Mengantar sekolah

''Kak, Daniel?" kejutnya.

"Anak itu menyebalkan sekali,'' lanjutnya lagi dengan sedikit kesal, entah apa yang membuatnya begitu, tak ingin mendengar nama Daniel.

''Hawwa, tak baik berkata seperti itu nak!" tegur Alyssa pada sang Putri semata wayangnya itu.

"Tapi memang dia sangat menyebalkan sekali Mah..." protesnya lagi.

"Dia, selalu saja mengikuti kemana Hawwa pergi, tanpa ingin memberi ruang,'' keluhnya, mengingat Daniel yang begitu posesif.

''Hawa...Daniel seperti itu kan' atas perintah Papa juga, kamu ingat Kejadian beberapa tahun lalu yang membuatmu berubah seperti sekarang ini? dan papa sama mama hanya percaya sama Daniel apalagi kita kan kenal sama keluarganya,'' Ujar Alyssa berusaha memberi pengertian pada sang putri.

"Iya Mah...Hawwa tahu, tapi aku kan juga pengen bebas Mah nggak diuntilan terus," protesnya.

"Tapi sepertinya Daniel akan menyusulmu ke Indonesia," terang Alyssa.

"What…!!! jadi Mama Papa ngasih tahu Daniel kalau Hawwa di sini?" kejutnya.

"Iya…" jawab Alyssa singkat padat dan jelas.

"Mama, Papa Kenapa sih harus seperti ini? tidak bertanya Pada Hawwa dulu." Kesalnya.

"Kalau kamu ingin protes, protes saja sama papa, Mama hanya mengikuti saran papa saja sayang, apalagi Adam itu orangnya sibuk tidak akan bisa menjagamu terus-menerus." Terang Alyssa kembali.

"Mah... di sini tuh Indonesia, bukan luar negeri yang harus dijaga kesana kemari." Ucapnya sambil menyentakan kaki di lantai.

"Sayang Indonesia itu juga sangat rawan dengan kejahatan, apalagi penipuan di dunia maya, jadi kamu harus hati-hati memilih dengan siapa kamu berteman dan bergaul, sudah kamu tidur gi... sepertinya papamu sudah pulang tuh, Mama mau menyambut papamu dulu." Ucap Alyssa dari seberang telpon.

"lya Ma... salam buat Papa ya, Assalamualaikum," "Waalaikumsalam," panggilan pun terputus.

"Gawat... kalau Kak Daniel datang kesini, bisa-bisa dia yang akan nganterin aku terus, aku harus cari cara bagaimana biar Kak Daniel tidak terus-terusan mengekor di belakangku. Tapi bagaimana caranya?" Hawwa yang bingung terus saja berfikir Hingga ia pun lupa belum memakai pakaiannya bahkan ia tidak mendengar jika ada seseorang yang tengah mengetuk pintu dari luar semenjak tadi.

Tok, tok, tok.

Cek lek.

"Apa kau__"

"Aaaa… Aaaa" teriak Adam dan juga Hawwa, Adam segera memalingkan wajahnya sedangkan Hawwa segera masuk di dalam selimut.

"Kak Adam! kenapa kau masuk tiba-tiba tanpa mengetuk pintu?" Pekik Hawwa dari dalam selimut.

"Apa kau bilang,? Aku masuk tanpa mengetuk pintu? Hah, yang benar saja, Aku sudah berpuluh-puluh kali mengetuk pintu, kau saja yang tidak mendengar, Kau di tunggu Bunda cepat lah!" setelah berucap Adam pun pergi dengan menutup pintu begitu kencang.

Deg.

''Sabar Hawwa'' ucapnya pada diri sendiri.

la pun segera memakai pakaiannya lalu turun untuk menemui sang Bunda.

''lya, Bunda ada apa?'' tanyanya begitu tiba di depan Yumna yang tengah duduk di depan meja makan.

"Kemarilah sayang, kita makan dulu, setelah itu kau boleh istirahat." Ajak nya.

"Baiklah Bun, Kak Adam mana? apa Dia tidak makan bersama kita?" Hawwa bertanya karena tidak melihat Adam bersama sang Bunda, padahal tadi lelaki itu yang memanggilnya.

"Sebentar lagi dia datang kok, tuh mereka datang." Tunjuk Yumna, ke arah dua lelaki nya yang tengah berjalan mendekat.

"Assalamualaikum…" ucap uluk salam dari kedua orang yang tengah menghampirinya itu.

"Waalaikumsalam," jawab uluk salam dari Yumna dan Hawwa tentunya.

"Ayah…" cicit Hawwa menghambur memeluk Vano.

"Bagaimana kabarmu sayang,?" tanya Vano

"Baik Ayah," ucap Hawwa lalu menyalim tangan Vano. lalu merekapun bersantap tanpa perbincangan.

Setelah semuanya selesai makan Hawwa bergegas membersihkan semuanya dan memulai dengan mencuci piring, ia melakukan itu di depan Adam, agar Adam bisa menilainya, kalau ia bukanlah anak yang manja, namun tak sedikit pun Adam menoleh padanya, sedangkan Yumna sendiri sudah melarang, jika tugas itu akan di selesai kan para pelayan, namun dengan lembut Hawwa menolak.

"Hawwa pamit dulu Bunda, Ayah," ucapnya setelah selesai dengan tugas membersihkan, semuanya.

Setelah mendapatkan izin ia pun bergegas masuk ke kamar, untuk memikirkan langkah selanjutnya yang akan di ambil setelah Daniel tiba nanti.

'Bagaiman kalau__, ya aku harus menyuruh Alaya dekat dengan Kak Daniel, Tapi… apa dia mau di kenalkan dengan Kak Daniel?' Hawwa terus saja berfikir.

"Ah... sudahlah aku pusing untuk memikirkan semua ini, biar saja besok aku memikirkannya lebih baik sekarang aku tidur dulu." Tak lama ia pun terlelap dengan dengkuran halusnya.

Paginya.

"Kapan kamu mau mulai masuk sekolah Sayang?" tanya Yumna, begitu Hawwa mulai duduk di depan meja makan.

"Mulai hari ini Bunda," jawabnya sambil mulai menyendok makanan kedalam piringnya.

"Apa kau serius akan masuk hari ini,?" tanya Yumna sambil mengerutkan alis.

"Iya Bunda, tapi boleh ya Bunda, Hawa diantar hari ini oleh kak Adam,?" ujarnya sambil mendelik menatap Adam, sedang yang di tatap hanya serius menyantap makanannya.

"Ya tentu saja boleh dong sayang," ucap Yumna setuju.

"Bunda, Aku__"

"Adam antarkan Hawwa hari ini,'' perintah Yumna menjeda kalimatnya.

"Ck," Adam hanya bisa berdecak kesal, karena mengingat hari ini Dia ada janji bertemu dengan sang kekasih, akan tetapi akan batal kembali karena Hawwa.

"Baiklah, tapi Dia harus pintar pulang sendiri," kesal Adam.

"Adam, jaga bicaramu! dia itu adikmu juga," tegur Yumna, tak suka dengan sikap Adam.

"Ya sudah, ayo cepat! karena aku mau segera ke kantor," ucapnya dengan sedikit malas.

Akhirnya Hawwa pun tersenyum gembira saat Adam menuruti keinginan sang Bunda untuk mengantarnya masuk di hari Pertamanya ke sekolah.

*

"Oh ya! kak Adam, Kenapa aku tidak melihat Alaya apa semalam dia tidak pulang,?" tanya Hawwa begitu mobil meluncur meninggalkan rumah mewah yang mereka tempati.

"Dia tidak pulang, Emangnya kenapa kau ingin bertanya tentang Alaya,?" timpalnya datar.

"Tidak, aku ingin bertanya saja, karena aku merindukannya bagaimanapun dia itu adik sepupuku juga kan? Oh ya Kak boleh tidak kapan-kapan aku jalan-jalan ke tempat kak Adam kerja?" tanya Hawwa lagi.

"Untuk apa?" timpal Adam menatap kesal.

"Ya... mau lihat-lihat saja, kondisi kantor kakak, keadaannya seperti apa,?" selorohnya.

"Tidak usah, kamu itu hanya bisa mengacaukan di sana,!" ucap Adam tak suka.

"Aku janji Kak tidak akan mengacaukan lagi," Hawwa terus berusaha meyakinkan.

"Terserah kau saja." Timpal Adam datar, malas berdebat.

"Sekarang turunlah! kita sudah sampai!" usirnya dengan nada ketusnya.

"Wow... tempatnya keren banget, sejuk dan asri lagi, baiklah Kak, Aku turun dulu ya, Assalamualaikum," cicit Hawwa begitu terlihat bahagia, namun berbeda dengan Adam yang terlihat kesal. "Waalaikumsalam ," setelah turun Adam pun menatap kepergian Hawwa dengan tatapan penuh arti, namun ia di kejutkan dengan suara Getaran benda pipih yang berada di saku kemejanya.

("Halo... Assalamualaikum, Iya sayang maaf kalau pagi ini aku tidak bisa mengantarmu karena aku disuruh Bunda mengantar adikku ke sekolahnya, maafkan aku ya sayang, baiklah aku janji, iya... iya... sekarang Aku ingin berangkat kerja dulu ya Assalamualaikum," Adam pun Menatap layar handphone nya yang baru saja mati, lalu ia pun mengusap layar tersebut dan melihat wallpaper di layar hp-nya seorang anak gadis berumur 5 tahun yang sedang menggandeng tangannya, ia sangat ingat betul kapan foto itu diambil Adam pun mengusap foto tersebut. Entahlah apa yang dirasakannya seperti ada perasaan yang bergemuruh di hatinya saat ini.

"Hawwa, seharusnya kau tidak kembali lagi ke sini seharusnya kau tinggal di tempatmu di sana di luar negeri, tapi kenapa kau harus kembali, apa yang kau inginkan sebenarnya? kau datang setelah sekian lama pergi, bahkan selama ini Aku tidak pernah menginginkanmu datang kembali di dalam kehidupanku, tapi kenapa kau harus ada di sini sekarang? bahkan kau akan tinggal setiap hari dan aku sungguh tidak menyukainya, tapi apapun itu aku akan membuatmu tidak betah tinggal bersamaku aku akan segera membuatmu pergi dari sini," Adam pun segera memasukkan pegawainya setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kau kenapa Dam,?" tanya Boy yang melihat sahabatnya itu nampak seperti sedang kesal.

''Tidak apa-apa hanya saja orang yang Kubenci sekarang ada di depanku'' keluhnya.

''Di depanmu? maksudmu kau membenciku?'' tanya Boy bingung sambil mengerutkan alisnya dengan mimik wajah yang terkejut.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

hawa kasian juga klo ada gk mencintainya

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!