Tidak Perlu Takut

SMA Higs Shool gempar dengan kedatangan seorang siswi pindahan dari Australia. Seorang siswi perempuan dengan kulitnya yang putih bersih, rambut sebahu dan dibiarkan tergerai begitu saja. Hanya dirapikan dengan sebuah bandana warna merah yang tampak sederhana, tapi pas untuk ukuran wajahnya yang tidak menguntungkan polesan make up sama sekali seperti siswi-siswi lainnya.

Sederhana tapi tetap modis, dan ini yang membuatnya berbeda dari siswi-siswi lain. Apalagi dia siswi baru yang akhirnya jadi pusat perhatian semua tertuju padanya.

Siswi baru tersebut sedang berjalan melewati lorong-lorong kelas dengan anggun. Pipinya sedikit chubby, menambah kesan cantik, lucu dan imut dari gadis tersebut.

"Cewek..."

Suittt... suittt...

"Cantik banget sih, mau nggak jadi pacar Abang."

"Ehek ehek..."

"Krik krik krik..."

"Huuuuu..."

"Serius duarius, cantik bener oii!"

"Iya, anyir... cantik banget! Eh tunggu, itu bukannya cewek yang kemarin barusan datang?"

"Iya. Mungkin kemarin datang untuk mendaftar dan saat ini sudah mulai masuk."

"Dek a jatuh cinta kepada kecantikan mu, lho!"

"Dih! masih cantik dan pintaran gue kali."

"Ya, cantikan juga gue!"

"Alaaah paling cuma tebal di meka up doang."

Begitulah kira-kira ucapan-ucapan siswa-siswi yang kebetulan melihat keberadaan Alena. Siswi pindahan yang sedang mereka bicarakan.

Ada yang merasa kagum dan ada juga yang iri padanya. Namun gadis tersebut tidak menghiraukan semuanya, sebab tujuannya saat ini ialah ruangan kepala sekolah.

Gadis dengan rambut sebahu yang hanya di hiasi sebuah bandana merah tersebut terus berjalan dan mengabaikan ucapan para siswa-siswi saat melihatnya melangkah dengan santai. Dia juga melihat-lihat pekarangan sekolah SMA Higs Shool yang selalu di bilang Wow oleh sebagian masyarakat, termasuk Alena sendiri yang sekarang ini sudah membuktikannya.

Sangking kagumnya, Alena sampai tidak melihat jalanan dan menabrak seseorang hingga terjatuh.

Bruk

"Aw, sakit."

"Ck, jalan tuh pakai mata!" umpat seseorang sambil berlalu pergi tampa membantu gadis tersebut untuk berdiri

"Dih, mana ada orang jalan pakai mata? Yang ada, dimana-mana orang jalan pakai kaki!" teriak Alena sambil berusaha untuk berdiri.

"Siapa sih tuh orang, songong banget. Nggak pernah belajar kali dia, udah jelas-jelas jalan pakai kaki. Mana ada orang jalan pakai mata."

"Hisss, malah main pergi gitu aja. Bantuin kek!" gerutunya sambil menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor tapi sedikit perih karena tergores lantai.

"Ih, gini amat pertama masuk sekolah di sini." Alena kembali mengeluh tentang keadaannya.

Tanpa membuang banyak waktu, Alena kembali melanjutkan jalannya yang ingin pergi keruangan kepala sekolah.

Setelah hampir sepuluh menit mengitari SMA Higs Shool, akhirnya Alena menemukan ruangan kepala sekolah.

Tok tok tok

"Permisi, pak."

"Ya, masuk."

Seseorang yang ada di dalam ruangan tersebut memintanya untuk masuk.

"Maaf, pak. Saya mengganggu sebentar."

"Kamu Alena, ya?" tanya kepala sekolah menebak.

Alena tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya mengiyakan. "Iya pak, saya Alena."

Alena Wardani, siswi pindahan dari Australia. Tapi tidak ada yang tahu, bagaimana latar belakang keluarga dan kehidupannya secara detail sebagaimana kebanyakan para siswa-siswi yang memiliki biodata lengkap dan cepat diketahui oleh siapapun yang menjadi warga di sekolah SMA Higs Shool ini.

***

Brukk!

''Heh anak baru!'' Seorang siswi menepuk meja dengan keras.

Anak-anak di kelas berpaling melihat tingkah siswi tersebut, yang sepertinya sedang menggunakan jurus untuk mengerjai siswi baru seperti Alena ini.

''Kenalin, gue Clara Eddyln. Cewek paling berkuasa di kelas ini, bahkan satu sekolah. Dan kau sebagai anak baru harus nurut sama perintah ge!'' gertak Clara, yang ditemani oleh dua temannya yang lain di belakangnya.

''Hahaha...''

Bukannya takut, Alena malah tertawa geli mendengar perkataan Clara yang baru saja memperkenalkan dirinya.

Semua orang di buat bingung dengan siswi baru tersebut.

''Beraninya loe ketawa di depan gue!'' Clara geram karena Alena tidak takut dengan ancamannya.

''Diam! Atau ku robek mulut kalian satu persatu! Berisik!'' teriak seorang cowok dari bangkunya.

Semua siswa-siswi di kelas langsung menoleh dan kembali duduk ke tempatnya masing-masing, termasuk Clara dan kedua temannya yang tadi.

'Siapa cowok itu? Tampaknya dia sangat berkuasa hingga semua siswa-siswi takut padanya,' tanya Alena dalam hati.

Kring... kring... kring...

Bel berbunyi tanda berakhirnya jam pelajaran dan sekarang waktunya untuk istirahat. Semua siswa-siswi berhamburan keluar menuju ke kantin di sekolah.

Kelas Alena memang sedang kosong, dan hanya mengerjakan tugas saja. Jadi pada saat dia hampir dikerjai Clara, memang sedang tidak di guru.

''Hey! Gue duduk di sini ya!''

Saat sedang asik-asiknya makan bekal di kelas sendirian, tiba-tiba satu siswi duduk di dekatnya Alena.

''Ehh kenalin, gue Iris. Kamu Alena, kan? Kita harus temenan mulai sekarang," ucap gadis itu ramah.

Iris Gaulam, adik kembarnya Varro Gaulam.

''Kenapa kamu mau temenan sama aku?'' tanya Alena ramah. Dia bahkan tidak mengunakan bahasa "gue loe" untuk menyebutkan dirinya dan Iris.

''Kamu itu berani, lagian aku juga gak punya temen. Aku juga anak baru. Baru dua bulan, dan itu karena aku mengikuti kakakku yang juga sekolah di sini."

''Oo...''

Mulut Alena membola, tapi dia tidak bisa mempercayai orang baru seperti Iris yang tiba-tiba baik padanya. Dia selalu memiliki pemikiran jika akan ada banyak sekali orang-orang yang akan membully dirinya sebagai siswi baru di sekolah ini.

Dari banyaknya berita dan cerita yang dia tahu, SMA Higs Shool ini tidak ramah untuk anak baru atau pindahan seperti dirinya.

Kini Alena dan Iris terlihat sangat canggung dan tidak bisa langsung akrab. Tampak ada jarak diantara keduanya.

''Ehh... tau gak tentang sekolah ini?''

Akhirnya Iris bertanya terlebih dahulu untuk memecah keheningan diantara mereka berdua.

''Ga tau tuh, emangnya apa?'' tanya Alena yang memang tidak tahu apa-apa.

''Jadi di sekolah ini sering ada pembullyan, salah satu geng pem-bully, ya tadi itu, Clara cs." Iris memberitahu pada Alena.

''Mereka? Yang tadi orangnya?" tanya Alena memastikan bahwa semua yang dikatakan oleh Iris benar.

''Pokoknya mereka selalu jalan bertiga dan terlihat mencolok, selain pem-bully mereke bertiga itu sangat over protective pada geng Pandawa Lima. Tim inti dari basket di sekolah ini, dan geng motor yang disegani dari sekolah ini juga."

Iris justru membocorkan banyak informasi yang seharusnya tidak dia katakan pada anak baru seperti Alena. Dia sendiri tidak mendapatkan bully-an, karena pengaruh kakak kembarnya, Varro Gaulam.

''Oh."

Alena tidak memberikan tanggapan yang lebih, dan hanya datar saja. Dia memang tidak mau terlihat lemah, supaya tidak mendapatkan bully-an. Dia sudah sering mendengar tentang cerita seperti ini jika menjadi anak baru. Itulah sebabnya dia berusaha untuk untuk terlihat biasa saja menanggapi segala sesuatu di hari pertama masuk sekolah ini.

''Yeee, malah oh doang tanggapannya. Ehh... bentar ya, gue mau ambil minum dulu."

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

anyar maning... 👏☺

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!