"Nak, kamu sabar ya sama Sisi." Ucap Bunda menghampiri putrinya yang sedang duduk di tepian tempat tidur.
"Ya sudahlah, Bun. Biarkan saja." Yura tidak mau membahas lagi.
Bunda mengangguk mengerti.
"Bun, doai Yura ya. Ini mau masukkan lamaran, semoga diterima." Ucap Yura sambil memegang ponsel.
"Pasti, Nak. Bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Dapat kerjaan yang bagus dan juga segera menikah dengan pria yang baik dan bertanggung jawab." Harap Bunda. Yura sudah berumur. Bahkan adiknya sudah melangkahinya.
Yura tersenyum seraya mengaminkan dalam hati. Ia juga berharap seperti itu.
Yura menekan-nekan benda pipih tersebut. Ia melihat lowongan pekerjaan, lalu mengirim lamarannya.
Wanita itu cukup lama berkutat dengan ponselnya. Banyak lowongan pekerjaan, tapi usianya menjadi penghalang.
Yura tidak peduli dan tetap mengirimkan lamarannya. Mana tahu ada yang mencari yang berpengalaman tanpa peduli usia.
Yura merenggangkan tangannya. Hari sudah siang, ia pun mulai lapar.
Pelan-pelan Yura membuka pintu kamar dan melihat sekitar. Ia malas melihat Sisi, pasti tah apa lagi yang akan dikatakannya.
"Sisi mana, Bun?" tanya Yura saat melihat Bunda di dapur.
"Biasa. Ke rumah tetangga sebelah." Jawab Bunda. Menantunya itu keseringan bertandang ke rumah orang.
"Kamu makanlah. Bunda masak sup ayam." Ucap Bunda sambil mematikan kompornya.
Yura mengangguk. Ia pun mengambil piring dan mengisi dengan nasi, lauk dan kuah sup.
Yura menghirup aroma masakan Bunda yang sangat melezatkan.
Di kursi meja makan Yura pun melahap makanan yang sangat enak itu. Bundanya memang koki terbaik. Masakan Bunda sangat lezat dan begitu memanjakan lidah.
\=\=\=\=\=\=
Keesokkan harinya.
"Bun, Yura pergi dulu." Pamitnya pada Bunda. Ia menyalami Bundanya.
"Kak Yura mau ke mana?" Tanya Didi. Ia melihat Yura membawa tas kecil. Ia takut kakaknya pergi dari rumah. Karena sikap istrinya.
Kakaknya perempuan, jadi ia harus menjaga kakaknya. Selama Yura belum menikah, Yura adalah tanggung jawabnya.
"Ke rumah kak Ani." Jawab Yura pelan.
"Kak Yura, mau saja nikah sama pak Juko. Nggak apalah jadi istri ke lima, pasti disayang tuh. Mana tahu nanti dikasih kontrakannya beberapa pintu. Kan lumayan!" Saran Sisi kembali. Ia hanya ingin Yura segera pergi dari rumah ini dan tidak merepotkannya lagi.
"Kamu kok terlalu semangat menyuruh kak Yura menikah dengan juragan kontrakan itu?" Tanya Didi menelisik.
"Ya, dia yang mau sama kak Yura. Lihat saja, selama ini kak Yura nggak pernah membawa pria. Nggak ada yang mau sama kak Yurakan!" Ucap Sisi atas apa yang dilihatnya selama 3 bulan ini. Selama menjadi istrinya Didi.
"Sudahlah, aku pergi ya!" Yura pun segera berlalu. Ia tidak mau ada keributan lagi.
Yura berjalan menuju rumah Ani. Saat berjalan, ia menghela nafas melihat di pos ronda ada beberapa pria duduk di sana.
Yura berjalan saja tanpa menyapa.
"Yura, mau ke mana?" Sapa salah satu dari mereka.
Yura tidak menjawab dan mempercepat langkahnya.
"Si Yura, kayaknya masih suka samamu lah." Ucap pria itu pada temannya.
"Benar juga. Lihatlah sampai sekarang dia belum menikah juga. Pasti belum move on dia itu darimu!" ucap pria yang lain meledek temannya itu.
Pria yang pernah menjadi mantan Yura menatap punggung wanita yang sudah menjauh pergi.
"Tapi, kau jangan lupa juga. Kau juga sudah punya istri! Mau beristri dua kau!!!"
"Senangnya dalam hati, bila beristri dua..." Mereka pun bersenandung meledek temannya itu.
Yura kini telah sampai di rumah Ani dan melihat ribut-ribut. Ia menghembuskan nafas kasar. Nggak di rumah, di luar sama saja. Memanglah daerahnya ini kampung rempong.
"Kau sengajakan menjemur kaca mata, pasti mau menggoda suamiku!" Ucap seorang wanita paruh baya menunjuk-nunjuk Ani dengan wajah tidak senang.
"Untuk apa aku menggoda suamimu?" Ani tidak terima dituduh seperti itu.
"Kau sengaja memakai pakaian seksi-"
"Tutup mulutmu! Aku menjemur pakaianku. Lagian suamimu itu saja yang gatal dan matanya jelalatan. Seharusnya kau jaga suamimu itu! Tutup matanya, bila perlu congkel biji matanya itu sekalian!" Ani membela diri. Ia merepet juga.
"Dasar janda gatal! Mau ngerebut suami orang kau? Dasar jablay!!!" wanita itu masih memaki Ani. Ia yakin tetangganya ini yang sengaja menggoda suaminya.
"Kau lihat dulu suamimu itu? Untuk apa aku merebutnya, kau saja nggak bahagia sama dia! Suamimu itu sudah jelek, miskin lagi... seharusnya kau malu mengatakan kalau aku mau merebut suamimu!" Balas Ani kembali. Ia bingung melihat tetangganya itu. Suaminya yang gatal, malah sementang dia janda. Dia yang mau menggoda mereka.
Mau menggoda suami orang, lihat-lihat jugalah suaminya itu gimana. Kalau seperti buntelan kentut, jelek, miskin pula lagi. Nggak level lah!!!
"Yura... ayo, kita pergi!" Ani melihat Yura dan menarik temannya itu. Ia membawa Yura masuk ke dalam mobil.
"Kau juga jangan lihatin terus!" Kata ibu itu menjewer telinga suaminya.
'Masih muda, seksi, kaya. Janda sekarang memang menggoda!' Batin pria tua itu lupa pada statusnya.
Di perjalanan, Ani menghela nafas terus menerus. Ia masih merasa kesal dituduh menggoda pria tua yang sudah bau tanah itu.
"Kau lihat itu, Ra. Mentang-mentang aku janda, aku dibilang menggoda pak tua itu!" Ani tidak habis pikir.
"Sabar, Ni!" Yura hanya dapat menenangkan.
"Kalau tadi suaminya seperti Lee Min Hoo, iya juga. Ini..." Ani kembali mendengus kesal. Suaminya seperti itu, aduh lah...
Istri-istri sekarang tidak sadar melihat bentuk suaminya bagaimana. Tahunya menyalahkan dirinya saja, lantaran ia janda.
"Ra, janganlah kau sampai jadi janda kayak aku. Makan hati!" saran Ani.
Dalam tanggapan masyarakat. Seorang wanita berstatus janda itu dianggap gatal, mau merebut suami orang. Imagenya tidak bagus.
Tapi kenapa pria duda malah dianggap hot. Wow sekali.
Entahlah Ani tidak mengerti. Selalu wanita yang disalahkan.
Yura mengangguk lemah. Temannya memang sering dituduh yang tidak-tidak.
Ani teman Yura saat SMA. Ia anak yatim yang tinggal di pantai asuhan. Setelah tamat SMA, ia bertemu dengan seorang pria yang mengajaknya menikah.
Karena ingin memiliki sebuah keluarga, Ani menerima dengan bahagia. Tapi setelah setahun pernikahan akhirnya bercerai. Suaminya sangat ringan tangan.
Ani sempat tinggal di rumah Yura, setelah perceraiannya. Ia tidak memiliki keluarga dan tidak mungkin kembali ke panti lagi.
Yura lah penyemangat dan yang selalu mendukungnya, di saat-saat terberatnya.
Ani memutuskan untuk bekerja. Agar tidak menyusahkan Yura dan keluarganya.
Ia bekerja sangat keras. Dan hasil kerja kerasnya selama ini, ia bisa memiliki rumah dan sebuah mobil untuk kebutuhannya bekerja sehari-hari. Dan sudah tidak menumpang di rumah Yura lagi.
"Kita mau ke mana ini?" tanya Yura yang baru sadar. Ia tadi mau ke rumah Ani dan malah temannya itu menyuruhnya naik ke mobilnya.
"Kita ke salon!" ucap Ani.
"Aku pulang saja!"
"Sudah, kau tenang saja! Sore nanti ada reuni, kita harus tampil wah." Ucap Ani mengingatkan.
"Reuni?" Yura sangat malas menghadiri acara seperti itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
sherly
hahahha aku suka gayamu Ani.... jgn mau kalah lawan
2024-06-26
0
Ta..h
kalian orang baik tapi bnyk yg benci.
2024-01-31
2
Selfi Azna
novel bagus begini yg lain pada kemana
2023-07-25
4