Rania mengernyitkan keningnya heran begitu dia keluar kantor dan dia langsung mendapati sosok Adam. Maksutnya tuh apa sih? Jelas gadis itu menggerutu. Apa Adam betulan menunggu dia? Tapi kalau bukan dia juga siapa lagi? Memangnya dia punya kenalan lain selain Rania di sini? Rania memperat pegangan tasnya dan melangkah dengan buru-buru, sedang beberapa orang yang berlalu lalang ikut memperhatikan Adam seakan-akan mereka tersihir dengan pesona laki-laki itu, padahal sih kalau kata Rania Adam biasa-biasa saja tuh! Nggak yang ganteng-ganteng banget, yaa masih wajar lah gantengnya. Orang-orang saja yang berlebihan.
"Lo ngapain ke sini sih?" tanya Rania, dari nadanya sudah sangat tidak enak, ya bukannya gimana-gimana, tapi kalau sampai Baskara juga ke sini harus berkata apa Rania ke pada laki-laki itu?
"Lagian gue juga bisa pulang sendiri, lebay tau nggak?" Lalu sekonyong-konyong Rania malah masuk ke dalam mobil Adam, membuat Adam memiringkan kepalanya sejenak, nyaris seperti anak kecil yang tengah bingung dan mencoba memahami keadaan.
Sebentar,
Adam kira setelah marah-marah Rania akan meninggalkan dia dan mencari taksi untuk pulang, atau paling tidak dia akan naik ojek, tapi diluar dugaan dia malah masuk ke mobil Adam begitu?
"Saya kira kamu bakal naik ojek," kata Adam, yang setelah itu dia menarik gas dan menyempatkan waktu sebentar untuk melirik Rania, tapi yang dia lirik hanya berdecak pelan.
"Ya tadinya gue emang mau naik ojek, tapi ada yang mau gue bicarain sama lo, jadi ya udah gue masuk aja ke mobil lo."
"Soal?"
"Kenapa lo mau-mau aja dijodohin sama gue?"
"Cari pacar sanaa, terus nikah sama pacar lo, jangan ngebuat hidup gue jadi ribet gini deh!"
"Gue udah punya cowok dan nggak mungkin gue malah nikah sama orang lain."
"Gue juga nggak cinta sama lo, kenal aja baru kemarin, ujug-ujug nikah tuh gimana coba maksutnya?"
"Woii! Denger gue ngomong nggak sih?" Rania makin tersulut emosi, sebab dari tadi Adam malam diam saja, tapi begitu dia mengeraskan suaranya laki-laki itu terdengar menghela napas panjang.
"Ya gimana mau ngomong, orang kamu ngomongnya nggak berhenti-berhenti dari tadi." Laki-laki itu menanggapi santai. Dia nggak maksut membela diri kok, dia hanya menunggu jeda, tapi sepertinya Rania masih punya banyak uneg-uneg yang mau dikeluarkan, jadi ya sudah, Adam memilih untuk menunggu sampai gadis itu selesai, tapi ternyata begitu pun Adam salah.
"Pacaran lama-lama buat apa sih? Ngapain juga pacaran sama orang yang nggak bisa ngasih kamu kepastian."
"Kok lo nyebelin ya?" tanya Rania, gadis itu menatap Adam takjub, sedangkan Adam lagi-lagi terkekeh.
"Pacaran lama-lama cuma nambah dosa kamu, lagian kalau nggak jodoh ya emang begitu."
"Dihh, pede banget kalau lo jodoh gue."
"Kamu nggak nanya kita mau kemana?"
Rania diam sesaat, kemudian dia menatap lagi jalanan yang dia lewati dengan Adam, dan dia baru nggeh kalau ini bukan jalan menuju ke rumahnya.
"Lo—mau bawah gue ke mana?" jelas dong dia panik, kalau Adam macam-macam kan bahaya, mau minta tolong ke siapa juga dia.
"Jangan bilang lo mau apa-apain gue?"
"Apa-apain gimana?" tanya yang laki-laki, ambigu tahu nggak pertanyaan Rania tadi.
"Saya mau ajak kamu ke butik langganan almarhum mama."
"Buat?"
"Ya buat pesen baju."
"Baju apaan lagi sih, ah elahhh, gue capek mau pulang aja."
"Ya buat nikah."
Rania baru akan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, tapi urung dan dia langsung melotot saat menoleh ke arah Adam, sedang yang ditatap hanya tersenyum simpul, iya, mereka akan ke butik untuk fitting baju pernikahan, dan ini sudah dibicarakan juga sebenarnya, cuma sepertinya Rania sengaja tidak diberitahu oleh orang tuanya, kasihaan.
°°°
"Dam, bentar deh!" Rania menahan lengan Adam yang sudah akan masuk ke dalam, membuat laki-laki itu menatap pergelangan tangannya yang dipegang oleh Rania, dan sadar akan lirikan Adam, Rania langsung melepaskan tangan Adam.
"Sorry,"
"Lagian lo juga, asal masuk aja."
Kan, jadi Adam lagi yang salah, padahal Adam juga nggak berbuat apa-apa, cuma diam sedari tadi.
"Lo inget kan, waktu gue bilang gue kena pergaulan bebas, itu beneran tau, lo kira gue bohong? Gue juga cewek nggak bener, asli deh, bahkan, gue udah nggak perawan, ck, buruk banget kan? Emang. Jadi lo harus pikirin lagi mateng-mateng, jangan sampai aja lo nyesel karena buru-buru begini."
Rania terkekeh, tapi di sampingnya Adam masih diam, dan di detik berikutnya dia malah melirik Rania dengan lirikan menyebalkan.
"Terus?" dan pertanyaan itu terdengar begitu santai.
"Kok terus sih? Lo nggak denger gue ngomong apa barusan? Gue bukan cewek baik-baik, nggak pantes sama lo, gue juga gonta-ganti cowok, nggak bener pokoknya, gue juga suka clubing sampai pagi, parahhh!"
"Kata pemilik butiknya mereka bakal tutup lebih awal hari ini, jadi sebaiknya kita langsung masuk, nggak enak kalau mereka udah lama nungguin."
'What thee??'
'Adam ****!' Rania membatin dengan kacau, bahkan tangannya terkepal lebih erat dan dia berakhir memekik dengan tertahan.
"Dia tuh bego atau apa coba? Nggak tau lagi gue!"
°°°
Sesekali Adam melirik Rania yang tengah memainkan kuku-kukunya selagi menunggu pemilik butik yang tengah ke dalam untuk mengambil baju, ada beberapa baju yang mereka siapkan untuk Rania dan nantinya Rania memilih satu dari beberapa baju itu. Sebenarnya Adam penasaran apakah Rania benar-benar tidak mengingatnya atau bagaimana? Secara dulu mereka sering bertemu dan bisa dibilang dekat ketika kecil, tapi saat itu sepertinya Rania masih berumur enam tahun, jadi wajar juga kalau dia betulan tidak ingat.
"Apa liat-liat?"
Adam langsung mengalihkan pandangannya, bukan takut, lebih ke malas, padahal dulunya Rania sangat manis, kenapa sekarang jadi segalak ini ya?
"Adam, laperr!" gadis itu memekik di beberapa detik setelahnya, wajahnya melas, sepertinya yang ini dia tidak bohong.
"Kenapa nggak bilang kalau belum makan?" tanya Adam, bahkan di sepanjang jalan tadi mereka melewati banyak sekali rumah makan, kalau pun Rania minta berhenti sejenak sudah pasti Adam turuti.
"Mau saya belikan makanan dulu?"
"Nggak usah deh, lagian cuma sebentar kan, fitting bajunya?"
"Nggak tahu juga." Karena untuk Adam ini juga baru pertama kalinya, jadi dia tidak tahu akan berlangsung lama atau sebentar, dan jawaban Adam barusan membuat Rania berdecak.
"Kalian tuh pada jahat banget ya sama gue, kalian nggak ngasih tahu kalau sekarang fitting baju, padal yang nikah siapa sih?"
"Nggak enak tau diginiin."
"Apa!" Rania menatap nyalang pada Adam ketika laki-laki itu menyodorkan telponya.
"Lo mau gue banting HP lo?"
"Masukin nomer kamu, biar kalau ada apa-apa saya bisa kasih tahu kamu secara langsung."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments