"... iya, kakak menginap di rumah kak Ani." Ucap Yura ketika menjawab telepon dari sang adik. Tadi setelah mendengar perdebatan adik dan adik iparnya, Yura memilih pergi saja. Ia malas kembali pulang.
Yura pergi ke rumah temannya yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumahnya itu.
"Iya, di rumah kak Ani loh dek!" Ucap Yura meyakinkan kembali. Adiknya sepertinya tidak percaya padanya. Ini sudah tengah malam, mana mungkin ia masih keluyuran di jalan.
"Sini, biar aku bicara saja!" Ani meraih ponsel Yura. "Halo, Didi... kak Yuramu menginap di sini."
"Oh, ya sudah kak kalau begitu." Didi jadi bernafas lega. Ia mengira Yura masih di jalanan. Ini juga sudah malam. Akan sangat bahaya.
"Sudah tenang saja. Kakakmu aman sama kak loh." Ucap Ani sambil tertawa-tawa. Ia meyakinkan adik temannya itu.
"Maaf ya, kak. Jadi ngerepotin. Titip kak Yura ya." Ucap Didi kembali. Ia juga tidak enak hati dengan Ani. Yura keseringan menginap di sana.
"Ok... Aman!" Ani pun mengakhiri panggilannya. Lalu menatap temannya yang sedang merendamkan kaki di air hangat.
"Kenapa?" Tanya Ani melihat wajah sedih temannya itu.
"Ni, kenali aku sama temanmu. Sepertinya aku harus segera menikah." Ucap Yura dengan memasang wajah melas.
"Pria seperti apapun terserahlah. Yang penting tidak minta keperawanan duluan!" Yura masih takut jika nanti seperti teman kencannya itu.
Kini Yura berpikir. Dengan menikah, ia tidak akan menyusahkan adiknya lagi. Yura pasti akan ikut suaminya. Dan bundanya akan tinggal dengan Didi. Karena adik iparnya itu tidak mempermasalahkan bunda.
Yang jadi masalah dirinya.
"Yura... menikah itu bukan harus tergesa-gesa begitu. Biarkan berjalan seharusnya. Tidak ada yang menjamin menikah cepat bisa bahagia. Contohnya aku." Tunjuk Ani pada dirinya sendiri. Ia akan menjadikan perbandingan dengan cerita dirinya.
Ani menikah muda. Tapi setahun pernikahan malah berpisah. Ia menjadi janda di usia yang sangat muda. Bahkan saat menjadi janda, usianya belum sampai 20 tahun.
"Memang kau mau, baru menikah langsung bercerai? Jangan asal comot lah, Ra!" Ani mengingatkan kembali. Pernikahan adalah komitmen ingin hidup bersama selamanya. Dengan segala susah dan senangnya. Bukan karena paksaan atau gunjingan tetangga. Atau lomba-berlomba menuju pernikahan.
Yura menggelengkan kepala. Ia ingin menikah sekali dan menjalani rumah tangga yang langgeng selamanya. Menua bersama dengan suaminya. Hidup bahagia penuh cinta.
"Ya, sudah sekarang. Nggak usah dengari orang-orang yang bicara kenapa belum menikah juga. Aku saja yang sudah menjanda 10 tahun santai saja. Nikmati saja hidupmu, Ra. Masalah jodoh pasti datang di saat yang tepat. Tidak perlu terburu-buru, baru kenal langsung mau menikah. Kita kan tidak tahu dia bagaimana?" Ani menasehati temannya itu. Ia mengerti apa yang dirasakan Yura. Tapi walaupun begitu, Yura tidak boleh sembarangan juga memilih suami.
Yura mengangguk. Ia pun sadar, teman kencannya itu mengajak melakukan se&s malah hampir diturutinya. Seharusnya kan tidak seperti itu.
"Kalau begitu carikan aku kerjaan lah, Ni." Ucap Yura kembali. Ia harus segera bekerja. Dua bulan menganggur bosan juga. Belum lagi nyinyiran adik iparnya.
"Aku sudah memasukkan banyak lamaran, tapi tidak ada yang manggil." Cerita Yura kembali. Ia sudah memasukkan banyaknya lamaran, tapi tidak ada panggilan. Pasti ditolak karena usia. Usia yang dianggap sudah tidak fresh dan menarik.
"Hmm." Ani tampak berpikir. Ia bisa memasukkan Yura ke tempat kerjanya, tapi ada usia maksimal juga bekerja di kantor tempatnya bekerja.
"Di kantorku, usia maksimal 28 tahun, Ra!" Ucap Ani pelan memberitahu. Ia ingin sekali membantu temannya, tapi ia juga tidak berdaya.
"Coba-coba saja masukkan lamaran lagi. Pasti ada satu yang nerima." Saran Ani tidak mau Yura berkecil hati. Di mana ada usaha di situ ada jalan.
Yura mengangguk. Memang hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini.
Yura berhenti bekerja di kantor yang lama, karena bos mereka melakukan pelecehan terhadapnya.
Yura setelah tamat SMA, pertama kali bekerja jadi buruh pabrik. Karena rajin dan disiplin. Lalu perlahan ia mulai naik jabatan di sana.
Pelan dan perlahan, karirnya menanjak. Hingga ia ditempatkan di kantornya, bukan di pabrik lagi.
Yura sangat senang dengan posisinya. Kerjanya tidak terlalu capek. Dan ia juga mulai menyesuaikan diri.
Tapi, atasan mereka sangat genit dan Yura mulai tidak nyaman bekerja di kantor.
Atasannya itu suka menghampiri karyawan wanita saat bekerja. Malah juga sengaja menempel dan terlalu dekat memeriksa pekerjaan mereka.
Setiap hari juga Yura selalu disuruh lembur dan jadinya harus pulang malam.
Dan malam itu, Yura yang sendirian lembur. Didatangi atasan mereka yang belum pulang.
Pria tua itu sengaja mendekat pada Yura untuk melihat pekerjaannya. Saat Yura akan bangkit, pria itu malah memeluknya.
Yura memberontak dan malah atasannya itu makin memeganginya.
"Layani aku malam ini. Aku akan menaikkan jabatanmu!" ucap pria itu itu sambil menjilat lidahnya. Seolah melihat Yura adalah hidangan yang sangat lezat.
"Lepaskan aku!" Yura berusaha melepaskan diri.
Tapi pak tua itu tenaganya kuat sekali. Ia menarik paksa pakaian Yura.
Yura terus membela diri sambil berteriak minta tolong. Tapi sepertinya sudah tidak ada orang di sekitar situ.
Wanita itu berusaha untuk melawan. Atasannya ingin memperk&sa dirinya.
Pria tua itu memegangi tangan Yura sambil memajukan bibirnya.
Sungguh Yura merasa jijik dan juga marah. Ia dilecehkan seperti itu.
Tangan Yura masih dipegangnya. Dan kaki Yura pun beraksi. Ia sengaja menendang tepat ke arah intim pak tua itu.
"Awwhh... kurang ajar kamu!" maki pria tua itu kesakitan memegangi asetnya.
Yura tidak peduli dan segera berlari, melihat itu pak tua akan mengejar Yura kembali. Dan Yura melempari atasannya itu dengan apapun yang ada di sekitarnya. Lalu ia berlari sekencang-kencangnya keluar kantor tersebut.
Setelah kejadian malam itu, Yura tidak mau masuk kerja lagi di sana. Ia seperti trauma dan ia juga tidak mau mengatakan apa yang sudah terjadi pada keluarganya. Karena tidak mau membuat mereka khawatir juga.
Yura mengatakan jika ia sudah capek bekerja dan ingin liburan sejenak.
Bunda dan Didi tidak mempermasalahkannya. Yura sudah terlalu lama bekerja, pasti sudah jenuh dan bosan.
Jadilah Yura sekarang pengangguran. Dan karena itulah adik iparnya selalu mengatakan bahwa dia pelamas. Padahal sudah memiliki pekerjaan yang bagus di kantoran, malah memilih resign karena sudah muak dan jenuh.
'Yura Yura.. kok begini banget nasibmu?' Yura cuma bisa menghembuskan nafas kasar.
"Ra, semangat dong!" Ani tidak ingin Yura bersedih. Temannya ini sudah menjalani kehidupan yang berat dan tidak pernah mengeluh.
"Ayo, kita tidur dan melupakan apa yang terjadi di hari ini." Saran Ani mengelus pundak Yura.
"Ani, terima kasih sudah menjadi temanku!" Yura jadi mewek.
"Aku yang seharusnya berterima kasih, Ra. Kau selalu ada di saat aku kesulitan!"
"Ani, jangan dibahas lagi!" Yura jadi bergetar mengatakannya.
Ani mengusap air matanya. Yura adalah teman terbaiknya.
Mereka pun seperti teletabis.
Berpelukan...
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
sherly
Yura yg malang emang bener tu kata Ani, ngapain juga mikirin omongan org, kalo blm ada jodoh ya sdhlah jgn berpikirpendek
2024-06-26
0
yuli
hmmm teman yang baik selalu ada disaat susah n senang
2023-06-09
1