"Daritadi elu nangis sambil makan, sebenarnya elu sedih apa lapar?" ledek Milo melihat Matcha sedang menikmati semangkuk coto Makassar. Pasalnya ini sudah mangkuk ke 3 yang Matcha pesan. Anehnya Matcha menikmati coto Makassar sambil menangis.
"Gak usah berisik pak, rasa haru bahagiaku akan hilang kalau bapak berisik. " Sahut Matcha kembali menikmati makannya.
"Seumur hidupku ini baru pertama kali makan makanan yang enak. Untuk itu bapak jangan berisik karena akan merusak cita rasa makanan ini."
"Dasar wanita aneh!" cibir Milo. Sedangkan Tiar sedari tadi menahan ketawa gara-gara sikap Matcha.
Matcha memasukkan sendokan terakhir beserta buras ditangan kirinya. Setelah itu Matcha menghabiskan es teh jumbo dalam 6 perdetik kemudian.
"Busyet dah... cantik-cantik makannya ngalahin kuli," sindir Tiar.
Bukannya marah, Matcha hanya tersenyum menanggapi sindiran Tiar.
"Ini bukan kuli pak, tapi menyimpan cadangan makanan untuk 3 hari kedepan." Sahut Matcha.
"Cadangan makanan? emangnya elu onta?" sahut Tiar.
"Bukan onta tapi angsa," ucap Matcha membanggakan dirinya.
"Kalian berdua bisa gak diem! daritadi berisik membuat telingaku gerah." Ucap. Milo
"Elu," Milo melirik kearah Matcha.
"Besok pagi elu berangkat ke kantor gue, bawa juga baju-baju lu karena lu bakal tinggal di mes gue."
Matcha sangat terkejut dengan ucapan Milo. Bukan hanya Matcha tapi juga Tiar. Menurutnya Matcha tak bisa apa-apa jika harus bekerja di kantornya.
" Pak... kalau ngomong yang bener jangan ghosting," celetuk Matcha.
"Gue cuma ngasih tawaran sekali saja," ucap Milo sembari beranjak dari tempat duduknya.
"Aku mau!" ucap Matcha dengan lantang dan mantap.
"Aku mau bekerja di kantor bapak."
Mendengar Matcha setuju, Milo menyunggingkan senyum jahatnya.
"Oke lu diterima. Tapi dengan 1 syarat," sahut Milo.
"Napa harus ada syaratnya pak?" tanya Matcha tak mengerti dengan jalan pikiran Milo.
"Syaratnya gampang ga ribet kaya sikap elu." Cibir Milo.
"Elu ga perlu memperpanjang masalah kemarin juga elu ga boleh ngebantah ucapan gue." Ucap Milo.
"Katanya cuma 1 tapi kenapa berubah jadi 2. Gak beres nih bapak." Sahut Matcha.
"Mau kagak pahit!" bentak Milo langsung membuat nyali Matcha menciut.
"Iya deh, daripada aku pengangguran. Setidaknya ayah akan bangga kepada putrinya sudah mendapatkan pekerjaan." Ucap Matcha bahagia.
"Sekarang segera kemasi barang-barang elu. Karena gue gak mau nunggu terlalu lama, terlalu banyak virus ditempat ini. Gue takut kesehatan gue terganggu." Sahut Milo kemudian melangkah pergi keluar mencari udara segar di luar.
Sementara Milo dan Tiar menunggu Matcha, didalam sana dua orang yang sering sekali mengganggunya sedang melakukan aksinya.
"Enak saja kau pergi begitu saja, kau tak bisa pergi dari sini Acha!" teriak mama tirinya. Disampingnya terdapat Hana yang menatapnya tak suka langsung merebut barangnya dan membuangnya begitu saja.
"Apa sih sebenarnya masalah kalian! selama ini aku tak pernah sedikitpun mengganggu kalian, semua yang ayah berikan kepada kalian sedikitpun aku tak pernah meminta. Sekarang aku ingin mewujudkan keinginan ayah masih saja kalian halangi, mau kalian apa sebenarnya!" bentak Matcha mulai berani membantah mereka yang seenaknya sendiri.
"Mulai berani kau ya...!" mama tiri Matcha mengangkat tangannya dan mulai mengayunkannya ke wajah Matcha.
Matcha langsung saja menutup matanya ketakutan jika tangan itu akan menyentuh pipinya. Untungnya tangan itu tak sampai ke pipi Acha, sebuah tangan menahan tangan mama tirinya.
Matcha membuka matanya terkejut melihat Milo menahan tangan mama tirinya.
"Jika anda melakukannya, maka akan berurusan sama gue." Ucap Milo langsung menepis tangan mama tiri Matcha.
"Pahit! buruan keluar dari sini, disini gue hampir kehabisan kehidupan." Imbuh Milo.
Matcha buru-buru mengambil koper pakaiannya dan segera mengikuti langkah Milo dan Tiar. Dengan perasaan senang akhir Milo berhasil pergi dari kediamannya .
"Yes!" ucap Matcha lega.
"Ngapain lu?" kali ini Tiar yang bertanya Sedang Milo memperhatikan ponselnya dengan senyum-senyum.
"Ada deh... mendingan bapak fokus nyetir aja deh... awas takut kelewatan janda muda," sahut Matcha asal.
"Lu pikir gue doyan janda apa...!"
"Bercanda pak...," sahut Matcha sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Perjalanan mereka ditempuh kurang lebih 30 menit. Matcha dan kedua bosnya sekarang berhenti di sebuah apartemen bukan mes yang dijanjikan di awal.
"Wow... ini mes terbagus yang pernah aku lihat pak...," ucap Matcha dengan takjub. Matcha terus mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tersebut.
"Lu kagak salah bawa dia kemari Mil?" tanya Tiar dengan berbisik.
"Kagak. karena gue ada rencana lain." Jawab Milo dengan santai.
"Lu ga bakal gunakan dia buat mengelabuhi kakek bukan?" selidik Tiar.
"Kalau iya kenapa?" sahut Milo.
"Busyet dah! Milo lu lihat Matcha tuh gadis lugu, kalau dilihat dia juga wanita baik-baik. Apa kau tega melakukan ini dengannya?" tanya Tiar mempertimbangkan.
"Kagak usah pake perasaan. Yang terpenting hubunganku dengan Lisa tidak terputus." Jawab Milo.
"Serah elu deh, tapi jangan salahin gue kalau suatu hari elu memiliki rasa sama dia." Ucap Tiar sengaja menakut-nakuti Milo.
"Kagak mungkin gue punya perasaan sama wanita kampungan kayak dia. Lu kan tau dihatiku hanya ada dan untuk Lisa seorang." Sahut Milo dengan percaya diri.
"Serah elu Mil... gue pokoknya kagak mau ikut campur kalau suatu hari elu bakal belok mudik," ucap Tiar dengan terkekeh.
"Pak... sepertinya aku bakal betah tinggal disini. Sekarang bapak katakan tugasku disini, aku siap kok kalau harus jadi apa saja...," sahut Matcha selesai melihat-lihat tempat tinggal barunya.
"Untuk hari ini elu istirahat aja, hari sudah mulai petang. Besok pagi-pagi sekali Tiar yang akan memberitahu tugas-tugas elu." Ucap Milo.
"Tiar, lu siapin berkas perjanjiannya!" perintah Milo.
"Berkas perjanjian?" gumam Matcha dengan lirih.
"O iya sekali lagi gue peringatkan, jangan panggil gue bapak karena gue bukan bapak elu!" ucap Milo sebelum pergi.
"Enak saja dia panggil gue bapak, emang gue bapak elu...," gerutu Milo.
**
"Dasar anak itu, pokoknya aku tak mau tahu Angga, Milo harus segera menikah dengan cucu sahabat papa. Kau harus segera mencari informasi dimana keberadaannya!" perintah kakek Hermawan.
"Baik pa. Angga sudah mengerahkan karyawan Angga untuk mencari keberadaan om Satya. Tapi maaf pa, karena sampai saat ini belum ada satu karyawanpun yang mendapatkan informasinya." Ucap papa Angga.
"Pokoknya papa tak mau tahu, Milo harus melaksanakan perjodohan ini. Lagian papa tak mau jika wanita itu terus mendekati cucu papa satu-satunya." Sahut kakek Hermawan.
"Angga akan berusaha lagi untuk mencari informasi mengenai om Satya." Ucap papa Angga.
**
"Ayah, berkat do'amu anakmu yang cantik ini sudah mendapatkan tempat tinggal serta pekerjaan yang jauh dari mama dan Hana." Ucap Matcha.
"Maafkan Acha jika sewaktu ayah masih hidup, Acha belum bisa memberikan yang terbaik untuk ayah...,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments