Menikah karena perjodohan

Menikah karena perjodohan

Bab. 1 Di sekolah

Kring!!!

Bunyi jam weker membangunkan gadis remaja yang saat ini sedang dalam balutan selimut, dia terpaksa membuka selimutnya dan mengambil jam weker itu. Dirinya menggeliatkan badan sebelum beranjak dari ranjang. Perlahan sepasang kelopak matanya terbuka dan dia menguap dengan lebar.

"Hoam! Ternyata sudah pagi, pantas saja alarm ini berbunyi. Padahal sepertinya aku baru saja tidur, gak nyangka rembulan cepat banget berganti dengan matahari,'' ujarnya sambil beranjak dari ranjang.

Dia berjalan ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri, hari ini dia ada ulangan sekolah dan tidak bisa datang terlambat.

Setelah selesai mandi, gadis remaja itu mulai berganti pakaian sekolah. Ya, saat ini dia bersekolah kelas XII menengah atas. Sekolah yang sangat populer di kota S tetapi tidak bagi gadis remaja yang bernama Adelia Mahesa itu. Dia merasa jika sekolah itu biasa aja, bagaimana tidak, dirinya selalu saja di bully oleh teman-teman atau kakak kelasnya.

Ya, Adel adalah gadis yang cantik dan mempesona. Namun, dia selalu menutupi kecantikannya dengan bergaya culun. Terlihat saat ini Adel memakai sesuatu seperti bubuk yang bisa membuat kulitnya menjadi hitam. Setelah selesai melulurkan ke semua bagian badan dan wajah, kini Adel mengikat dua rambutnya. Dia pun memakai kacamata agar penampilan culunnya menjadi sempurna.

"Selesai!" ucap Adel dengan helaan napas pelan.

Adel sudah menyiapkan mental untuk di bully, awalnya hal itu membuat Adel merasa sedih dan risih tetapi seiring berjalannya waktu, dia pun terbiasa. Kedua orang tua Adel cukup mengkhawatirkan keadaan anak mereka tetapi Adel bisa meyakinkan orang tuanya jika dia akan baik-baik saja.

"Selamat pagi," sapa Adel ketika dia sudah berada di meja makan dan melihat kedua orang tuanya yang sedang sarapan.

"Morning, baby! Ayo, Nak. Kita sarapan bersama." jawab Mama Adel— Annelia Mahesa.

Adel duduk di kursi, dia mengambil piring dan kemudian roti tawar lalu tak lupa selai kacang kesukaannya.

"Sayang, mau sampai kapan kamu berpenampilan seperti ini? Seluruh dunia harus tahu jika kamu memiliki wajah yang sangat cantik. Dan kamu bahkan menyembunyikan identitas Papa. Kenapa, Sayang?"

Adel menghentikan kunyahannya. "Adel sengaja, Ma. Adel tidak ingin memiliki teman yang hanya melihat masalah sosial saja, Adel ingin mencari teman yang tulus mau bersahabat dengan Adel."

"Huft, terserah kamu." sahut Anne pasrah.

Selesai sarapan, Adel pun pergi menggunakan taksi online. Dia selalu menolak jika Papa mengantarkannya ke sekolah, Adel takut satu sekolah heran karena dia di antar memakai mobil pribadi. Bahkan, Adel sengaja meminta sang Papa agar mengatakan pada seluruh pengurus sekolah jika dia bukanlah anak orang kaya dan Papa—nya juga bukan donatur di sekolah itu.

Dua puluh menit kemudian.

Sampailah Adel di sekolahnya, dia menatap gerbang yang tinggi menjulang itu. Sebelum masuk ke sekolah, Adel mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia harus siap menjalani hari-hari seperti biasanya.

Adel berjalan terus hingga dia melewati koridor sekolah, para siswa/i disana saling berbisik membicarakan tentang Adel. Terlihat dari kejauhan ada tiga orang siswi yang seusia Adel tersenyum remeh ke arahnya.

Setelah Adel mendekat, salah satu siswi itu sengaja mengulurkan kaki dan akhirnya Adel pun terjatuh.

"Ups, sorry. Gue sengaja!" ketiganya tertawa bersamaan.

Adel diam saja, dia mencoba berdiri tetapi siswi lain mendorong bahunya.

"Lo mau kemana? Sebelum pergi Lo harus membersihkan sepatu kita bertiga seperti biasanya. Paham!" ucap siswi yang berdiri di tengah dan di apit oleh kedua temannya.

Adel hanya bisa pasrah menuruti ucapan kakak kelasnya itu, dia mulai mengibaskan debu yang ada di sepatu ketiganya menggunakan tangan kosong.

"Bagus! Lain kali, Lo harus bawa sapu tangan biar sepatu kita bertiga bersihnya keliatan.''

"Kalau perlu, Lo bawa semir sepatu aja. Biar semakin mengkilap, bisa juga tuh untuk mengkilapkan tubuh dekil Lo." sahut teman di sebelah siswi itu.

Mereka bertiga tertawa puas karena pagi ini sudah berhasil mengerjai Adel.

"Monic!"

Ketiga menoleh dan siswi bernama Monic itu langsung merapikan penampilannya.

"Hai, Sam." sapa Monic dengan tutur kata lembut dan senyum manis.

"Lo apakan Adel? Kalian ini ya, gak ada puas-puasnya ngebully Adel. Apa kalian lupa kalau mem-bully itu di larang keras?" Samuel atau sering di sapa Sam mengingatkan kepada Monic beserta teman-temannya.

Monic melirik Adel dengan kesal.

Tbc

**Assalamualaikum semuanya 🤗

Sebelumnya, Othor mau ucapin Minal Aidin Wal Faidzin 🙏 Kali ini Othor membawa cerita baru tentang percintaan remaja 🤭 Semoga kalian suka ya, jangan lupa dukung novel ini supaya Othor lebih semangat update nya ☺️ Sayang kalian banyak-banyak, terima kasih 😚**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!