Hawwa terus memperhatikan lelaki yang berdiri di depannya itu, dari atas sampai bawah, dari bawah sampai atas, matanya tak pernah berpaling, bahkan jika Dia bisa berubah menjadi sebuah gasing dia akan berputar-putar mengelilingi tubuh Adam sungguh ia terpesona dengan ketampanan lelaki di depannya itu, sedangkan Adam sangat merasa Jengah diperhatikan seperti itu sejak tadi oleh seorang wanita yang tidak dikenalnya, apalagi penampilan wanita itu sangatlah aneh menurutnya, kacamata tebal dengan gigi kawat yang menempel di dalam mulutnya sedangkan hijab menutup di kepala. Sejenak Hawwa terdiam dengan alis yang berkerut.
''Sepertinya aku pernah melihat lelaki ini, tapi di mana ya?'' Pikir Hawwa, namun dalam hati sambil mengetuk-ngetukkan jemari telunjuknya di kepala.
Adam menarik nafas panjang jengah melihat tingkah gadis culun di depannya itu yang membuatnya risih.
"Maaf, Permisi…," ucap mereka berdua pada akhirnya karena mereka sebenarnya saling menghalangi jalan masing-masing.
"Oh…ya, silakan," ujar mereka kembali secara bersamaan.
"Kak Adam, di mana sih? kenapa lama banget,?" gerutu Hawwa, Adam pun sama dia merasa kesal telah menunggu lama Namun orang yang ditunggu tak kunjung juga tiba. Hawwa pun segera menelpon Adik sepupunya itu, begitupun dengan Adam segera menelpon sang Bunda.
"Assalamualaikum,"
"Assalamualaikum," terdengar uluk salam dari kedua orang tersebut, saat merasa panggilan teleponnya tersambung.
"Alaya! aku sudah menunggu lama di sini tapi kenapa Kak Adam tidak datang juga? apa Dia tidak mau menjemputku?" kesal Hawwa.
"Wa'alaikum salam, Sudah kok Kak, Kak Adam sudah pergi menjemput kakak,"
"Bunda Adam tidak tahu di mana Hawwa, dari tadi Adam menunggu Dia tidak muncul-muncul, apa Dia takut bertemu dengan Adam? apa sekarang wajahnya jelek atau dia berubah menjadi bunglon, makanya Dia mau muncul?" ucap Adam dengan nada kesalnya.
"Adam jaga bicaramu! Biar bagaimanapun Dia itu adik sepupumu!" tegur Yumna mengingatkan.
"Iya… Iya… maaf Bunda," sesal Adam, seharusnya Dia tidak berucap seperti itu di depan sang bunda, karena Yumna sangat menyayangi gadis itu.
"Sebaiknya sekarang kau matikan teleponnya dan tunggu, Mungkin sebentar lagi dia akan datang," suruh sang bunda kembali.
"Iya Bun, Assalamualaikum," Adam pun mengakhiri sambungan telponnya dengan sebuah salam.
"Waalaikumsalam," dan di balas Yumna.
Begitupun dengan Hawwa saat ini.
"Kak matikan dulu teleponnya, siapa tahu Kak Adam sudah sampai,''
''Oke baiklah, Assalamualaikum.''
''Waalaikumsalam,'' Adam dan Hawwa yang merasa kesal karena lama menunggu, akhirnya mereka sama-sama memilih duduk di satu kursi yang sama.
"Kak Adam, kau benar-benar menyebalkan!,"
"Hawwa, Kau benar-benar menyebalkan," ucap mereka secara bersamaan.
Keduanya pun terkejut dan saling menatap.
"Kau…!kau…!" kejut mereka pada akhirnya secara bersamaan dan saling menunjuk.
"Kenapa kau menyebut namaku,?" sentak Adam.
"Kau juga kenapa memaki Namaku,?" kesal Hawwa tak mau kalah.
"Aku tidak tahu siapa namamu? Aku hanya sedang memaki sepupuku yang bernama Hawwa," ucapnya jujur.
"Aku juga tidak tahu namamu, Aku hanya memaki sepupuku yang bernama Adam."
"Apa? Jadi kau…!" Kejut merka kembali setelah saling menyadari kesalahan masing-masing.
*
"Untuk apa kau datang ke Indonesia,?" tanya Adam begitu ia berada di dalam mobil setelah lama saling terdiam, ia pun membuka percakapan terlebih dahulu.
"Untuk apa ya? eeem… aku akan tinggal di sini," jawab nya santai.
''Apa Iya! aku akan tinggal di sini,?" kejut Adam karena ia tidak ingin di repotkan kembali dengan ke hadirkan Hawwa di dekatnya.
"Apa Bunda tidak memberitahukannya padamu,?" tanya Hawwa bingung.
"Tidak Bunda tidak berbicara apa-apa padaku tentang rencanamu untuk tinggal di sini," tutur Adam jujur.
"Ya! sudah kalau begitu Sekarang aku yang memberitahukannya kepada Kakak," Hawwa berujar sambil tersenyum bahagia karena tidak menyangka jika sepupunya berubah setampan ini.
"Apa kau benar-benar ingin tinggal di sini,?" tanya Adam kembali tak percaya.
"Iya, aku akan tinggal dan tinggal di rumah Kakak aku akan sekolah bersama Alaya, Oh ya Kak Bagaimana dengan kelinci putih kesayanganku itu apa kau merawatnya dengan baik?" pertanyaan Hawwa justru membuat Adam terkejut.
"Kelinci putih? apa kau lupa ini sudah 13 tahun kita berpisah tentu saja mereka semua sudah mati," ucap Adam, yang terus fokus menatap jalan.
"Yah…, aku kira mereka sudah beranak-berinak menjadi banyak padahal aku sangat suka sekali kelinci itu," Hawwa berucap dengan nada sedikit sedih.
"Sudah biar nanti aku akan mencarikan kelinci baru untukmu," hibur Adam saat ia melihat raut wajah kesedihan Hawwa.
"Aku tidak mau, jika Iya aku ingin keturunan kelinci putih itu saja," rengek Hawwa, karena kelinci itu sangatlah berharga untuk dirinya.
"Kau itu bukan anak kecil lagi yang harus menyukai kelinci, kau tahu kelinci itu sangat menjijikan sekali," kata-kata Adam sontak membuat Hawwa mendengus kesal.
"Manusia dengan hewan itu juga sama-sama menjijikan, bedanya manusia dengan hewan itu adalah, ketika hewan membuang kotoran dia tidak akan bisa membersihkan dirinya sendiri, tapi manusia sengaja mengotori dirinya meski kadang yang terlihat adalah kebersihan jasmaninya saja sedangkan rohaninya kita tidak tahu kotor seperti apa,'' timpalnya dengan nada kesal. Adam pun hanya terdiam
''Oh ya Kak, Kakak- itu kenapa semakin tampan dan kakak semakin membuatku jatuh cinta,'' ucap Hawwa jujur apa adanya, setelah terjadi keheningan beberapa saat.
''Apa-apaan sih kamu!! aku itu memang tampan dari dulu, lalu kamu sendiri kenapa bisa hancur seperti ini,?'' Adam pun tersenyum membanggakan diri nampak ia memasang raut wajah sinis karena ia tidak suka cara Hawwa yang blak-blakan mengungkapkan perasaan padanya.
''Apa Kakak menghinaku?" kesal Hawwa mendelik tajam.
"Tidak! aku tidak menghinamu, aku hanya heran saja kau tahu sendiri kan kalau Papa dan Mama itu orangnya seperti apa, Papa ganteng, dokter lagi, sedang Mama cantik tapi kenapa kau seperti bukan anak mereka ya? Apakah kau ini anak pungut?"
Plak.
Satu pukulan mendarat di lengan kokoh Adam.
''Sembarangan kalau bicara,'' protes Hawwa kesal.
"Oh ya Kak, kalau aku boleh tahu selama ini Apa saja kegiatan kakak?" tanyanya lagi.
"Aku tidak punya kegiatan apapun selain bekerja dan bekerja, Memangnya kenapa?" timpal Adam menatap sekilas.
"Tidak, tidak apa-apa, itu bagus dan aku minta pada kakak mulai sekarang kakak harus punya kegiatan baru untuk ku" ucapnya antusias
"Apa itu,?" tanya Adam dengan perasaan mulai tak enak.
"Kakak harus mengantarku setiap pagi ke sekolah,"
"What…!!!" Adam begitu terkejut dengan perkataan Hawwa "Apa kau sudah gila? kau datang jauh-jauh dari sini hanya akan menjadikanku sopir pribadimu? Oh Noo" kata Adam tak setuju, enak saja gadis itu akan menjadikan nya sopir pribadi.
"Untuk calon istri kan nggak apa-apa Kak," ledek Hawwa.
"Calon istri dari Hongkong. Siapa juga yang akan menikah denganmu, anak ingusan bau kencur," kesal Adam dengan wajah masam.
"Kak Adam, kenapa kau terus berkata seperti itu? aku kan han__"
"Hah… sudahlah lupakan, persiapkan dirimu kita sudah sampai," sela Adam.
"Hah, sudah sampai,? cepat sekali?" Hawwa pun tersenyum lebar.
"Apa! Cepat kau bilang? apa Kau tidak lihat jalan yang tadi sangat macet dan butuh satu setengah jam dari bandara menuju kemari itu kau bilang cepat sekali, dasar anak-anak?" gerutu Adam kembali karena begitu kesal, ia pun memilih segera keluar dari mobil.
"Kak, Adam!" pekik Hawwa saat melihat Adam berlalu begitu saja.
"Ya ada apa lagi?" kesal Adam.
"Kenapa kau tidak memelukku?" gurau Hawwa.
"Untuk apa?" tanya Adam menatap heran.
"Aku kan baru datang," jawab Hawwa.
"Kau itu bukan istriku atau kau itu masih haram, untuk aku sentuh Jadi untuk apa dipeluk? kalau kau adalah istriku baru aku akan memelukmu," tutur Adam.
"Benarkah seperti itu? kalau begitu bersiap-siaplah jadi suamiku karena aku pun akan bersiap-siap ingin menjadi istrimu, halal kan Aku secepatnya ya!" Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sepupunya itu Bahkan ia pun ingin tertawa mendengar apa yang dikatakan gadis kecil itu. Namun berbeda dengan Hawwa setiap kata yang ia keluarkan memang seperti bercanda, namun dalam hatinya serius dengan apa yang baru saja diucapkannya, Hawwa yang sedari dulu memang sangat mencintai Adam, kini saat melihat Adam yang begitu tampan pun cintanya semakin bertambah dan Ia datang ke Indonesia hanya ingin mencari jalan atau cara untuk menikah dengan Adam Karena ia merasa sudah pantas Adam menjadi miliknya karena kini ia sudah dewasa, Hawwa memang tidak seperti para wanita pada umumnya, yang aneh dari Hawwa adalah ketika Adam sakit pasti dia akan sakit begitu juga dengan Adam saat Hawwa sakit maka dia merasa tidak akan baik-baik saja, namun mereka berdua belum menyadarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments