Jangan larang aku!

"Memangnya siapa yang mengejar kamu?" tanya Nora dengan polos.

"Polisi." jawab Denis sembari celingukan memperhatikan keadaan sekitar.

"Kok bisa?" Nora masih saja bertanya.

"Aku ikut balap motor." lagi lagi Denis menjawab dengan pandangan kesana kemari memastikan bahwa dirinya sudah aman.

Nora terkejut mendengar jawaban Denis, dalam hatinya bertanya. "Apa seperti ini pergaulan anak di kota? Bagiamana kalau aku ikut di tangkap polisi karena menyembunyikan buronan?"

"Heh, kenapa diam? Udah jangan takut. Aku udah biasa kayak gini. Kamu nggak bakalan terlibat kok." mendadak ucapan Denis membuat Nora semakin terkejut karena dia bisa membaca isi pikirannya.

Setelah bersembunyi selama tiga puluh menit, Denis berpamitan untuk pulang dan tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Nora.

Keesokkan harinya, bel masuk ke kelas telah berbunyi, semua siswa mulai memadati ruangan yang tadi sempat kosong dan hanya menyisakan Nora di dalamnya.

"Hei cantik...." sapa Denis kepada Nora.

"He-e-ei ju-uu-ga, " jawab Nora gugup.

"Lah, kenapa jawabnya kayak gitu. Biasa aja kali, jangan tegang. Walaupun yaa, memang begitu lah resiko bicara dengan cowok yang keren.. " Dengan begitu percaya diri, Denis memuji dirinya sendiri sambil mengangkat kerah bajunya dengan kedua tangannya.

Nora yang sangat lugu dan belum pernah dekat dengan cowok, tentu saja tersipu malu di buatnya. Dia juga sedikit gagal fokus ketika Denis mengajaknya bercanda karena dia masih kepikiran dengan kejadian kemaren. Dalam hatinya ingin menasehati Denis agar menghentikan kegiatan balap motor yang sering dia lakukan agar tidak berurusan lagi dengan polisi, tetapi dia takut jika ucapannya akan menyinggung Denis.

"Kamu lihat apa sih? Uang kamu jatuh ya?Napa lihatnya ke bawah terus?Ini nih aku ada di sini, nggak kelihatan ya?" tanya Denis merasa heran kenapa Nora menunduk terus sedari tadi.

"Emmm, tii-tidak. Uangku nggak jatuh kok. Aku juga bisa ngelihat kamu." jawab Nora dengan wajah tegang dengan membuka lebar kedua kelopak matanya.

Sontak reaksi dan jawaban dari Nora membuat Denis tertawa geli, "Astaga, kamu ini.... "

ha.. ha.. ha.. Bukan hanya tertawa, tapi Denis sempat mencubit hidung Nora karena gemas dengan kelakuan lugunya.

"Denis..." mendadak Nora memanggil Denis.

"Iya cantik, ada apa?" sahut Denis.

"Soal kemaren, apa kamu tidak takut terulang lagi? Lebih baik kamu berhenti...." ucapan Nora terpotong oleh kalimat Denis.

"Ssttttt... jangan bicarakan itu. Terlebih lagi, jangan melarang aku. Itu duniaku. Aku tidak punya dunia lain selain di sana." ujar Denis seraya menempelkan jari telunjuknya pada bibir Nora. Jawaban dari Denis itu memancing rasa penasaran Nora tentang dunia yang di maksud Denis.

Rupanya ada yang tidak suka melihat kedekatan mereka berdua, dia adalah Sonia yang sudah lama memendam rasa kepada Denis.

"Napa beb? Kamu nggak suka ya lihat mereka dekat?" tanya Tina, sobat Sonia . Meski Sonia sudah berusaha menarik perhatian Denis dengan penampilan yang maksimal, sayangnya Denis tidak pernah menghiraukan dia. Sonia tidak menjawab pertanyaan Tina, dan dia hanya mendengus kesal.

Melihat sahabatnya yang badmood, Tina berusaha menghibur. "Aduh beb, ngapain sih kamu kesal sama mereka? Buang buang tenaga aja! Tuh cewek nggak ada apanya di bandingin sama kamu!"

Sonia mulai menarik sudut bibirnya untuk tersenyum tipis mendengar pujian dari sahabatnya. Tak berselang lama dari percakapan mereka, seorang guru bernama Pak Wahid, datang memasuki kelas dan pelajaran pagi itu telah di mulai. Tidak ada kericuhan di dalam kelas, karena yang sedang mengajar adalah guru killer Fisika.

"Kamu, maju ke depan dan kerjakan soal itu!" titah Pak Wahid kepada Sonia.

"Sa-sa-ya Pak? " jawab Sonia gugup. Tentu saja Sonia gugup karena hampir semua nilai mata pelajaran dia selalu di bawah rata rata.

"Iya, cepat kerjakan di depan!" titah Pak Wahid semakin meninggikan suaranya. Sementara Sonia masih terdiam di bangkunya.

"Kenapa masih diam di situ? Apa kamu tidak bisa mendengar perintah saya?" tanya Pak Wahid sambil menggebrak bangku di depan Sonia karena beliau lihat Sonia masih diam tak bergerak di tempatnya.

"Sa-sa-saya ti-ti-tidak bi-bi-bi-sa Pak, " jawab Sonia terbata bata sambil menundukkan kepala dan memancing kembali amarah gurunya.

Pak Wahid akhirnya melemparkan pertanyaan itu kepada siswa lain yang mampu menjawab, hingga akhirnya hanya Nora lah yang berani mengacungkan jari.

"Siapa nama kamu? Kamu murid baru ya? Cepat maju ke depan!" titah Pak Wahid dengan nada yang begitu dingin.

"Nama saya Nora Pak," jawab Nora sambil menundukkan kepala lalu perlahan berjalan ke depan menuju ke papan tulis.

Hanya butuh waktu lima menit bagi Nora untuk menyelesaikan soal tersebut. Dan hebatnya lagi, jawaban yang di tulis oleh Nora sempurna di mata Pak Wahid.

"Sonia, kamu harus banyak belajar kepada Nora agar otak kamu lebih encer dan tidak hanya di isi dengan lipstik serta minyak wangi!"

Sontak untuk pertama kalinya seluruh siswa di buat tertawa dengan ucapan guru killer tersebut. Sonia sangat geram karena di tertawakan oleh teman temannya gara gara Nora.

Sejak saat itu Nora menjadi anak emas bagi Pak Wahid. Bukan hanya pada mata pelajaran Fisika saja, tapi hampir pada semua mata pelajaran, Nora selalu mendapat nilai yang tinggi. Hal tersebut membuat dia menjadi siswi kesayangan para guru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!