Tuan Dewangga memiliki istri kedua yang beliau sembunyikan dari keluarga besar. Istri kedua beliau adalah seorang guru dan yayasan pendidikan ini adalah salah satu dedikasi Pak Dewangga untuk istri keduanya. Beliau hanya memiliki satu orang putri bernama Hasna dari istri kedua. Nyonya Hasna memiliki dua anak yaitu Pak Hady dan Pak Fikri, keduanya merupakan cucu Pak Dewangga, dan kami pihak sekolah tak tahu latar belakang keduanya. Keduanya sudah bekerja 6 tahun di sini, dan keduanya sangat terlihat memajukan sekolah ini. Sampai saat ini saya tidak tahu bagaimana kelanjutan motif Pak Hady dan Pak Fikri melakukan hal itu.
"Jadi?" tanya Andra yang langsung konfirmasi kepada sang papa, selepas makan siang ia meluncur ke perusahaan menemui sang papa.
Dengan santai Pak Yusuf hanya tertawa tipis, "Kok cepat ya? Kamu baru setengah hari loh di sana, tapi sudah mendapat informan yang jitu."
"Pa....ayolah," protes Andra yang menuntut segera bercerita. Sedangkan Pak Yusuf masih sempat meminum kopi yang sudah dingin.
"Papa kira kamu lama mendapat informasi itu, yah kan kamu wajah garang, sebagian orang berpikir kamu sok bossy. Tapi ternyata..."
"Belajar berubah wujud," sahut Andra sedikit kesal karena sang papa bertele-tele.
"Sabar kenapa anak muda," ucap papa semakin santai. "Kamu dengar rahasia keluarga yang mana?"
"Kakek punya istri kedua. Dan kasus korupsi melibatkan guru yang notabenenya adalah cucu kakek juga, benar?"
Pak Yusuf hanya mengangguk. "Lalu?"
"Pak Wahyu tidak berani cerita terlalu jauh, karena yang berhak bercerita kondisi keluarga ya papa sendiri."
Pak Yusuf mengangguk, "Guru baik beliau," pujinya pada Pak Wahyu. "Bahkan ditawari menjabat kepsek saja dulu, beliau menolak. Niatnya hanya mengamalkan ilmu dan di balik layar saja mengembangkan SMA."
"Papa sejak kapan tahu cucu kakek dari garis istri kedua?"
"Saat korupsi itu terungkap. Papa juga shock dan tidak percaya saja kalau ayah (Pak Dewangga) bisa serapi itu menyembunyikan keluarga barunya. Dengan sikap beliau yang sangat sayang pada Ibu (istri Pak Dewangga pertama) sangat mustahil kenyataan ini terjadi. Namun apa boleh buat, papa sampai tes DNA dengan ibunya Hadi dan Fikri itu. Bahkan Om Riyan rasanya ingin membunuh perempuan itu," jelas Pak Yusuf dengan menerawang kejadian dua minggu lalu yang rasanya sangat cepat dan di luar nalar.
"Jadi yang tahu rahasia ini hanya papa dan Om Yan?" tanya Andra serius, dan diangguki oleh sang papa.
"Pa..papa gak takut keluarga besar kita marah? Papa anak bungsu loh, serasa gak menghargai kakak papa!"
"Ada Om Yan (Kakak pertama Pak Yusuf) beliau yang akan menghandle bila terjadi pecah keluarga. Beliau kan keras tuh, mana ada yang berani," jelas papa sembari terkekeh. Andra bingung kenapa sang papa sangat santai sekali.
"Pa....papa kenapa menyembunyikan dari kita semua?"
"Cari aman saja. Cukup papa dan Om Yan yang tahu. Kecurangan yang dilakukan kakekmu sudah terlampau jauh, toh pelakunya juga sudah tiada. Mau diributkan apalagi."
"Ya tapi kenyataannya, dua cucunya mau menghancurkan cita-cita mulia beliau, Pa!" Andra geram.
"Mereka hanya menuntut haknya, sebenarnya papa sudah memberikan beberapa aset untuk istri dan anak beliau, tapi mungkin turunan dari istri kedua tak secerdas keturunan dari garis istri pertama. Makanya, aset tanah, restoran bahkan beberapa ruko terjual. Hingga dua orang itu berniat mengambil haknya lewat korupsi itu."
"Mereka kok bisa keterima?"
"Namanya orang berpura-pura baik kan bisa, apalagi punya misi tertentu. Terlebih mereka memang lulusan pendidikan hingga sesuai dengan kriteria recruitment yayasan."
"Berarti sudah direncanakan dengan matang ya," tebak Andra yang diangguki oleh sang papa. "Allu mereka di mana?"
"Papa dan Om Yan sepakat membebaskannya, tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Semua hanya papa dan Om Yan yang handle." Untuk hal ini, Andra langsung melotot tak setuju.
"Kok dibebaskan?"
"Pertimbangan terbesar adalah ikatan darah kita, tak bisa dipungkiri. Mereka bersikap seperti itu karena menuntut haknya, mereka pikir dana yayasan menggiurkan mungkin, jadi menuntutnya lewat yayasan."
Andra tersenyum sinis, "Memang ya..darah siapa yang mengalir penentu karakter seseorang. Mereka dilahirkan dari garis perempuan perebut istri orang, perempuan serakah yang tahu malu, makanya keturunannya juga serakah."
Pak Yusuf hanya tersenyum tipis mendengar komentar Andra, beliau tahu Andra sangat tidak suka dengan pengkhianatan. Mungkin keluarga Hadi dan Fikri akan menjadi musuh bagi Andra, meski sang papa meyakinkan bahwa mereka adalah keluarga.
"Lalu, mereka sekarang mengandalkan harta apa? Sudah dipecat dan tanpa pesangon," tanya Andra penasaran.
"Papa dan Om Yan memberikan dana 500 juta untuk membuka usaha, agar mereka tidak mengganggu keluarga kita. Papa dan Om Yan pun membuat perjanjian bermaterai yang memuat beberapa poin."
"Apa saja?"
Tanpa penjelasan papa menyodorkan map perjanjian mereka. Ada materai dan saksi berasal dari kedua belah pihak. Sungguh, Andra tak menyangka sang papa bisa meyimpan rahasia ini dengan sangat rapi.
"Mereka terima begitu saja?" tanya Andra setelah membaca surat perjanjian tersebut.
"Terima lah, pernikahan kedua ayah hanya siri, sampai beliau meninggal tak ada bukti nikah resmi negara, orang suruhan papa sudah menyelidikinya."
Andra menggelengkan kepala,"Andra tak menyangka sama sekali papa bisa sedetail ini."
"Kamu juga harus begitu, semakin mendalami bisnis sisi mafia kamu harus muncul. Kalau gak kuat, bisa dikremus orang. Kamu mungkin masih ahli menjadi PM. Tapi belum terbukti hebat jika belum memegang perusahaan. Dan kamu akan tahu betapa kejamnya dunia bisnis. Apabila saat itu terjadi, kamu akan merindukan jabatan kepala sekolah."
Andra tersenyum sumbang, "Ck...pak bos pintar banget promosi jabatan. Hah....semoga gak lama."
"Aamiin...ya mungkin sampai kamu ketemu jodoh, baru kamu tidak menjadi kepala sekolah."
"Busyet, Paaaaaa," protes Andra memaknai kalimat sang papa, makin lama dong jadi kepsek. Toh dia masih belum niat menikah.
"Makanya manfaatin, papa dengar guru SMA banyak yang lebih muda daripada yang di SMP maupun SD. Masa' tampang ganteng gak bisa menggaet satu sampai nikah," ledek sang papa yang sebenarnya ingin melihat si sulung melepas masa lajang juga.
"Malas banget tahu gak, papa dan mama apalagi Nasya bahas cinta, jodoh, nikah. Kebahagiaan tuh gak melulu soal cinta, Pa."
"Cih...lagak kamu sok tegar, Ndra...Ndra. Bilang aja belum move on dari mantan. Nanti ya kalau mama dan papa udah gak ada, Nasya hidup bahagia dengan keluarganya. Siapa yang ngurusin kamu," makin gencar saja Pak Yusuf menggoda Andra.
"ART masih banyak, masih bisa urusin aku." Andra masih kekeh menolak.
"Urusan lahir mah gampang, benda pusaka kamu gak mau digunakan selain cuma kencing doang, Ndra. Keburu karatan anakku...."
Mati kutu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Mbing
🤣🤣🤣🤣 karatan gak tuh
2024-08-09
0
H@£w∆ ©
🤣🤣😂
2024-01-15
0
Ersa
😂😂😂🤣
2023-11-28
0