Amar sempat gelagapan sepersekian detik ketika ditanya seperti itu, bingung dan pastinya tak menyangka muncul pertanyaan dari pemilik sekolah. Entah mengetes atau memang ingin tahu, yang jelas Amar harus menjawab dengan baik.
"Yang jelas harus memiliki dedikasi tinggi untuk kemajuan sekolah, Pak!" jawab Amar diplomatis. Cari aman saja. Amar tahu dengan kondisi sekolah yang menjadi sorotan yayasan ini sangat rawan dengan pertanyaan soal jabatan kepsek. Amar tak mau terlibat jauh soal intern SMA meski dirinya juga pengajar di sini. Namun, ia harus mengamankan posisinya sebagai guru, tak mungkin ia melepas pekerjaan mulia ini, bukan ada tujuan tertentu, hanya saja usianya sudah di atas 35 tahun tak mau melakukan hal menyimpang, khawatir dipecat, kasihan anak istrinya kalau sampai dirinya kehilangan pekerjaan. Meksi tawaran uang haram pernah menyasar ke arahnya.
"Siapa kira-kira, Pak?" tanya Andra kembali.
Amar tersenyum tipis, "Banyak di sini, Pak. Guru cerdas dan pekerja keras, dan menurut saya mereka baik-baik juga. Hanya saja memang kemarin banyak pihak kecolongan korupsi yang dilakukan oleh salah satu tim sarana prasarana," ujar Amar yang memang mendengar tim sarpras melakukan hal itu.
"Baru pertama kali kah kasus seperti ini?" tanya Andra yang memang alumni SMA ini sekaligus owner yayasan. Tak pernah juga mendengar desas desus baik dari keluarga soal korupsi. Ada rasa bangga karena yayasan pendidikan yang didirikan oleh sang kakek berjalan sesuai keinginan beliau, cerdas berakhlak mulia. Begitu beliau memberikan pesan pada anak dan cucunya. Beliau juga bilang silahkan ambil untung sebanyak-banyaknya pada perusahaan yang kalian dirikan, tapi jangan pernah ambil untung pada yayasan pendidikan yang beliau dirikan.
"Selama bekerja di sini memang baru pertama, mungkin karena niat awal pak Dewangga menjadikan ladang amal di yayasan ini, makanya orang yang kurang baik terseleksi dengan berbagai cara," ucap Amar sesuai kenyataan. Karena memang namanya manusia yang memiliki hati tentu tidak selalu lempeng baik, sehingga ada saja cara Allah menunjukkan orang yang punya niatan tidak baik pada yayasan ini.
Andra mengangguk setuju, oke nilai plus untuk Amar lagi. Kemudian ia berkeliling sekolah, Andra menyapa siapapun petugas di beberapa area mulai dari perpus, tata usaha, maupun petugas kebersihan. Pesan papa harus masuk di segala area agar semua merasa nyaman kalau kepseknya saja low profile.
Ketika melewati lapangan basket, ada beberapa anak yang melihat Andra dan Pak Amar berjalan beriringan. Beberapa siswi mulai berbisik. Andra pun mendengarnya. Ia hanya menggelengkan kepala, anak zaman sekarang tertarik kok sama laki-laki yang berumur.
*Itu siapa, MasyaAllah gantengnya.
Tamu Korea? Apa sekolah kita ada guru tamu dari Korea. Kelas kita dapat kesempatan gak ya.
Byuh....ciptaan Allah memang paling sempurna*.
Berbagai komentar siswi-siswi di lapangan membuat Amar risih juga. Ia melotot pada gerumbulan siswi tersebut. "Maaf ya, Pak. Anak muda," ujarnya tak enak pada Andra. Bagaimana pun citra sekolah sangat baik di luar. Amar tak mau karena keisengan beberapa anak membuat Andra mengambil keputusan berlebih. Jangan sampai, sekolah memiliki aturan semakin ketat karena ketidaksopanan siswi-siswi tersebut.
"Anak remaja," celetuk Andra yang baru tahu kalau kelakuan remaja sekarang begitu. Perasaan dulu teman SMAnya tidak seagresif itu.
"Mereka sebenarnya baik dan sopan, hanya saja kalau bertemu dengan pihak luar yang gantengnya kebangetan sering kelepasan centilnya," lanjut Amar mencoba bercanda. Andra pun tertawa pelan dan mengangguk saja. Mungkin zamannya sudah berubah, perempuan mungkin sekarang lebih agresif.
Mendadak Andra kesal sendiri kalau ada perempuan yang agresif seperti itu. Bayangan Faza mulai muncul. Sungguh ia ditipu habis oleh Faza yang di depannya sangat polos, bisa hamil di luar nikah dengan teman kuliahnya. Lelucon macam apa ini. Hufh....
Andra masih berkeliling kali ini ditemani oleh Pak Wahyu, guru senior teman Pak Ibrahim. Andra sangat salut pada beliau, betapa sabar dan mulia hati beliau ikut mengembangkan sekolah ini meski tak pernah memiliki jabatan penting.
"Papa kelewat mungkin ya, atau bahkan lupa kalau ada guru sebaik bapak untuk menggantikan Pak Ibrahim?" tanya Andra yang ragu akan kejelian sang papa memilih pimpinan untuk SMA.
Pak Wahyu menggeleng dan menepuk pundak Andra, menganggap seperti anak sendiri dengan memberi petuah. "Pak Yusuf tidak lupa atau terlewat, Pak Andra. Hanya saya yang memang menolak."
"Kok?"
"Saya hanya ingin membantu sekolah di balik layar tanpa ada embel-embel jabatan, khawatir tidak ikhlas. Saya ingat pesan guru saya, mengamalkan ilmu kalau diiringi niatan tertentu apalagi menjurus pada duniawi bisa tidak barokah, saya sangat takut."
"Subhanallah, Pak Wahyu."
"Soal masalah dengan tim sarpras itupun, saya sudah berdiskusi dengan Pak Ibrahim, mencoba menyelesaikan secara kekeluargaan, tapi jiwa petualang anak muda terlalu tinggi, tak mau mendengar nasehat kami, alhasil Pak Ibrahim lepas tangan. Kalau ketahuan tak akan dibela," jelas Pak Wahyu menceritakan kronologi citra buruk SMA.
"Bisa begitu ya, berani sekali mereka Pak? Padahal tidak punya backingan orang yayasan?"
Pak Wahyu sekilas melihat Andra, tatapan kedua laki-laki itu bertemu. Sorot mata guru senior itu menyiratkan ada rahasia yang belum terungkap dalam keluarga Pak Dewangga.
"Bisa tolong diceritakan, Pak Wahyu?" tanya Andra memutus tatapan keduanya dan menangkap signal aneh. Beruntung sudah masuk ke area kantin. Andra pun mengajak Pak Wahyu untuk istirahat sembari cerita.
Tampak Pak Wahyu gelisah mendapat permintaan dari Owner, mendadak dirinya gelisah kalau sampai hari ini terbongkar rahasia keluarga kaya ini. "Pak Wahyu?" tegur Andra, sedetik kemudian Andra memilih duduk di salah satu sudut kantin, dan memesan kopi untuk Pak Wahyu dan jus untuk dirinya.
"Sebenarnya ini rahasia Pak Dewangga, mungkin Pak Yusuf sudah tahu saat kasus itu terungkap. Karena beliau ingin diungkap secara jelas dan memutus rantai tindak korupsi."
"Rahasia apa? Apa hanya papa yang tahu? Keluarga besar saya?"
Pak Wahyu menggeleng. "Setahu saya hanya Pak Yusuf dan Pak Ryan."
Andra mengerutkan dahi. Kok hanya dua anggota keluarga yang tahu, kok bisa papa menyembunyikan rahasia tanpa melibatkan keluarga besar. Konspirasi apa ini?
"Tolong beri penjelasan setahu Pak Wahyu, saya berharap kasus ini tidak mengecewakan almarhum kakek saya," pinta Andra penuh dengan kerendahan hati.
Pak Wahyu menimbang, sempat menggaruk kepala yang tak gatal, mulai dari mana?
"Rahasia apa, Pak Wahyu?" tanya Andra sekali lagi, dan kali ini sedikit menuntut. Pak Wahyu beberapa kali menarik nafas berat, tak membayangkan harus berada di situasi seperti ini.
"Pak?"
"Tapi tolong apapun yang Pak Andra dengar harus dikonfirmasi ke Pak Yusuf, siapa tahu saya salah!" Andra mengangguk, salut dengan kehati-hatian Pak Wahyu.
"Pak Hady dan Pak Fikri adalah cucu tuan Dewangga," ujar Wahyu menyebutkan tim Sarpras yang terlibat dalam kasus penggelapan dana pembangunan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Eka Suryati
memulai penyelidikan
sukses terus utk kak author
2023-11-18
0
Tama Mbul
Masya Allah thor.... bukan Subhanallah.
2023-11-11
0
uutarum
apahhh
2023-05-27
1