Hari ini Jaka memutuskan untuk menemui kedua orang tua Putri, kekasihnya. Lantaran Putri terus mendesaknya agar cepat-cepat beritikad baik, memberitahu pada mereka kalau Jaka berniat sungguh sungguh dengan Putri. Meskipun dalam hati Jaka ragu karena belum mempunyai kesiapan secara materil.
Dengan berpakaian rapih, Jaka datang sendiri berkunjung ke rumah sang kekasih.
"Assalamualaikum, permisi." Jaka mengucap salam ketika sampai di depan pintu. Dari sini saja sudah terlihat perbedaannya, rumah kekasihnya berdiri kokoh dengan lantai keramik yang mengkilap. Berbeda jauh dengan rumah milik Jaka, rumah sederhana semi permanen.
"Walaikumsalam.." balas orang di dalam sana.
Sebagai pria biasa, tentu Jaka berdebar. Ia gugup menghadapi calon mertuanya itu.
"Eh nak Jaka.." rupanya ibu Salama yang datang.
Jaka tersenyum lebar dan tak lupa mencium punggung tangan dengan takzim.
"Ada apa ini?" tanya ibu Salama. Ia heran kenapa pria ini berkunjung ke rumahnya? perasaan tidak memiliki urusan apapun.
Jaka dan Putri memang menyembunyikan hubungan mereka. Hanya segelintir orang yang tahu, teman dekat saja.
"Mas Jaka!" Putri datang menghampiri. Gadis itu lega karena Jaka sudah datang ke rumah sesuai janjinya. "Mari masuk mas." ucap Putri.
Ibu Salama melihat interaksi keduanya. Ia curiga. "Ada perlu apa ya? mau ketemu bapak?" tanya ibu Salama.
Jaka mengangguk. "Iya Bu. Saya mau ketemu ibu dan bapak." jawab Jaka canggung.
"Bentar mas, aku panggil bapak dulu." Putri kembali ke dalam, ia akan memanggil ayahnya yang sedang berada di belakang rumah, mengurus ayam peliharaannya.
Ibu Salama duduk menemani Jaka selagi menunggu suaminya datang. "Bagaimana kabarnya? udah lama gak keliatan. Bibi mu sehat Jak?" untuk memulai obrolan, ibu Salama menanyakan keadaan bibi Nenti, ia cukup mengenal dekat dengannya.
Tangan Jaka saling bertautan, meremass dengan gelisah. Pria itu gugup sekali. "Alhamdulillah bibi sehat Bu."
"Syukurlah. Bibi mu itu temen dekat ibu dulu. Satu sekolahan." ujarnya sambil mengenang masa lalu. Jujur, ibu Selama masih menebak nebak apa keperluan Jaka ke rumahnya.
Narto dan Putri datang. Jaka langsung berdiri dan menyambut ayah kekasihnya.
"Ada keperluan apa ya?" Narto tanpa basa-basi menanyakan maksud dan tujuan kedatangan Jaka. Pria paruh baya itu terlihat sangar sekali, membuat Jaka semakin gugup.
Jaka menarik nafasnya dalam, lalu mengeluarkan perlahan. "Kedatangan saya ke sini bermaksud untuk memberitahu kalau saya dan Putri sudah saling dekat. Secepatnya saya akan melamar putri bapak kalau tabungan saya sudah mencukupi." Jaka berbicara apa adanya. Setelah mengatakan itu, hati Jaka merasa lega. Kegugupannya pun mulai berkurang.
Narto berdehem, lalu dengan lantang berkata. "Putri sudah saya jodohkan dengan laki-laki pilihan kami. Sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan." katanya.
"Pak, Putri gak mau! Putri mau nikahnya sama mas Jaka." Putri menyela.
Ibu Salama mengerti. Rupanya pria ini bermaksud untuk melamar putrinya. "Maaf nak Jaka, sudah lama Putri di jodohkan dengan lelaki pilihan kami." ibu Salama ikut menimpali. Secara tidak langsung ibu dan ayah Putri telah menolak Jaka.
"Bu! Putri gak mau di jodohin!" kekeh Putri. Tujuannya meminta Jaka ke rumahnya untuk menggagalkan perjodohannya. Siapa tahu kalau ibu dan ayahnya tahu kalau dirinya sudah memiliki kekasih, mereka mengurungkan niatnya. Tetapi yang terjadi tidak sesuai harapan. Perjodohan akan tetap terjadi.
"Gilang pria yang baik. Pantas bersanding dengan mu!" seru Narto. "Apa yang kamu lihat dari lelaki ini?" Narto memandang Jaka sebelah mata. Menurutnya Jaka tidaklah sepadan untuk putrinya yang memiliki pendidikan tinggi. "Dia hanya petani! jauh lebih baik Gilang yang jadi TNI. Hidup mu gak bakal susah kalo nikah sama Gilang!" Narto mulai membandingkan status sosial.
"Nak Jaka lebih baik tinggalkan Putri." ucap ibu Salama.
"Bu, pak! aku mau nikahnya sama mas Jaka! bukan sama Gilang, aku gak kenal dia Bu." Putri mulai menangis. Ia tidak mau berpisah dengan laki-laki yang ia cintai.
"Nanti juga kenal, pasti bakal cinta." kata Narto. Pria paruh baya itu menatap tajam Jaka. "Lebih baik kamu pulang! tinggalkan anak saya."
Jaka tertunduk, perbedaan yang memisahkan mereka. Jaka mengerti, semua orang tua ini melihat putrinya hidup bahagia dan berkecukupan. Jaka kalah dalam materi.
"Pak, Bu, kalaupun saya belum mapan. Tapi saya janji akan berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan Putri nantinya. Saya janji akan membahagiakan putri pak, Bu." Jaka berusaha meyakinkan dan mempertahankan hubungannya dengan Putri.
"Saya gak butuh janji kamu! Gilang jelas pria yang lebih mampu dari kamu. Sudah jelas masa depannya cerah. Sedangkan kamu? butuh usaha, entah sampai berapa lama!" susah payah ia banting tulang untuk menyekolahkan Putri menjadi seorang Bidan desa. Narto berharap putrinya bisa bersanding dengan orang terpandang. "Kamu itu keturunan Petani! usaha apapun pasti tetep jadi petani!"
"Dimana-mana Bidan itu nikahnya sama TNI atau Polisi! bukan sama petani kaya kamu!" ucap ibu Salama. Pikiran yang sangat kolot sekali.
Suara Narto dan Salaman terdengar sampai keluar rumah. Banyak tetangga yang sengaja menguping pembicaraan tersebut.
"Lebih baik kamu silahkan pergi." sekali lagi Narto mengusir Jaka.
"Baik pak, maafkan saya sudah mengganggu waktu bapak dan ibu." Jaka berpamitan. Se-cinta apapun dirinya terhadap Putri, harga dirinya harus ia pertahankan. Mungkin mereka memang tidak berjodoh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
April Lianti
gak apa ya ka ditolak, ada mika tuh yang kesemsem ma kamu 🤭
2023-05-07
0
Rika93
balas dendam terbaik adalah membuktikan bisa sukses walau cuma petani
2023-05-04
1
Tavia Dewi
yang sabar y mas,,,,, berarti sama y seperti keluarga ku jika na nikah harus di jodohkan karna pa tahu keluarga besan y dan pendidikan y calon suami y
2023-05-03
0