Semalaman Salimah tidak bisa tidur, di hatinya masih ada perasaan khawatir.
Dia merasa tak mungkin mengkhianati suaminya dengan mengandung anak lelaki lain.
Namun di satu sisi, dia butuh sokongan dana serta dukungan untuk menemukan suaminya.
Setidaknya, dia ingin tahu keadaan sang suami. Kalau suaminya masih hidup meski dalam keadaan koma, mungkin ia akan merasa lega.
Sedangkan malam tadi, Triya bicara serius dengan suaminya mengenai keinginannya memiliki anak melalui bantuan rahim Salimah.
"Kamu gila?!" pekik Jendral merancu.
Bagaimana bisa sang istri berpikir jauh hingga ke sana. Jendral sangat tahu kegelisahan sang istri dan tekanan yang di terimanya.
Namun memiliki anak dari rahim pengganti? Jelas sangat tak masuk akal baginya.
Triya terisak, dia tahu sang suami pasti tak akan mudah menerima idenya. Namun dia sudah lelah dan dia hanya berpikir jika hanya dari rahim Salimahlah harapan terakhirnya.
Sahabatnya yang sedang dalam keadaan terdesak pasti mau membantunya.
Memang terdengar kejam, tapi Triya tak peduli, dia sudah putus asa menghadapi kemelut rumah tangganya yang selalu berpusat pada masalah keturunan.
Tahu kalau istrinya tengah terpuruk, membuat hati Jendral meluluh. Dia sebenarnya juga tak tega, andai sang istri tau tak mungkin dirinya akan menolak keinginan sang istri jika di rasa masih masuk akal.
Namun ini ...
Jendral memeluk sang istri dari samping membuat tangisan sang istri semakin kencang, beruntung kamar mereka kedap suara, hingga dia yakin tak akan ada yang mendengarkan obrolan mereka.
"Aku mohon mas, hanya ini cara satu-satunya. Lagi pula hanya dengan Salimah aku bisa percaya," jelasnya.
"Tetap aja dia bukan anakmu nantinya, kamu tetap akan sakit hati mendengar ejekan keluarga kita lagi nanti," jawab Jendral berusaha membuka pikiran sang istri.
Triya menghela napas, bukan begitu rencananya. Namun dia masih bingung bagaimana cara menjelaskannya pada sang suami. Dia yakin suaminya pasti akan kembali menolak.
"Aku mau sembunyiin kehamilan Salimah Mas, demi kebaikan kita semua," lirihnya.
Jendral mengernyit bingung sungguh dia tak mengerti dengan maksud dari sang istri.
"Bisa di perjelas? Mas ngga paham maksud kamu," ujarnya jujur.
Triya menunduk, ragu tentu saja, tapi dia tak bisa melakukannya sendiri bagaimana pun suaminya harus turut serta dalam rencananya.
"Kita akan melakukannya secara diam-diam. Semua demi kebaikan bersama. Kebaikan kita dan kebaikan Salimah."
"Keluarga kita hanya perlu tahu bahwa anak itu lahir dari rahimku. Dan juga masa depan Salimah akan tetap terselamatkan," jelasnya.
"Dia janda apa masih berstatus istri orang?" sela Jendral yang memilih menanyakan sesuatu yang lebih penting.
Terlihat sekali kalau Triya mendadak gugup. Wanita ayu itu sedikit membuang muka menghindari pertanyaan suaminya.
Jendral yang tahu gelagat anehnya sudah bisa menebak jawaban sang istri.
"Kamu ingin aku menghamili istri orang?" tandasnya.
Triya tersentak, dia lalu menatap sang suami dengan sendu.
"Dia di usir sama mertuanya. Mertuanya juga akan membuat Salimah dan suaminya bercerai. Makanya aku berani minta tolong sama dia, karena aku memang menjanjikan sesuatu," jelasnya.
"Apa yang kamu janjikan?" tanya Jendral tajam.
"Emmm ... Kita akan membantu dia menemukan suaminya," jawabnya kembali menunduk.
"Kamu tahu itu bukan sesuatu yang mudah Ya! Kenapa kamu justru menjanjikan hal seperti itu?" sungutnya.
"Mas, nanti kita pikirkan lagi, yang penting Salimah mau dulu. Cuma sama dia aku percaya enggak akan terjadi sesuatu sama kalian. Dan aku juga yakin masa depan kita bisa terselamatkan," jujur Triya.
Jendral menggeleng tak percaya dengan niatan istrinya. Dia sendiri sadar jika permintaan sang istri terdengar sangat kejam andai Salimah yang mendengarnya sendiri.
Entah bagaimana perasaan Salimah jika tahu kalau apa yang di janjikan oleh sang istri belum tentu bisa mereka berikan sebagai imbalan jasa rahimnya nanti.
"Kalau dia enggak mau gimana?"
"Aku yakin dia setuju asal mas mau kerja sama ma aku meyakinkan Salimah," pintanya penuh harap.
"Mas akan penuhi janji kita bukan hanya sekedar ucapan aja," jawab Jendral pasrah.
Dia akhirnya mengikuti kemauan gila sang istri. Entah akan seperti apa ke depannya, baginya yang paling penting adalah istrinya bahagia.
Paginya, Triya sudah menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Salimah yang baru bisa memejamkan mata selepas Shalat subuh merasa tidak enak dengan tuan rumah yang sudah sibuk di dapur.
"Maafin aku Ya, aku ketiduran abis Subuh tadi," jelas Salimah sambil membantu Triya menyiapkan meja makan.
Triya tersenyum hangat, dia yakin apa yang mereka bicarakan semalam membuat Salimah memikirkannya secara serius.
"Enggak papa, aku yakin kamu lagi banyak pikiran. Yang penting kamu harus jaga diri, jangan terlalu di pikirkan masalahmu, kesehatanmu lebih penting saat ini," jawab Triya ambigu.
Entah apa maksud sahabatnya, tapi Salimah tetap membalas dengan senyuman manisnya.
Setelah acara sarapan selesai, kini sepasang suami istri itu duduk di hadapan Salimah. Mereka ingin mendengar bagaimana jawaban Salimah mengenai tawaran Triya malam tadi.
"Jadi bagaimana Sal?" tanya Triya gugup.
Salimah masih menunduk sambil memilin ujung bajunya. Dia sekilas melirik Rino. Apa pilihannya tepat?
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Kaya nya Triya mau manfaatin Salma, kasihan amat nn org lagi susah di manfaatin. tega juga punya teman😭😭
2023-09-28
0