Setelah peristiwa pagi itu, Milo terus kepikiran ucapan kakeknya.
"Bagaimana bisa aku mencari calon istri selama sebulan sedang aku tak bisa melepaskan Lisa. Aku sangat mencintai Lisa," gumam Milo di meja kerja kantornya.
Ceklek!
"Milo rupanya lu disini? semalaman gue hubungi kemana aja lu, ada hal penting yang perlu gue sampaikan." Ucap Tiar masuk tanpa mengetuk pintu.
Melihat Milo tak meresponnya, Tiar mencoba mendekati Milo. Telapak tangannya dia sengaja lambaikan kedepan wajah Milo.
"Hisssh... gue ngomong serius yang ono malah ngalamun, dasar si susu Milo!" gerutunya.
"Milo...!" teriak Tiar sengaja tepat di telinganya membuat yang punya telinga langsung melemparkan pulpen kearah wajahnya.
"Kampret lu! suara lu uda mirip speaker masjid." Ejek Milo sengaja.
"Speaker masjid adem coy, berarti gue mentrentamkan jiwa," ucapnya jemawa.
Milo langsung memasang wajah kesal kearah Tiar yang mulai tak kepedean.
"Ngapain lu masuk ruangan gue? awas kalau gak penting, gue usir elu dari buku saham gue." Ucap Milo.
Mendengar kata saham, wajah Tiar langsung berubah pucat. Kalau sampai itu terjadi, bisa langsung jatuh miskin dirinya. Secara Milo yang sudah berpengaruh besar dari bisnis properti yang sudah dia lakoni selama ini.
"Jangan ngomongin saham, gue ngeri dengernya...," sahut Tiar.
"Gue cuma mau ngasih tau soal wanita yang elu tabrak semalam. Dia sudah sadar dan kembali ke rumahnya kemarin siang." Ucap Tiar menyampaikan kondisi Matcha.
"Baguslah kalau dia hidup, gue ga harus berurusan dengan hukum." Sahut Milo dengan santainya.
"Tapi dia kehilangan ayahnya." Ucap Tiar kembali langsung membuat Milo beralih serius kearahnya.
"Maksud lu?" tanya Milo tertarik dengan cerita Matcha.
"Elu kudu tau ini sebelum tuh cewek nuntut elu." Bukannya menjawab Tiar malah menakut-nakuti Milo.
"Eh kampret... kalau cerita yang jelas, mau gue bilangin ke Naomi mengenai ****** ***** yang tersangkut di---"
Buru-buru Tiar menutup mulut Milo dengan kedua tangannya takut para karyawan mendengar rahasia yang sudah dia tutup rapat-rapat.
"Gue bakal cerita secara jelas tapi tolong skip soal itu." Pinta Tiar akhirnya disetujui oleh Milo. Tentunya Milo sambil mengeluarkan senyum smirknya.
"Wanita semalam bernama Matcha---"
"Hahaha...!"
Belum selesai Tiar melanjutkan ceritanya, Milo tertawa terbahak-bahak.
"Elu mau gue lanjutin ceritanya atau elu mau nyelesein ketawa dulu," sindir Tiar.
"Siapa tadi namanya? Mathca? hahaha...!" Kembali Milo menertawakan nama wanita itu.
"Emang napa kalau namanya Matcha? orang nama elu juga aneh susu Milo," gumam Tiar pelan tapi masih bisa terdengar Milo.
"Apa elu bilang?" Sahut Milo tak terima.
"Gue gak bilang apa-apa, cuma merasa lucu juga saat mendengar namanya," jawab Tiar pura-pura.
"Matcha itu rasanya pahit, gue yakin orangnya juga pahit. Hahaha...!" Tawa Milo kembali pecah.
"Gue jadi lanjut cerita kagak nih?" sindir Tiar.
"Oke... oke... lanjutkan cerita lu," sahut Milo masih mengatur tawanya.
"Semalam itu dia mencari obat untuk ayahnya yang sedang sakit keras. Kemarin pagi saat dia tersadar, dia memaksa untuk cabut dari Rumah sakit. Gue udah nahan dia sih... tapi dia kekeh maksa buat keluar dari Rumah sakit." Tiar menceritakan semuanya.
"Sesampainya di rumahnya ternyata ayahnya sudah meninggal dunia. Ngenes banget hidupnya, udah miskin, dicaci maki sama ibu dan saudara tirinya. Apa lu gak berkeinginan bantuin kehidupan dia gitu Mil?" tanya Tiar serius.
Mendengar cerita Tiar, Milo merasa prihatin juga. Sebab mau tak mau semua ini juga karenanya. Jika saja malam itu dia fokus mengemudi tidak bercanda dengan Lisa, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Eh tapi apa peduli Milo, secara Matcha bukan siapa-siapanya.
"Elu ngadi-ngadi ya... emangnya siapa dia? gue ga peduli." Jawab Milo seperti biasanya selalu tak peduli dengan hal-hal sepele menurutnya.
"Mendingan elu temui dia, daripada elu dilaporkan ke pihak berwajib. Secara dia masuk korban tabrak elu...," saran Tiar.
"Elu gak mikir apa jika sampai elu dipenjara ? Bisa-bisa kakek Hermawan makin tak menyetujui hubungan elu sama Lisa."
Milo sedikit berpikir, apa yang diucapkan Tiar ada benarnya semua. Jika sampai kakek dan kedua orangtuanya mengetahui perbuatannya ini, bisa jadi mereka semua tak menyetujui hubungannya dengan Lisa.
Milo langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Lu mau kemana?" tanya Tiar.
"Ketempat si pahit." Jawab Milo.
Sesampainya ditempat Matcha, dia makin merasa tak tega melihat kondisi rumahnya. Rumah yang hampir ambruk itu masih ditempati oleh Matcha dan ibu juga saudara tirinya.
Melihat Milo dan Tiar tiba, Hana yang kegatelan langsung saja pasang aksi menjalani dramanya.
"Orang kota itu kembali lagi, apa dia sudah termakan dengan ucapanku kemarin?" gumam Hana dengan senyum yang mengembang.
Hana buru-buru menyambut kedatangan Milo dan Tiar.
"Kakak tampan kesini lagi pasti mencari aku kan?" tanya Hana kepedean.
"Waow... kenapa yang ini lebih tampan," ucap Hana saat memperhatikan Milo.
"Maaf, gue kesini mau cari Matcha bukan elu." Jawab Tiar dengan ketus.
Mendengar nama Matcha, wajah Hana yang tadinya sumringah berubah menjadi kesal.
"Kenapa harus Acha lagi sih...! Aku sudah mengatakan jika dia itu wanita pembawa sial!" Ejek Hana memberi penilaian tentang Matcha.
Tiar dan Milo tak mempedulikan ucapan Hana, mereka berdua masuk begitu saja. Saat Milo masuk kedalam rumahnya, dia terkejut melihat foto kakek Hermawan bersama sahabatnya.
"Eh bapak, maaf Pak tempatnya masih berantakan." Sapa Matcha baru keluar dari kamarnya.
"Kok bapaknya bawa teman, bentar aku buatin minuman dulu."
"Cha... Elu disini aja, gue ngeri sama mak Lampir takut digondol...," sindir Tiar melirik kearah Hana yang berdiri di dekatnya.
Matcha menahan senyumnya kala mengerti apa yang Tiar maksud dengan sebutan mak Lampir adalah Hana saudara tirinya.
Hana yang merasa tersindir langsung melengos begitu saja. Hana langsung pergi meninggalkan semuanya.
"Cha, gue kesini bersama bos...," Tiar sengaja memperkenalkan Milo kepada Matcha.
"Oh... jadi ini orang yang gak bertanggung jawab menyerempetku malam itu? eh gara-gara kau, aku jadi telat memberikan obat ayah. Aku jadi kehilangan ayahku? apa kau tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat dicintai?" Tanya Matcha dengan tatapan yang sangat kecewa.
Milo yang tadinya bersikeras tak ingin mempedulikan Matcha, tiba-tiba merasa sangat bersalah. Wajah serta bola mata Matcha entah mengapa mampu membuat Milo berubah.
"Tapi semua sudah terjadi, aku tak akan menuntut apapun dari bapak. Sekarang aku mohon jangan ganggu aku lagi pak." Pinta Matcha dengan memohon.
"Gue kesini mau bawa elu." Ucap Milo langsung menggandeng tangan Matcha.
Tiar sampai terbelalak dengan sikap Milo. Tak biasanya Milo bersikap hangat seperti yang dia lihat saat ini.
"Sepertinya dunia sedang terbalik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Santai Dyah
yuh denger kata tmn lo bisa di penjara kn dan hubungan km sama lisa gk direstui
2023-06-21
0