My Boyfriend Is A Bad Guy

My Boyfriend Is A Bad Guy

Kabar Mengejutkan

Raungan suara deru laju kendaraan mesin beroda dua disertai dengan hiruk pikuk dan sorak sorai terdengar memenuhi langit malam. Asap putih yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor itu membumbung tinggi dan menghiasi suasana malam hari itu.

"Speedy! Speedy! Speedy!" riuh rendah suara dukungan terdengar dari beberapa kelompok pria memakai jaket kulit hitam. Mereka bersorak memberikan dukungan kepada seseorang yang tampak sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Di sisi lain, suara sorak sorai dukungan terdengar tak kalah membahana. "Hunter! Hunter! Hunter!"

"Wuuuuuu! Go, Speedy!" tukas yang lain.

Seperti sebuah paduan suara yang menyanyikan lagu secara bersahutan, sisi di seberang para pendukung Speedy tak mau kalah. Mereka ikut menyerukan dukungan untuk idola mereka.

Tak lama, terdengar suara deru motor mendekat dan sorak sorai pun semakin ramai. Pembawa acara yang terdiri dari dua orang pria memberikan komentarnya kepada pengendara motor.

"Kita lihat, Speedy dengan kecepatan tinggi berhasil mendahului Hunter yang unggul di babak awal. Apakah itu semacam trik dari Speedy? Tidak tau juga, yang jelas saat ini Speedy berhasil mengungguli lawannya! Yes, Speedy!" ujar pria komentator itu.

Pria yang satu lagi tertawa mencemooh. "Sayang sekali menurutku itu bukan trik atau strategi. Itu kata lain dari ketertinggalan, Bung Liam,"

"Kita lihat saja, siapa yang akan memenangi adu balap ini, Bung Davis! Huh!" ujar pria bernama Liam itu.

Adu balap motor liar atau biasa dikenal dengan istilah ngetreck memang sedang digemari oleh anak-anak muda masa kini. Mereka yang berasal dari golongan keluarga menengah ke atas, tentu akan memilih motor dengan cc besar serta tenaga yang sama besarnya.

Tak terkecuali, Rainhard Luther dengan nama samaran Speedy. Seorang pria muda yang berasal dari keluarga berada, sangat senang berada di arena balap motor ini. Dia akan bertanding hanya untuk mendapatkan penggemar yang akan mendukung dan menyoraki namanya.

Begitu pula dengan lawannya, Archie Warren. Dia dijuluki Hunter bukan tanpa sebab. Keberhasilannya dalam mendahului lawannya membuat dia mendapatkan gelar kehormatan tersebut.

Pada malam ini, mereka berdua harus beradu di titik panas sebuah perlombaan. Ini pertama kalinya mereka bertemu dan saling beradu di jalanan. Sang pemimpin melawan sang pemimpin yang lain. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya?

Posisi Hunter memang tertinggal cukup jauh dan saat itu, Speedy memimpin balapan tersebut. Kendaraannya sudah hampir sampai di garis finish.

"Speedy! Speedy! Speedy!" pekik para penggemarnya.

Dan, akhirnya sampailah Speedy di garis finish. Dia menghentikan motornya dan berlari menuju ke para penggemarnya, kemudian melakukan high five bersama mereka.

Pria itu tersenyum dengan penuh kemenangan ke arah lawannya. "Sekarang, lo tau siapa yang paling hebat di sini?"

"Huh! Belum final!" tukas Hunter dengan wajah kesal. Kemudian dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan meninggalkan keriuhan yang ada di jalanan yang disulap menjadi sebuah track itu.

Keesokan harinya di sebuah bengkel tempat geng motor itu berkumpul atau kopdar, seorang pria bertubuh kurus dan kecil berlari memasuki bengkel tersebut.

"Rain! Mana Rain?" tanya pria kurus itu dengan napas tersengal-sengal.

Pria yang dipanggil Rain kemudian muncul sambil membawa secangkir kopi. "Ngapain lo teriak-teriak, Max?"

"Hunter nyariin lo, Rain! Kayaknya dia ngga terima kalah dari lo! Rame-rame pula datengnya," jawab Max, wajahnya tampak panik dan sedikit ketakutan.

"Shiit! Dia mau balas dendam, gitu? Gila aja! Lo siap-siap hadang dia di depan!" titah Rain. Seperti hendak pergi berperang, Rain membawa peralatan berat dan beberapa benda tajam untuk dia bagi-bagikan kepada teman-temannya. Pria gondrong itu sendiri mengantongi pisau lipat kesayangannya. "Dengerin gue! Ini kita pake kalo udah mepet banget dan kalo mereka nyerang. Jangan ada yang ngeluarin apa pun selama mereka main aman! Ngerti!"

Teman-temannya mengangguk dengan serentak. Mereka semua sudah siap di atas motor masing-masing. Dari kejauhan terdengar suara deru motor yang semakin lama semakin dekat.

"Bersiaplah!" tukas Rain.

Tak sampai semenit, rombongan motor besar sudah memasuki markas Rain dan teman-temannya. Pemimpin mereka membuang salivanya tepat di bawah Rain. "Kita tanding ulang, anggap aja final!"

Rain tersenyum dan mendengus mencemooh. "Lo ngimpi atau gimana, sih? Ini siang dan jalanan tuh rame banget, gimana nanti kalo nabrak orang? Ngotak ngga sih, lo!"

"Boohoooo! Ada yang kayak pengecut! Anggap orang-orang itu halang rintang! Kalo lo ngga ikut, kemenangan kemarin gue anggap ngga sah!" ancam Hunter sambil memberikan pandangan meremehkan pada Rain.

"Gue ngga takut, cuma mikir! Otak gue lebih luas daripada otak lo dan itu gue pake buat mikir! Gue main aman, mau lo bilang kemenangan gue kemarin ngga sah, suka-suka lo aja! Kita bisa tanding ulang, tapi ngga siang bolong gini!" tukas Rain bijak.

Bukan tanpa alasan dia menolak ajakan Hunter, ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal dari perusahaan ternama di ibu kota. Belum lagi kakaknya, mahasiswa teladan. Dia tidak ingin membuat mereka bertindak berlebihan dengan menarik motor kesayangannya atau melarangnya untuk hidup bebas.

Semenjak kematian ibunya, dunia Rain tampak kacau. Segalanya tidak teratur dan tiba-tiba saja ayah dan kakaknya menjauhinya begitu saja. Karena itu, Rain jarang pulang ke rumahnya.

Namun desakan teman-temannya membuat Rain tergoda. Apalagi pandangan mencemooh dari musuh bebuyutannya. Rain berusaha mengendalikan dirinya sendiri dan tidak menanggapi sorak sorai dari kawan-kawan satu gengnya.

"Siap, Anak Mami kali ini mau pulang dan tidur cepat! Oh, mau dibacain dongeng malam dulu sama mami, hahahaha!" ejek Hunter lagi sambil menghisap ibu jarinya seperti seorang anak kecil sedang mengempeng.

Mendengar ibunya terseret, kemarahan Rain semakin tersulut. "Tutup mulut lo, Brengsek! Ngga usah bawa nyokap gue!"

"Ups, emang kenapa? Mau ngaduin kita ke Mami? Uluh-uluh, kacian. Balik aja ke nyokap lo terus ngumpet di bawah lengannya! Hahaha!" Hunter tertawa puas diikuti oleh kawanannya.

Tak tahan mendengar ejekan Hunter, Rain turun dari motornya dan meninju wajah Hunter dan membuat pria berwajah keji itu terjatuh dari motornya. "Gue bilang, tutup mulut lo, Sialan!"

Dengan garang, Rain menarik kerah jaket Hunter dan bersiap memukulnya lagi. Namun, teman-teman Hunter sudah memegangi kedua tangan Rain dan menahannya.

Melihat ketua geng mereka terdesak, Max dan rombongannya, memberikan perlawanan pada gerombolan Hunter dan menarik Rain untuk menjauh.

"Kita terima tantangan lo!" tukas Max lagi. "Di mana titik akhirnya?"

"Di sini!" jawab Hunter puas.

Rain melepaskan diri dari cengkeraman teman-temannya dan bersiap naik ke atas motor besarnya. Balapan di siang hari itu tak bisa terelakkan. Suara bising motor menambah keramaian di jalanan ibu kota.

Para pengendara motor itu terus memacu laju motornya dengan kencang. Tak mereka pedulikan lagi lampu lalu lintas atau marka jalan. Yang mereka pedulikan saat ini hanyalah, siapa di antara mereka yang sampai di garis finish lebih dulu.

Mereka saling mendahului dan susul menyusul, sampai pada di persimpangan jalan, motor yang dikendarai Rain yang merupakan salah satu motor tercepat di dunia itu, menabrak sebuah mobil yang melintas di depannya tanpa sempat melakukan pengereman mendadak.

Suara tumbukan yang cukup kencang membuat beberapa kendaraan di belakang mereka terpaksa berhenti. Tubuh Rain terpelanting ke depan, beruntunglah dia memakai helm full face dan perlindungan diri lengkap. Namun, dia tak sadarkan diri. Semua cahaya seolah memudar dan suara orang-orang di sekitarnya mulai menghilang.

Sementara itu di sebuah kampus elite, seorang gadis yang sedang mengerjakan ujian terkejut karena kalung pemberian orangtuanya tiba-tiba terputus dan jatuh.

"Kenapa, Re?" tanya gadis lain yang duduk di meja sebelahnya.

Gadis itu menundukkan kepalanya. "Zy, feeling gue ngga enak banget. Udah gitu, kalung dari bokap nyokap gue tiba-tiba putus. Mustahil banget ini bisa putus!"

"Tenang, Rea. Positif aja, kali emang udah waktunya putus. Sambil doa dalam hati biar tenang," jawab temannya.

Gadis bernama Rea itu mengangguk dan berusaha menuruti perkataan sahabatnya. "Gue coba deh, mana soal gue masih banyak yang belum dikerjain lagi! Aargh, kenapa, sih dengan gue hari ini?"

Sahabatnya itu menepuk punggung tangan Rea dan berusaha menyemangatinya. Mereka berdua pun kembali fokus pada ujian mereka sampai ketakutan Rea menjadi kenyataan.

"Mahasiswi Marea Johnson, diminta ke ruangan dosen penanggung jawab," ucap suara dari ruang siaran.

Sontak saja, seisi kelas menoleh ke arahnya. Jantung Rea semakin berpacu dengan cepat. "Lizzy, doain gue yah. Sumpah, ngga nyaman banget perasaan gue,"

Lizzy mengangguk. "Pasti. Good luck, Re,"

Rea pun keluar dari kelas dan menuju ke ruang dosen penanggung jawab kelas. Setibanya di sana, Rea mengetuk pintu yang terbuat dari kayu mahoni itu dan membukanya. "Permisi,"

Di dalam ruangan itu ada seorang wanita berwajah tegas yang dikenali Rea sebagai dosen penanggung jawabnya dan seorang pria dengan rambut putih dan berkacamata.

"Rea, ini Tuan Timothy. Dia asisten teman ayahmu. Oh, duduklah dulu," ucap wanita yang bernama Mandy Wright itu.

Rea tersenyum dan menyapa Tuan Timothy dengan sopan. Setelah itu, Miss Mandy berbicara lagi, "Rea, hari ini saya anggap kamu izin dan akan mendapatkan jadwal ujian susulan. Selebihnya Tuan Timothy akan menjelaskan apa yang terjadi,"

Timothy berdeham. "Ehem! Saya mendapatkan kabar kalau orang tua Nona, Tuan dan Nyonya Johnson meninggal dunia siang tadi dalam kecelakaan,"

"Ngga mungkin! Orang tua saya berada di luar negri dan baru akan kembali malam nanti! Anda pasti salah orang!" ucap Rea sambil menggelengkan kepalanya. Suaranya bergetar ketakutan.

Miss Mandy memeluk Rea, berusaha menenangkannya dengan menggenggam tangan gadis itu. Timothy bertanya kembali, "Vivian Johnson dan Alex Johnson? Itu orang tua Nona, 'kan?"

Rea masih menggelengkan kepalanya, tetapi raut wajahnya sudah seperti ingin menangis. "Ngga! I-, itu salah! Bukan! Pasti salah! Ngga ada polisi atau apa yang memberitahu saya! Saya juga ngga kenal dengan Anda! Salah! Bukan! Anda penipu!"

Timothy mengeluarkan sebuah foto yang diambil dari TKP langsung dan memperlihatkan kepada Rea. Dengan tangan bergetar, Rea mengambil foto tersebut dan tangisannya pun pecah seketika. "Ini pasti bukan mama atau papa! Mereka pasti selamat! Mereka pasti masih hidup! Mereka sudah janji untuk datang ke wisuda saya! Ini pasti mimpi!"

Miss Mandy semakin mengeratkan pelukannya pada gadis itu. "Rea, sabar ya, Sayang,"

Ruangan itu penuh dengan tangis pilu dari seorang gadis yang baru saja kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan tragis. Mobil yang dikendarai oleh orang tuanya tertabrak motor dan kehilangan kendali sehingga mobil itu menabrak mobil lain dan pembatas jalan.

Gadis itu terus menangis sambil terus menyangkal kematian orang tuanya. "Ngga mungkin! Mereka pasti masih hidup! Mama! Papa!"

...----------------...

Terpopuler

Comments

Noviyanti

Noviyanti

keren nih olive, semangat kita berjuang dan saling dukung. bunga mendarat. sudah di fav ya

2023-05-07

0

Lina A.

Lina A.

Kak Olive, aku mampir 🌹🌹🌹 ... semoga sukses buat karya barunya

2023-05-03

0

Florence Karina 🌹

Florence Karina 🌹

siapa naro bawang di sini 😭 ... yg kuat rea...

2023-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!