"Del, kau harus sabar. Mereka memang seperti itu, dari dulu tidak pernah berubah. Setelah tamat sekolah, kita pasti tidak akan bertemu dengan mereka lagi. Semoga saja, di tempat selanjutnya, kita tidak bertemu dengan orang-orang seperti mereka." ujar Lila tulus, dia memegang pundak Adel.
Adel mengangguk dan tersenyum, dia beruntung karena mendapatkan teman yabg tulus seperti Lila.
"Ayo, kita keluar." ajak Adel namun langkahnya di hentikan oleh Lila.
"Del, bajumu basah. Apa kau akan pulang ke rumah dengan keadaan seperti ini? Bagaimana jika orang tuamu bertanya?"
"Aku akan mengatakan jika tadi tidak sengaja ke siram air minum."
"Tidak-tidak, terkena air minum tetapi basahnya sangat banyak seperti ini. Sebaiknya, kau berganti pakaian saja di rumahku, aku akan meminjamkan bajuku padamu. Ayo," Lila menarik tangan Adel, dia sadar jika bajunya pasti akan kebesaran jika di pakai Adel, tetapi dirinya hanya ingin menyelamatkan Adel saja.
****
Adel sampai di rumah milik Lila, tempatnya sangat sederhana tetapi penuh kerapian. Lila berjalan ke dapur dan dia keluar dari sana bersama dengan seorang wanita paruh baya.
"Del, perkenalkan, ini Ibuku." ujar Lila kepada Adel.
Adel menjabat tangan Ibu Lila lalu mencium punggung tangan sang Ibu dengan takzim.
"Kok baru sekarang main kesini, nak?"
"Iya, Bu. Kebetulan kami ada tugas kelompok." ucap Lila beralasan.
Ibu mengangguk, dia tidak menyadari jika baju Adel terlihat basah.
"Bu, kami ke kamar dulu, ya?" pamit Lila sebelum sang Ibu memerhatikan baju Adel.
"Ya udah, nanti kalau sudah selesai tugasnya, kalian berdua turun ke bawah, ya? Ibu mau buat pastel,"
Lila mengangguk, Ibunya memanglah pedagang gorengan dan kue lainnya. Bahkan, sang Ibu juga menerima pesanan untuk acara apa pun. Lila selalu membantu Ibunya setelah dia pulang dari sekolah.
Setelah berada di dalam kamar, Lila mengambilkan pakaian yang sedikit kecil agar tidak terlalu besar jika Adel memakainya.
"Del, coba kau pakai iniMungkin saja cocok di badanmu."
Adel menerima pakaian yang Lila berikan lalu dirinya memakai pakaian tersebut di dalam kamar mandi yang ada di kamar Lila. Selesai berganti, Adel keluar dan Lila segera menoleh ke arah pintu kamar mandi.
"Syukurlah, baju dan celananya tidak terlalu besar untukmu."
Adel berjalan ke ranjang dengan membawa baju sekolah kotor miliknya, dia memasukkan ke dalam tas dan kemudian duduk dengan tenang di tepi ranjang.
"Lil, makasih banyak karena kau sudah mau membantuku. Aku sangat senang memiliki teman yang tulus sepertimu."
"Del, aku dulu pernah merasakan hal yang sama seperti yang kau alami saat ini. Sangat menyakitkan dan menyedihkan, maka dari itu aku tidak ingin pilih-pilih dalam berteman. Jika menurutku dia baik, tentu aku juga akan baik padanya."
Adel tersenyum mendengar penuturan dari Lila, meski terbilang sederhana, tapi Adel yakin jika hidup Lila sangat bahagia bersama dengan Ibunya.
"Lil, dimana Ayahmu?"
Lia terdiam, pandangannya menerawang jauh ke depan.
"Dia telah pergi, pergi meninggalkan Ibuku begitu saja."
"Broken home?"
Lila mengangguk.
"Maafkan aku, Lila. Aku tidak tahu jika itu terjadi di dalam keluargamu."
"Tidak masalah, aku sudah terbiasa dengan pertanyaan itu." Lila tersenyum tipis.
Mereka mengobrol ringan dan sesekali tertawa, tak lupa keduanya menonton film Drakor kesukaan mereka. Kebetulan, keduanya suka maraton drakor dan dracin.
******
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments