Entah pikiran dari mana Triya justru berharap sesuatu pada Salimah.
Padahal dia tau kalau kehidupan Salimah sendiri sedang dalam keadaan menyedihkan.
"Sal, maaf, melihatmu aku merasa ada sebuah harapan dalam kehidupanku. Aku yakin cuma kamu yang bisa membantuku," pinta Triya tiba-tiba.
Salimah yang tak mengerti arah pembicaraan Triya hanya bisa mengernyit bingung.
"A-apa yang bisa kubantu Ya?" Tanyanya gugup.
Triya menggenggam kedua tangan Salimah. Dia tau Salimah tak memiliki keluarga lain selain keluarga suaminya.
Dia berharap Salimah mau membantunya maka masalahnya akan selesai, sahabatnya juga akan memiliki kehidupan yang layak, begitu pikirnya.
Tentu saja dia tak akan melupakan jasa sahabatnya kalau Salimah mau membantunya.
Tanpa pemikiran yang panjang, Triya mengambil sebuah keputusan besar. Wanita itu menang tengah mengalami masalah yang cukup pelik dalam rumah tangganya.
Dia tak sepenuhnya berbohong pada Salimah mengenai kepindahan. Bukan hanya alasan kepindah tkepindahan tugas sang suami, melainkan ada masalah lain yang belum dia ceritakan pada Salimah.
Alasan utamanya adalah ketakutan akan ucapan mertuanya yang berencana menghadirkan madu dalam kehidupan rumah tangganya bersama dengan sang suami.
Dia tak mau dan tak akan sudi di madu. Namun di tinggalkan oleh sang suami pun ia tak sanggup.
Oleh sebab itu tanpa berdiskusi dengan sang suami, Triya memiliki sebuah ide tanpa memikirkan perasaan Saimah sama sekali.
"Hadirkan seorang anak untukku," pitanya yakin.
Tangan Salimah yang di genggam oleh Triya di lepaskan begitu saja olehnya.
Salimah merasa permintaan Triya sangat tak masuk akal dan merendahkan dirinya.
Bagaimana bisa sahabatnya itu tanpa perasaan memintanya menghadirkan seorang anak.
Sungguh Salimah merasa ucapan Triya sangat mengada-ada.
Dia memang meminta bantuan pada Triya untuk tinggal satu malam di rumahnya, sebab dia belum mendapatkan rumah kontrakan untuknya tinggal
Namun bukan seperti ini balasan yang di minta oleh sahabatnya. Memintanya mengandung benih laki-laki lain bagi Salimah adalah permintaan yang sangat keterlaluan.
"Sebaiknya aku pergi aja Ya. Aku memang sedang mengalami masalah. Namun aku masihlah seorang istri, bagaimana bisa kamu memintaku mengandung anak suamimu!" ucapnya dingin.
Triya bahkan tak merasa bersalah, dia merasa ini adalah sebuah bisnis yang menguntungkan bagi keduanya.
"Kamu pikirkan lagi Sal. Bukankah mertuamu akan membuat kalian bercerai? Lalu bagaimana kamu melanjutkan hidup kalian? Apa kamu ngga kasihan sama anak kamu?" bujuknya.
"Mungkin ibu mertua aku akan melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Tapi itu belum terjadi Ya, jadi aku minta maaf enggak bisa membantu kamu," tolak Salimah tegas.
Bahu Triya meluruh, harapannya yang sempat membuncah tadi, tiba-tiba menguap begitu saja.
Harapannya Salimah akan menerima permintaannya, musnah sudah. Dia terlalu percaya diri tadi.
"Aku hanya berharap kamu mengandung benih suamiku tanpa berhubungan Sal. Hanya dari rahimmu suamiku bisa memiliki keturunan."
"Dan cuma dari kamu aku percaya kalau tak akan terjadi sesuatu dengan kalian berdua," sambungnya dengan isakan yang terdengar memilukan.
"Carilah rahim lain Ya. Sungguh aku enggak bisa. Aku ngga mau mengkhianati suamiku," jelas Salimah.
"Kamu enggak mengkhianati suamimu Sal. Aku janji akan membantumu menemukan suamimu. Pembuahan di lakukan secara tabung, bukan alamiah layaknya hubungan suami istri," jelas Triya yang kembali merasa bersemangat.
Mendengar janji Triya, batin Salimah bergejolak, dia sadar untuk menemukan suaminya pastilah memerlukan biaya yang cukup besar dan mungkin atas bantuan Triya dan suaminya dia bisa menemukan suaminya yang menurut sang mertua dalam keadaan koma.
Melihat kebimbangan Salimah, Triya kembali gencar melakukan pendekatan, ternyata cara paling ampuh adalah membawa-bawa nama suami sahabatnya.
"Aku janji Sal, aku dan suamiku akan membantumu menemukan suamimu," ucapnya penuh keyakinan.
Salimah memilin ujung bajunya. Dia tengah berpikir, hanya mengandung dengan inseminasi buatan tanpa hubungan badan apa tidak masuk dalam kategori berselingkuh? Batinnya merancu.
Triya kembali menggenggam tangan Salimah. Dia yakin sudah sedikit membuat batin sahabatnya goyah.
Oleh sebab itu dia memilih membiarkan Salimah memikirkan permintaannya saat ini dan tak lagi mendesaknya. Masih ada hari esok, pikirnya.
"Istirahatlah, pikirkan kembali permintaanku, hanya sembilan bulan, setelah itu kamu bisa kembali ke kehidupanmu dan aku akan terus berterima kasih padamu seumur hidup Sal."
Setelah mengatakan permohonannya, Triya meninggalkan Salimah untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Dia sendiri tengah menimang untuk berkata pada sang suami mengenai niatnya.
Dia yakin masalahnya akan selesai kalau Salimah mau mengabulkan permintaannya. Dia berpikir jika permintaannya tidaklah terlalu sulit.
Lagi pula Salimah pasti akan merasa berterima kasih karena anaknya akan di rawat dengan penuh kasih sayang olehnya.
Dia juga tak perlu khawatir harus menikahkan Salimah dengan suaminya.
Di kamar yang berbeda, Salimah justru tengah merasa kalut.
Apa yang harus dia putuskan? Haruskah dia menerima tawaran Triya untuk mengandung anak suami sahabatnya atau menolak dan berusaha mencari keberadaan suaminya meski di rasa sangat sulit?
.
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Elena Sirregar
kalau menurut ajaran Islam cara itu ga boleh. walaupun tak berhubungan badan tapi tak ikatan yg sah. haram di lakukan.
2024-06-12
0
Katherina Ajawaila
cobaan nya berat amat Sal
2023-09-28
0
Widi Widurai
ya laahh tetep aja ga boleh maahh.. walau bayi tabung ttp hrs dr benih suami
2023-06-16
0