"Kesel banget gue, lama-lama bisa jadi kacungnya dia," gerutu Tiar.
Pagi-pagi sekali Milo mengganggu waktu tidurnya hanya untuk hal yang tak penting. Milo meminta Tiar untuk menjemput Matcha di apartemennya.
Tiar terus saja menekan bel apartemen yang baru semalam Matcha tempati. Bukannya menjawab atau membukakan, tetapi dari arah belakang terdengar suara Matcha sedang menyapa tetangga apartemennya.
"Selamat pagi mbak...," sapa Matcha.
Tiar menoleh kebelakang, melihat Matcha yang entah mengapa begitu anggun di matanya. Senyum serta tingkah lakunya entah mengapa mampu membuat Tiar tersenyum.
'Matcha itu kan pahit, kenapa hari ini tiba-tiba menjadi manis...,' batin Tiar.
'Eh, ngapain lu muji-muji dia. Bukannya elu kagak suka sama si pahit. Ini lagi kenapa mulut suka mirip si Milo kalau ngomong.'
Tiar terus menolak ucapan dan hatinya yang mengatakan Acha itu manis.
"Pagi pak...," sapa Matcha tanpa Tiar sadari sudah berada didepannya memperhatikannya.
Tiar sontak saja salah tingkah melihat Matcha. Jantungnya hampir copot saat menyadari kecantikan Matcha dari dekat.
"Kupret! uda mirip kuntilanak aja sih lu!" ledek Tiar karena Matcha berada didepan wajahnya.
Bukannya tersinggung atau marah Matcha hanya tersenyum dan itu semakin membuat Tiar salah tingkah.
"Ngapain senyum-senyum? ini tuh bukan waktunya untuk tersenyum. Elu mau berangkat atau mau gue tinggal terserah elu!" ucap Tiar kembali langsung membalikkan badannya.
"Eit... eit... gimana sih pak main tinggal aja, kalau aku tersesat tak tau arah jalan pulang siapa yang mau tanggung jawab?" sahut Matcha.
"Mau bapak dicoret dalam ahli kontrak pak Milo susu bugar?"
"Ga usah pake ngancam gue. Titah elu kagak berguna buat gue." Sahut Tiar.
"Itu lagi susu bugar ada juga susu olahraga," Tiar malah sengaja menambahi julukan untuk Milo.
Singkat cerita, kini keduanya sedang menuju kantor Milo. Disana Milo sudah bersiap untuk melaksanakan meeting bersama seluruh karyawannya. Sejak tadi mata Milo merasa tak jinak memperhatikan satu persatu karyawannya. Rupanya dia sedang mencari keberadaan Tiar dan Matcha.
"Dea... apa Tiar sudah datang?" tanya Milo.
"Maaf tuan, tuan Tiar belum datang." Jawab Dea sambil menundukkan kepalanya.
"Hisssh... kemana saja dia belum tiba? apa dia tak tau jika perusahaan sedang ada jadwal meeting, ck!" gerutu Milo.
Tap... tap... tap...!
Suara derap langkah Tiar dan Matcha langsung membuat semuanya teralihkan.
"Sorry, gue telat Mil..." Ucap Tiar.
"Rapat segera dimulai." Sahut Milo memberi aba-aba para karyawannya.
Milo membuka rapat tersebut terus dilanjutkan membahas persoalan yang terjadi di perusahaan. Semua karyawan sedikit tak berkonsentrasi dalam menjalani rapat meeting akibat Matcha yang berdiri di belakang Tiar.
Tiar dan Milo sendiri hampir lupa dengan keberadaannya.
"Bagaimana jika dalam mengembangkan perluasan wilayah ini kita melakukan sebuah promosi?" sahut Matcha ikut mendengarkan persoalan yang ada di perusahaan Milo.
Semua karyawan beserta Milo dan Tiar langsung saja menoleh kearah Matcha.
"Maaf sebelumnya pak, saya ikut memberikan saran untuk kemajuan perusahaan bapak. Bukan maksud saya untuk ikut campur, tetapi jika diperhatikan perusahaan ini masih kurang dalam interaksi dengan para orang-orang diluar sana. Jika kita melakukan promosi, sudah pasti perusahaan ini akan lebih dikenal luas oleh masyarakat." Matcha menjelaskan secara gamblang pendapatnya.
Semuanya terdiam mencerna pendapat Matcha. Begitupun dengan Milo dalam hati dia sangat suka dengan ide Matcha, sayangnya lagi-lagi Milo lebih besar menutupi egonya.
Prok... prok... prok...!
Suara tepuk tangan masuk kedalam ruangan. Rupanya kakek Hermawan tiba beserta papa Angga.
"Kakek...," ucap Milo terkejut dengan kehadiran kakeknya.
"Siapa namamu nak?" tanya kakek Hermawan.
"Perkenalkan pak, nama saya Matcha Aurora Satya." Jawab Matcha sembari menundukkan kepalanya.
"Satya?" gumam kakek Hermawan.
"Saya sangat suka dengan pola pikirmu nak... kau saya minta untuk bekerja di perusahaan ini menjadi sekretaris Milo." Ucap kakek Hermawan.
Mendengar Matcha menjadi sekretaris pribadinya, Milo langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Kenapa kakek yang memutuskan? disini bosnya aku. Jadi aku yang yang berhak memutuskannya." Ucap Milo.
"Bosnya memang kau, tapi pemilik perusahaan ini adalah kakek." Sahut kakek Hermawan langsung membuat Milo kalah telak.
"Pa... tolong papa beri pengertian kakek, Milo tak mungkin menjadikannya sekretarisku. Bagiku Tiar sudah cukup," Milo mencari pembelaan dengan papanya.
"Maaf Milo, papa tak bisa berbuat apa-apa. Apa yang kakekmu katakan memang benar. Lebih baik kau ikuti ucapan kakekmu." Saran papa Angga.
"Rapat hari ini cukup, kalian semua bisa kembali bekerja." Ucap Tiar menutup rapat meeting.
Semua karyawannya membubarkan diri. Kini tinggal keluarga inti yang tertinggal disana.
"Tiar, kau kasih tau apa tugas Matcha sebagai sekretaris Milo." Pesan kakek Hermawan.
"Baik kakek," ucap Tiar langsung membawa Matcha ke ruangannya.
"Cha, ikut gue sekarang." Ajak Tiar.
Matcha tak bergeming sama sekali. Dia mengikuti langkah Tiar menuju ruangannya.
Setelah keduanya keluar ruangan, kakek langsung menyodorkan sebuah map cokelat ke arah Milo.
"Kakek sangat kecewa kepadamu Milo. Kau sudah membohongi kakek jika kau masih berhubungan dengan wanita itu." Ucap kakek Hermawan.
Milo membuka map cokelat dihadapannya. Dia terkejut saat melihat fotonya sedang bersama Lisa.
"Darimana kakek mendapatkan foto ini? Jangan-jangan kakek diam-diam mengikutiku." Tanya Milo curiga.
"Kakek sudah pernah mengatakan, jangan membohongi kakek, karena sampai kapanpun kakek tak akan pernah setuju kau bersama wanita itu!" ucap kakek Hermawan dengan lantang.
"Kakek tak bisa mengatur hidupku! Milo memiliki hak untuk kehidupan Milo. Selama ini Milo selalu mengikuti ucapan kakek, tapi maaf kek, untuk ini aku tak bisa mengikuti ucapan kakek!" ucap Millo langsung meninggalkan ruangan rapat.
"Milo... Milo...!" panggil kakek Hermawan sambil memegangi dadanya yang sakit.
"Pa... papa ingat kondisi papa... biar Angga yang memberi pengertian untuknya." Ucap papa Angga.
"Andai dia tahu siapa wanita yang dicintainya, papa yakin anak itu tak akan melanjutkan hubungannya." Ucap kakek Hermawan.
"Angga, kau cepat cari informasi mengenai Satya. Papa merasa anak itu ada hubungannya dengan Satya."
"Maksud papa anak perempuan tadi?" tanya papa Angga.
"Iya Angga. Kau tadi mendengar jika nama dia juga terdapat nama Satya. Tak menutup kemungkinan jika Satya yang dimaksud adalah Satya yang kita cari selama ini." Jawab kakek Hermawan.
Sementara di ruangan Tiar, Tiar sudah menjelaskan point-point tugasnya sebagai sekretaris Milo.
"Ingat hanya 1 yang ga bisa elu tolak. Tidak membantah setiap ucapan Milo juga tidak mencampuri urusan pribadinya. Kalau elu sampai gagal gue pastiin Milo bakal membuang elu ke kutub utara." Ucap Tiar.
"Kurang jauh pak... kenapa gak ke angkasa jaya pura aja," celetuk Matcha.
"Emang elu mau hidup sama alien?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments