cantik, mempunyai wajah yang pintar, dan itu menjadikanmu sebagai sebuah paket yang nyaris sempurna. Aku terang-terangan mengatakan kepada papa kalau aku menyukaimu. Apakah ada yang salah dengan itu? Menurutmu itu termasuk kategori bibit-bibit cinta? Kalau iya, ayo kita lanjutkan!"

"Uhuk! Uhuk! Eehm! Tidak secepat itu juga kali," timpal Rea mengelak.

"Karena kau menginginkan bibit-bibit cinta dan aku dengan jujur mengatakan kalau aku memiliki itu," jawab Ken.

Posisi Rea saat ini adalah skakmat. Dia terjebak dengan pertanyaannya sendiri karena sebelumnya Rea tidak pernah berekspektasi atau memikirkan, kalau Jacob akan memberitahukan informasi seputar Rea bahkan foto gadis itu kepada kedua putranya.

"Nah, bagaimana Rea?" tanya Jacob tersenyum geli.

Rea hanya membalas pertanyaan Jacob dengan senyuman. Tak lama suara pintu ruang kerja Jacob diketuk dan seorang pria yang telah Rea kenal sebelumnya masuk ke dalam dengan langkah dan senyum yang ceria.

"Halo! Halo! Maaf menunggu," katanya. "Nona Johnson, ah, tunggu, Rea, bagaimana kabar Anda? Luar biasa?"

"Luar biasa, Tuan Fergie. Terima kasih," jawab Rea sopan.

Fergie menyeringai lebar dan sekejap kemudian wajahnya berubah menjadi serius. Rea menyebut Tuan Fergie sebagai pria dengan duality yang sempurna. Biasanya, Lizzy akan semakin penasaran bagaimana rupa dan wajah Tuan Fergie ini.

"Oke, saya akan menjelaskan total saham yang didapatkan oleh Rea Johnson di perusahaan AJ Company. Total keseluruhan saham yang dimiliki rea saat ini adalah sebanyak 46% dan itu menjadikan Rea sebagai direksi di perusahaan AJ Company. Di sini tuan dan nyonya Johnson menyebutkan sampai umur ayah 20 tahun nanti dan dia sudah menikah dengan salah satu putra Tuan Luther maka saya akan mendapatkan 10% saham tambahan dan itu akan menjadikan rea sebagai direktur utama pada perusahaan AJ Company dan dapat bersanding dengan salah satu putra Luther," kata Tuan Fergie ceria kepada Rea. "Masa depanmu cerah, Anak Cantik. Jangan terlalu banyak bersedih, tatap saja masa depanmu dan tundukkan mereka!"

Rea hanya tersenyum mendengar quote dari kuasa hukumnya itu. "Terima kasih, Tuan Fergie,"

"Satu lagi, kau berhak memiliki satu orang asisten pribadi dan kau boleh mewawancarai mereka sendiri. Terserah kau mau pilih siapa, itu bebas," sambung Tuan Fergie lagi.

Seketika itu juga nama Lizzy muncul di otak Rea. "Bolehkah sahabat saya?"

Fergie mengusap dagu Rea. "Boleh, Cantik. Berikan kabar kepadaku, kapan dia bisa datang. Oke?"

"Oke, terima kasih," jawab Rea.

Rea bersyukur karena paling tidak, ada seorang yang dia kenal masuk ke dalam lingkaran kehidupan pribadinya yang baru. Setidaknya, Lizzy bisa diajak menggila bersamanya.

"Itu saja, kalian bisa keluar karena ada beberapa hal yang harus aku bicarakan bersama dengan Tuan Fergie," kata Jacob.

Malam itu, Ken mengajak Rea untuk makan malam bersama di sebuah restoran. Pria itu benar-benar terlihat sekali menyukai Rea. Dia bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan Rea serta apa yang gadis itu sukai atau tidak.

Rea pun tampak menikmati perbincangannya bersama dengan Ken. "Aku suka strawberry dan cokelat,"

"Oh yah? Kau feminim sekali. Kebanyakan wanita memang suka itu, 'kan?" tanya Ken memastikan.

"Tidak juga, karena selain itu aku juga menyukai rasa kopi dan kayu manis," balas Rea tak mau kalah.

Ken tersenyum lebar. "Hahaha, itu baru unik. Perpaduan kopi dan kayu manis sepertinya tidak terlalu buruk,"

"Hahaha! Enak," ucap Rea tertawa.

Begitulah, Rea benar-benar menikmati waktunya bersama Ken. Pria itu juga mengantar Rea ke rumah untuk mengambil barang-barang keperluannya yang sempat dia bawa kembali dan kini, dia bawa lagi ke tempat Jacob.

Setelah sampai di rumah Jacob hari sudah sangat malam, Ken mengantar Rea hingga kamarnya. "Sesuai ekspektasiku, kau asik," ucap Ken.

"Thank's, you too, Kak," balas Rea.

Ken pun kembali ke kamarnya yang berada di lantai dua. Karena berada di lingkungan baru, Rea tidak dapat tidur. Dia merasa gelisah dan tak nyaman. Gadis itu kemudian mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Lizzy. "Zy, help! Lo udah tidur? Gue di rumah Luther dan ngga bisa tidur. Online ngga? On call, yuk!"

Tak lama, ponsel Rea berdering. Nama Lizzy tertera di layar ponselnya, Rea menjawab panggilan itu dengan senyuman di wajahnya. "Halo,"

("Gila, lo! Ini nyaris pagi, Re! Eh, lo abis ngedate?") tanya Lizzy sambil tertawa cekikikan di seberang.

"Kok tau? Lo ngetracking GPS gue, yah?" Rea balas bertanya.

("Zayn ngeliat lo dianter pulang terus cabut lagi,") jawab Lizzy.

"Gue sama anaknya Luther. Asik, sih. Cuma gue belum ngeklik, hahaha!" tukas Rea sembari tertawa.

Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Saya segera waspada dan kemudian dia berbisik kepada lizi untuk menyudahi panggilannya, "Sst, Zy, nanti gue call lagi, ya. Ada yang ngetuk pintu kamar gue. Creepy banget, malam-malam gini. Bye,"

Setelah menutup panggilannya saya berdiam diri sejenak dan menutupi mulut dengan tangannya. Ketukan itu terdengar lagi. Rea beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. "Ya?"

"Lo? Ngapain lo di sini? Sejak kapan Lo pindah ke sini?"

"Rain? Ngapain juga lo ke kamar cewek malem-malem?" tuntut Rea. Jantungnya nyaris saja copot karena dia memikirkan hal yang seram, tetapi kemudian dia bisa bernapas lega saat tau, Rain yang mengetuk pintu kamarnya.

"Ini rumah gue! Paling ngga, lo tau aturan! Lo ketawa malem-malem, gue pikir lo makhluk halus!" tukas Rain geram.

Rea tersenyum. "Cih, ternyata pengecut. Malu sama tato!"

"Sialan! Kata bokap gue, ada gadis yang berduka dan sedih, harus jaga perasaan, taunya cuma cewek barbar yang ngga tau aturan!" balas Rain pedas.

Genderang perang telah dikumandangkan. Kedua netra mereka saling bertumpu penuh kebencian.

"Sampe kapan pun, lo ngga akan bisa masuk keluarga ini! Gue menolak!" ancam Rain lagi.

Rea tak mau kalah, dia memincingkan kedua matanya dan menatap tajam pada Rain. "Gue juga ngga sudi ada di sini! Gue cuma menghargai bokap lo yang udah mohon-mohon ke gue untuk nikahin berandalan kayak lo!"

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!