Ciiittt...
Suara dari rem motor Varro, karena motornya berhenti mendadak di depan adik kembarnya, Iris Gaulam.
"Ris! Woiii, Urus budeg!"
"Abanggg" teriak, Iris kepada Abangnya.
Ya, meskipun mereka anak-anak Borjuis, tetap saja mereka mengunakan panggilan biasa yang kadang kala membuat kuping anak-anak lain merasa gatal.
"Apaan sih, Ris?" jawab Varro bingung dengan teriakan adiknya, padahal dia yang berteriak memanggil untuk segera naik karena ingin segera pulang.
"Gak apa-apa. Itu, ada anak kucing bang, kayaknya lagi kesakitan," Iris menunjuk seekor anak kucing di balik pohon.
"Eh, iya kasian banget," jawab Varro jadi hello Kitty. Tidak garang seperti tadi.
Miauw... miauw...
Anak kucing itu bersuara.
"E-eh, ututu cini cini umh..." Iris sangat gemas melihat kucing itu, dan menggendongnya.
"Jadi?" tanya Varro bingung.
Di samping Iris, ada Alena yang hanya bisa memperhatikan interaksi mereka berdua. Dia tidak tahu jika Varro adalah kembarannya Iris, dan dia justru mengira mereka berdua adalah sepasang kekasih.
"Jadi, apa?" tanya Iris kebingungan.
"Gak mungkin kita bawa kucing ini ke rumah, Iris!" ketus Varro kesal..
"Bentar, gue titipin dulu," sahut Iris cepat.
"E-eh, bu... bu!"
"Iya nak, ada apa?" tanya ibu-ibu yang sedang lewat dengan membawa kantong belanjaan.
"Saya mau titip kucing ini boleh gak, bu?" tanya Iris memelas.
"Emh..."
"Ayolah, bu..."
Iris mulai memasang wajah imutnya, memperlihatkan pupil eyes-nya yang membuat banyak orang kagum.
"Ya udah deh, tapi nanti kalian ambil lagi kucing ini ya!"
"Oke bu, makasih banyak ya bu. Saya permisi dulu," ucap Iris kegirangan.
"Yuk, Len!"
"A-ku?"
Alena justru bingung karena dia tidak mungkin membonceng Varro juga. Lagipula boncengan motor Varro hanya cukup untuk satu orang saja.
"Itu, ada Abang Axel!"
"Bang!"
Varro hanya diam saja, membiarkan adiknya memanggil Axel yang memang berada tak jauh dari tempat mereka.
Axel hanya melihat sekilas ke arah mereka, kemudian kembali sibuk dengan ketiga temannya yang lain.
"Gak usah, Ris. Aku bisa kok naik ojek atau taksi, nanti." Alena merasa tidak enak dipandang Axel hanya sekilas, kemudian tidak memperdulikan lagi.
Alena juga tidak mengenal siapa mereka, karena tadi Iris hanya mengajaknya menunggu seseorang tanpa memberitahu siapa yang sedang ditunggu oleh teman barunya.
***
Di tempat Axel dan ketiga temannya.
"Anj4i, itu anak baru ga sih?" tanya Evan, tapi pura-pura tidak melihat ke arah Alena yang sedang berbicara dengan Iris.
"Gila, cakep beneerr!" Darren kagum dengan memperbaiki letak kacamatanya.
"Makkk, mantu mu dah ada mak!" teriak Kai dengan menaik-turunkan alisnya genit.
"Cakepan juga gue!"
Evan bercanda kelewatan aneh, tinggal mendapatkan toyoran dari Kai dan Darren di kepalanya. Sedangkan Axel hanya diam memperhatikan layar ponsel tanpa peduli dengan mereka yang sedang bercanda.
Begitulah kira-kira komentar ketiga anggota geng Pandawa yang melihat Alena. Anak baru yang sedang diperbincangkan oleh beberapa siswa-siswi karena pindahan dari Australia.
"Eh, lou gak penasaran, Xel?" tanya Evan pada ketua geng mereka.
"Eh, itu calon mantu mak gue, kan?" ucap Kai cengengesan, ia tidak peduli dengan pelototan dari mereka berdua.
"Hai, aku Alena."
Tiba-tiba Alena datang dan memperkenalkan dirinya. Dia datang bersama dengan Iris dan juga Varro, dan keempat cowok tersebut tidak menyadari kedatangannya tadi.
"Gue Kai, sahabat abangnya Iris."
Kai langsung menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Alena. Tentu saja Alena senang dan menyambut uluran tangan tersebut untuk berkenalan.
Akhirnya semuanya melakukan hal yang sama, yaitu berkenalan dengan Alena.
Sebenarnya ini adalah ide Iris. Dia ingin Alena juga akrab dengan teman-teman abangnya, supaya dia pada teman jika pergi bersama dengan geng abangnya.
"Gue Evan, cowok teruwuw di sekolah SMA Higs Shool. Hehehe..."
"Darren." ucap Darren memperkenalkan dirinya dengan lembut, sambil memperbaiki letak kacamatanya yang sepertinya selalu melorot. Menurutnya saja.
Sekarang semuanya melihat ke arah Axel yang sedari tadi diam dan tidak merespon kedatangan Alena.
Evan menyikut Axel, supaya mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya. "Xel."
"Gue jodoh loe!" ucap Kai dengan alis naik turun, tidak memperhatikan alena yang sedang melihat ke arah Axel.
"Ck! Apa sih?" ketus Axel merasa terganggu.
"Itu," Evan menunjuk ke arah Alena dengan sorot matanya.
"Iya, salam kenal kakak semua. Maaf ya, saya permisi dulu."
Alena tidak enak hati dengan tanggapan salah satu dari mereka yang tidak hangat. Meskipun dia sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan terjadi untuk menjadi anak baru, tapi tetap saja dia merasa tidak nyaman.
***
"Makasih, kak. Kakak sudah anterin aku pulang," ucap Alena saat turun dari motor milik Axel
"Iya," jawab Axel pendek dan tidak peduli.
"Bye!"
Axel tidak peduli dan pergi dari hadapan Alena. Dia terpaksa mengantarkan murid baru tersebut karena hanya dia yang motornya tidak ada yang membonceng, sedangkan Darren tidak langsung pulang karena ada kegiatan lain di sekolah.
Dia juga terpaksa karena rengekan Iris, adik kembarnya Varro yang memang manja dan selalu bisa membuat kakaknya itu memenuhi keinginannya, meskipun mengorbankan orang lain. Termasuk Axel, yang terpaksa mengantarkan Alena kali ini.
Breummm...
Baru saja ia ingin masuk, terdapat mamanya yang tengah berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang.
"Bagus, magrib baru pulang. Dari mana aja kamu?! Balapan lagi sama geng motor gak jelas itu!" Bentak mamanya dengan suara melengking.
'Gue baru aja pulang set4n!' batin Axel geram sambil mengepal tangannya dengan kuat.
Tapi tentu saja dia tidak peduli dan hanya melewati mamanya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.
"Ma, sudah. Axel tuh capek baru pulang, masa kamu udah marah-marah sih. Kasian dia," ujar papanya sok bijak, dengan berusaha menenangkan emosi istrinya.
"Tawuran aja terus di dalam pikirannya itu, pa! Dia tidak pernah memperhatikan nilai-nilai sekolahnya yang jelek."
"Axel!"
"Ma, sudah-sudah. Apa sih, malah melebar ke mana-mana?" papanya Axel ikutan kesal dengan sikap istrinya yang seperti memberikan tekanan pada anaknya.
"Pa, Axel gak bisa berubah sama sekali. Bagaimana caranya nanti jika perusahaan ada di tangannya?"
"Itu masih lama, Ma. Masih ada banyak waktu untuk Axel belajar dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab."
Kini keduanya justru berdebat dan bertengkar karena permasalahan yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan saat ini. Mereka tidak sadar apa yang menjadi penyebab anaknya seperti ini.
"Perusahaan kita masih bisa mama urus dengan baik. Axel masih muda, jadi dia juga perlu menikmati masa mudanya. Biarkan saja, ma." Papanya membela Axel, karena dia memposisikan dirinya seperti anaknya juga di masa lalunya dulu.
"Ck! Gak gitu juga, pa!"
Mamanya Axel tetap kesal sehingga keduanya kini bertengkar.
Di dalam kamar, Axel menutup kedua telinganya.bDia tahu jika pertengkaran mereka berdua yang sedang membicarakannya, hanya sebuah kambing hitam dari permasalahan mereka yang sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Anak baru juga gak perlu sok hangat dan sok ganjen,, Aku lagi suka kalo tipe cewek yg cuek,tegas dan dingin..menurut ku itu lebih keren..
2023-06-28
0
Septi Wijaya
😍😍😍 lanjut banyak-banyak dunk...
2023-05-02
0