Bab 2 - Bukan Beban

Yura bernafas lega bisa keluar dari hotel itu. Ia kini turun dari ojek dan akan memasuki rumah. Tapi langkah kakinya berhenti, saat mendengar suara pertengkaran dari dalam.

"Mau sampai kapan kakakmu kita urus?" Tanya Sisi, adik iparnya Yura.

"Apa maksudmu?" Tanya balik Didi, adiknya Yura.

"Aku tidak masalah kita mengurusi Bunda. Tapi, kalau kak Yura juga, aku tidak bisa!" Ucap Sisi lagi menolak.

Mengurusi ibunya Didi, Sisi tidak ada masalah. Karena ia tahu berapa lama lagilah Bunda akan bertahan hidup. Tapi Yura? Mau sampai kapan? Masa sampai tua Yura terus bersama mereka?

"Si, jangan seperti itu pada kakakku!" Senggak Didi tidak terima.

"Lihatlah, kakakmu sangat pemalas. Sudah tidak bekerja dan sudah malam begini tidak pulang. Seharusnya ia segera menikah, bukan malah menyusahkan adiknya!" Balas Sisi kembali.

"Sisi, tutup mulutmu! Kak Yura baru dua bulan berhenti bekerja!" Didi mengingatkan.

"Jangan seperti itu pada kak Yura. Dia kakakku!" Timpal Didi kembali. Yura tidak pernah menyusahkan mereka, istrinya itu saja yang selalu beranggapan seperti itu.

"Teruslah... teruslah kamu berhutang budi padanya!" Cecar Sisi kesal.

"Apa kamu mau mengatakan, jika sekarang kamu bisa sukses karena berkat jasanya itu? Maka dari itu kamu jadi mempunyai tanggung jawab untuk membalas apa yang telah dilakukannya? Ingat Didi, kamu sudah menikah sekarang. Kamu harus lebih mengutamakan istrimu! Mengutamakan aku, bukan dia!!!" Jelas Sisi pada apa yang dirasakannya. Ia menikah dengan Didi dan tidak mau Yura ada di tengah-tengah mereka. Karena bagi Sisi Yura seperti beban nyata dalam rumah tangganya.

Yura itu hanya menjadi beban buat adiknya. Seharusnya Yura memiliki sedikit hati nurani. Karena bundanya Didi masih hidup, maka Yura ikut ke mana pun bunda tinggal.

Bagaimana jika bunda sudah tiada?

Apa selamanya Yura akan menumpang hidup dengan mereka?

"Aku ngantuk!" Didi tidak mau berdebat lagi. Percuma ia menjelaskan, Sisi tidak mau mengerti.

Didi masuk ke kamar, ia mengusap wajahnya dengan kesal.

Saat menikah dulu, ia sudah menjelaskan secara detil perihal keluarganya. Dan Sisi mau menerima semua. Menerima hidup dengan bundanya dan menerima hidup dengan Yura sampai kakaknya itu menikah.

Karena Didi mempunyai tangung jawab menjaga kakaknya sampai ada pria yang menikahi Yura.

Sisi menyanggupi semua itu. Tapi sekarang baru 3 bulan pernikahan mereka berjalan, kenapa Sisi tidak bisa menerima kakaknya?

Didi ingat kala itu. Saat Yura tamat SMA, ayah mereka meninggal dunia. Meninggalkan Yura dengan bunda dan dirinya yang masih sekolah duduk di kelas 3 SMP.

Saat ayah, sang tulang punggung itu telah tiada, Yura lah yang mengambil bagian itu. Karena bunda mereka sering sakit-sakitan semenjak ayah meninggal. Dan Didi masih sekolah, Yura tidak mau adiknya putus sekolah.

Yura pun bekerja untuk mencukupi kebutuhan bunda dan adiknya itu. Untuk makan, tempat tinggal bahkan untuk berobat bundanya.

Yura menjalani pekerjaan di dua tempat. Pagi sampai sore menjadi buruh di pabrik. Dan saat sore menjelang ia bekerja menjadi pelayan di rumah makan.

Didi yang melihat sang kakak selalu pulang di tengah malam, merasa sedih. Ia berniat ingin berhenti sekolah saja dan membantu kakaknya dengan mencari kerja. Tapi Yura malah menahannya.

"Sudah, kamu sekolah yang rajin. Biar nanti bisa dapat pekerjaan yang bagus. Nanti kita bisa beli rumah, biar bunda nyaman!" Yura mengelus kepala sang adik dengan sayang. Seolah merasa apa yang ia lakukan sekarang adalah bentuk tanggung jawabnya kepada keluarga.

Ayah telah tiada, bunda juga sedang sakit. Tidak mungkin bunda bekerja mencukupi kebutuhan mereka. Didi juga harus tetap sekolah.

Didi terpaksa mengangguk. Saat ini mereka hanya bisa menyewa kontrakan satu kamar. Karena uang yang dicari kakaknya habis untuk berobat sang bunda.

Saat telah tamat SMA, Didi ingin bekerja saja dan tidak mau meneruskan kuliah. Tapi tetap Yura tidak mengizinkan. Bundanya kini juga sudah sehat. Yura jadi menyuruh Didi berkuliah, adiknya itu mendapat beasiswa.

Meski dapat beasiswa, tapi Didi merasa untuk kebutuhan sehari-harinya pasti kakaknya yang banting tulang. Ia tidak ingin terus menyusahkan Yura.

"Kamu kuliah saja, kan dapat beasiswa. Sudah yang lain nggak usah dipikirkan. Nanti kalau kamu sudah selesai kuliah, terus kerja, gajinya kan besar. Kita bisa beli rumah." Ucap Yura membujuk adiknya.

Yura kini mengangsur sebuah sepeda motor untuk kaki mereka. Agar lebih mengirit ongkos.

Saat pagi, Didi yang mengantar Yura ke tempat kerja. Lalu ia baru pergi kuliah. Saat sore Didi kembali menjemput kakaknya dan begitulah setiap hari.

Yura itu juga tidak ada capeknya. Begitu pulang kerja, ia menggunakan sepeda motornya untuk mencari uang. Ya, menjadi pengemudi ojek online. Ia tidak bekerja di dua tempat lagi. Hanya di pabrik saja.

Didi juga ikut menjadi pengemudi ojek untuk membantu kakaknya juga. Jadi mereka sering berganti-gantian menjadi pengemudi ojek.

Meski kehidupan yang mereka jalani berat, tapi mereka selalu tertawa dan tersenyum bersama. Mensyukuri apapun yang diberikan.

"Kak, aku kan sekarang sudah bekerja. Sudah kak nggak usah kerja lagi. Biar aku saja!" Ucap Didi ketika ia diterima bekerja di sebuah perusahaan.

"Sudah, biar kakak tetap bekerja saja. Nanti uang gajian kamu kumpul-kumpul untuk beli rumah, jadi biar cepat." Saran Yura kembali. Biar saja untuk kebutuhan sehari-hari, pakai gajinya.

"Tapi kak-" Didi merasa tidak enak. Ia sudah bisa bekerja dan berpenghasilan sekarang. Ingin kakaknya tidak usah bekerja lagi. Biar ia yang bekerja dan pelan-pelan mengumpulkan uang untuk membeli rumah.

"Sudah, kamu kerja yang rajin saja. Biar cepat beli rumahnya." Yura menyemangati adiknya itu. Dengan membeli rumah, bunda tidak akan kesusahan pindah-pindah terus. Bunda sudah semakin tua, kasihan jika pindah-pindah terus. Harus ada tempat menetap.

"Atau kak Yura kuliah saja." Saran Didi kembali.

Saat itu Didi tidak sengaja melihat berkas beasiswa kuliah kakaknya, saat membersihkan kamar. Yura mendapat itu. Tapi, karena ayah mereka meninggal. Yura pasti mengubur keinginannya untuk berkuliah. Ya, karena untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, dirinya dan bunda yang saat itu sakit-sakitan.

"Nggak usah, dek. Kakak kerja saja!" Yura sudah tidak memiliki keinginan untuk berkuliah lagi. Ia juga tidak mau menyusahkan adiknya yang sedang merintis itu.

Didi menghembuskan nafas berkali-kali. Ia kesal dengan sikap istrinya itu. Yang seolah menganggap kakaknya beban. Padahal Yura baru 2 bulanan ini tidak bekerja lagi. Selama ini juga, untuk kebutuhan Yura sendiri, tidak pernah meminta padanya. Pesangon kakaknya itu juga masih ada. Bahkan Yura memberikan uang bulanan dengan pesangonnya itu, padahal Didi sudah menolaknya. Tapi Yura tetap memaksa.

Didi mengusap wajahnya. Lalu melihat jam dinding. Sudah pukul 11 malam.

'Kak Yura kenapa belum pulang?' Batinnya bertanya-tanya. Ia pun meraih ponsel dan menghubungi sang kakak.

"Kak Yura, di mana?"

.

.

.

Terpopuler

Comments

marisa hikmawati

marisa hikmawati

istri yg kurang ngajar

2025-02-19

0

Fatchi

Fatchi

disuruh kerja beli rumah mlhn nikah dulu kknya aj blm nikah berubah

2024-06-30

0

sherly

sherly

Didi jgn mau dihasut Ama istrimu...

2024-06-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Salah
2 Bab 2 - Bukan Beban
3 Bab 3 - Teman Terbaik
4 Bab 4 - Serba Salah
5 Bab 5 - Janda
6 Bab 6 - Reuni
7 Bab 7 - Istri Ke Lima
8 Bab 8 - Bekerja
9 Bab 9 - Hari Sibuk
10 Bab 10 - Lembur
11 Bab 11 - Tidak Normal
12 Bab 12 - Menjodohkan
13 Bab 13 - Makan Malam
14 Bab 14 - Wanita Itu
15 Bab 15 - Perintah Brian
16 Bab 16 - Mata Tajam
17 Bab 17 - Kurang Ajar
18 Bab 18 - Rencan Brian
19 Bab 19 - Demam
20 Bab 20 - Menolak Perjodohan
21 Bab 21 - Kiriman
22 Bab 22 - Kiriman Lagi
23 Bab 23 - Kembali Bekerja
24 Bab 24 - Pria Bermasker
25 Bab 25 - Benjol
26 Bab 26 - Mengancam
27 Bab 27 - Terancam
28 Bab 28 - Deg Ser
29 Bab 29 - Kelakuan Yura
30 Bab 30 - Lahirkan Anak
31 Bab 31 - Brian Bingung
32 Bab 32 - Kembali Menolak
33 Bab 33 - Menikah?
34 Bab 34 - Jam 10
35 Bab 35 - Kembali Mengancam
36 Bab 36 - Kontrak
37 Bab 37 - Sugar Daddy
38 Bab 38 - Akan Menikah
39 Bab 39 - Bergandengan
40 Bab 40 - Tukang Ancam
41 Bab 41 - Tamu Malam Ini
42 Bab 42 - Akting?
43 Bab 43 - Brian Itu?
44 Bab 44 - Bertemu Calon Mertua
45 Bab 45 - Terlalu Imut
46 Bab 46 - Membujuk
47 Bab 47 - Aku Sakit
48 Bab 48 - Dan Lagi
49 Bab 49 - Ihhh..
50 Bab 50 - Mama Saja
51 Bab 51 - Numpang Makan
52 Bab 52 - Baca Koran
53 Bab 53 - Melihat Rumah
54 Bab 54 - Gosip
55 Bab 55 - Demi Cucuku
56 Bab 56 - Hari Bahagia
57 Bab 57 - Keluar
58 Bab 58 - Selalu Baper
59 Bab 59 - Putri Tidur
60 Bab 60 - Memulai
61 Bab 61 - Ke Pasar
62 Bab 62 - Mas
63 Bab 63 - Menggoda Istri
64 Bab 64 - Shoping
65 Bab 65 - Mulai Ragu
66 Bab 66 - Pujian
67 Bab 67 - Lope Lope
68 Bab 68 - Tidak Mengerti
69 Bab 69 - Mikirin Kamu
70 Bab 70 - Budeg
71 Bab 71 - Mulai Pengertian
72 Bab 72 - Belum Rejeki
73 Bab 73 - Dipancing
74 Bab 74 - Mencari Perhatian
75 Bab 75 - Tanpamu
76 Bab 76 - Arisan
77 Bab 77 - Mengobrol
78 Bab 78 - Malu
79 Bab 79 - Merindukanmu
80 Bab 80 - Suprise
81 Bab 81 - Pulang
82 Bab 82 - Aku Mencintaimu
83 Bab 83 - Libur
84 Bab 84 - Kerja Sama
85 Bab 85 - Pelet Cinta
86 Bab 86 - Dukun Amatiran
87 Bab 87 - Ikut
88 Bab 88 - Tanggung Jawab
89 Bab 89 - Pertengkaran
90 Bab 90 - Meminta Maaf
91 Bab 91 - Sebenarnya
92 Bab 92 - Penjelasan
93 Bab 93 - Hamil
94 Bab 94 - Akhirnya
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1 - Salah
2
Bab 2 - Bukan Beban
3
Bab 3 - Teman Terbaik
4
Bab 4 - Serba Salah
5
Bab 5 - Janda
6
Bab 6 - Reuni
7
Bab 7 - Istri Ke Lima
8
Bab 8 - Bekerja
9
Bab 9 - Hari Sibuk
10
Bab 10 - Lembur
11
Bab 11 - Tidak Normal
12
Bab 12 - Menjodohkan
13
Bab 13 - Makan Malam
14
Bab 14 - Wanita Itu
15
Bab 15 - Perintah Brian
16
Bab 16 - Mata Tajam
17
Bab 17 - Kurang Ajar
18
Bab 18 - Rencan Brian
19
Bab 19 - Demam
20
Bab 20 - Menolak Perjodohan
21
Bab 21 - Kiriman
22
Bab 22 - Kiriman Lagi
23
Bab 23 - Kembali Bekerja
24
Bab 24 - Pria Bermasker
25
Bab 25 - Benjol
26
Bab 26 - Mengancam
27
Bab 27 - Terancam
28
Bab 28 - Deg Ser
29
Bab 29 - Kelakuan Yura
30
Bab 30 - Lahirkan Anak
31
Bab 31 - Brian Bingung
32
Bab 32 - Kembali Menolak
33
Bab 33 - Menikah?
34
Bab 34 - Jam 10
35
Bab 35 - Kembali Mengancam
36
Bab 36 - Kontrak
37
Bab 37 - Sugar Daddy
38
Bab 38 - Akan Menikah
39
Bab 39 - Bergandengan
40
Bab 40 - Tukang Ancam
41
Bab 41 - Tamu Malam Ini
42
Bab 42 - Akting?
43
Bab 43 - Brian Itu?
44
Bab 44 - Bertemu Calon Mertua
45
Bab 45 - Terlalu Imut
46
Bab 46 - Membujuk
47
Bab 47 - Aku Sakit
48
Bab 48 - Dan Lagi
49
Bab 49 - Ihhh..
50
Bab 50 - Mama Saja
51
Bab 51 - Numpang Makan
52
Bab 52 - Baca Koran
53
Bab 53 - Melihat Rumah
54
Bab 54 - Gosip
55
Bab 55 - Demi Cucuku
56
Bab 56 - Hari Bahagia
57
Bab 57 - Keluar
58
Bab 58 - Selalu Baper
59
Bab 59 - Putri Tidur
60
Bab 60 - Memulai
61
Bab 61 - Ke Pasar
62
Bab 62 - Mas
63
Bab 63 - Menggoda Istri
64
Bab 64 - Shoping
65
Bab 65 - Mulai Ragu
66
Bab 66 - Pujian
67
Bab 67 - Lope Lope
68
Bab 68 - Tidak Mengerti
69
Bab 69 - Mikirin Kamu
70
Bab 70 - Budeg
71
Bab 71 - Mulai Pengertian
72
Bab 72 - Belum Rejeki
73
Bab 73 - Dipancing
74
Bab 74 - Mencari Perhatian
75
Bab 75 - Tanpamu
76
Bab 76 - Arisan
77
Bab 77 - Mengobrol
78
Bab 78 - Malu
79
Bab 79 - Merindukanmu
80
Bab 80 - Suprise
81
Bab 81 - Pulang
82
Bab 82 - Aku Mencintaimu
83
Bab 83 - Libur
84
Bab 84 - Kerja Sama
85
Bab 85 - Pelet Cinta
86
Bab 86 - Dukun Amatiran
87
Bab 87 - Ikut
88
Bab 88 - Tanggung Jawab
89
Bab 89 - Pertengkaran
90
Bab 90 - Meminta Maaf
91
Bab 91 - Sebenarnya
92
Bab 92 - Penjelasan
93
Bab 93 - Hamil
94
Bab 94 - Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!