Chapter 02

"Namanya Rania," kata papa yang baru saja menyerahkan beberapa foto ke Adam, di sana ada potret seorang perempuan yang tengah tersenyum dengan anggun, tubuhnya dibalut dengan dress merah sederhana, sedang senyumnya mengembang dan rambutnya yang bergelombang dia biarkan terurai, sedang difoto lain, ada potret yang di ambil secara tidak sengaja, lebih tepatnya seperti candid, di sana ada Adam ketika dia masih begitu kecil, dan seorang anak kecil yang sibuk duduk diatas trampolin, sedang gigi atasnya habis dan terlihat begitu lucu.

"Dulu kalian emang pernah beberapa kali ketemu, papa sama ayahnya Rania ini teman, jadi yaa, nggak jarang kami liburan bersama, dan tentunya dengan kamu dan Rania."

"Dan ini yang mau papa kenalkan ke kamu."

"Kamu nggak keberatan kan, kalau papa menjodohkan kamu dengan dia?"

Adam diam, dia masih sibuk memperhatikan foto Rania, dan itu membuat papa menghela napas pelan.

"Kalau memang kamu sudah mencintai wanita lain, papa nggak masalah kok, Dam, papa nggak akan maksa-maksa kamu."

"Adam nggak lagi dekat sama siapa pun, jadi nggak masalah."

Dan melihat foto tadi membuat Adam mengingat beberapa hal.

"Nanti kalau udah besar, janji yaaa, kakak bakal nikahin aku, terus kita buat rumah yang besaaarrr bangett."

Celotehan itu...

"Ya kak Adam, janji yaaaa sama Raraa!"

Adam tersenyum, Kira-kira saat itu umur Rania berapa sih? Umurnya juga berapa? Bukannya gimana-gimana, tapi kalau dia ingat lagi, dia jadi gemas sendiri, bagaimana seorang anak kecil yang belum genap sepuluh tahun sudah membahas soal pernikahan.

"Besok kita datang ke rumah Rania dan meluruskan soal ini."

"Iya Pa."

°°°

Revan hampir menyemburkan susu yang dia minum ketika dia keluar kamar dan berpapasan dengan Rania, bukannya apa-apa, tapi ada angin dari mana sampai Rania berdandan ala-ala metal begitu?

"Lo—punya masalah hidup apa sih?" tanya laki-laki yang lebih muda, membuat si perempuan menatap rambutnya sekali lagi dan tersenyum lebar ke Revan.

"Kenapa sih? Cantik kali kalau gue begini, apa kurang tebel ya make up gue?"

"Kak Adam udah dibawah nungguin lo, lo gila hah?"

"Lho, ya justru bagus dong kalau dia ngelihat gue begini, ntar kalau gue bagus-bagusin image gue di awal, takutnya dia kaget pas udah nikah, jadi lebih baik dia tahu dan mempertimbangkan lagi niatnya."

Revan menahan lengan Rania ketika gadis itu akan beranjak.

"Lo nggak lagi jadi diri sendiri, lo cuma berusaha ngebuat dia ilfil kan?" Jangan coba membodohi Revan deh, nggak akan mempan, lagian tampilan Rania saat ini bukan gaya dia, sejak kapan coba dia suka metal begini? Wong lagu-lagu di hpnya saja full indie.

"Ganti dulu sana, kasian gue sama papa kalau sampe jantungan gegara penampilan lo."

"Paan sih, lebay lo!"

Rania menepis tangan Revan, membuat Revan mengigit bibir bawahnya dengan sedikit berdecak, memang Rania itu keras kepala, dan seperti dugaan Revan, semua orang yang ada di ruang tamu dibuat melongo dengan penampilan Rania, bahkan papa sampai tersedak dengan kopi yang baru dia minum, mama apalagi, sedangkan Pak Gunawan, dia melongo, mungkin Adam adalah satu-satunya orang yang reaksinya tidak berlebihan, dia hanya menatap Rania dengan pandangan yang biasa saja, tidak kaget, sedangkan Revan, laki-laki itu menepuk pelan jidatnya dari atas sana.

"Eheheh, maklum ya, Om, namanya juga bergaul nya sama anak band, jadi ya gini," kata Rania ketika dia duduk, dan dia menatap Adam dengan senyum lebar, dalam hati gadis itu tersenyum lebih lebar lagi.

'Mampus, ilfil-ilfil dah lu!'

"Anak band tuh pergaulannya bebas banget Om, kayak saya nih misalnya, duhhh, itu kalau malam minggu ya, bisa nggak pulang loh saya."

"Ran," mama coba memanggil gadis itu dengan sedikit berbisik, dan ketika Rania menoleh, Rania tahu bahwa tatapan mama adalah sebuah peringatan, tapi dia tetap gencar dengan aksinya.

"Saya juga hobi mabuk-mabukan gitu, yaa namanya juga masih muda kan, intinya mahh nggak sampe narkoba aja."

"Kamu nih ngomong apa sih, Ran?" tanya papa, yang nyalang menatap Rania karena tidak tahan lagi dengan celotehan gadis itu, kenapa harus mengarang cerita? Bahkan Gunawan sampai meneguk ludahnya berkali-kali, mungkin sekarang ini dia tengah berpikir kalau menjodohkan Rania dengan Adam adalah awal dari kesalahan yang sangat fatal, apa artinya Rania berhasil? Tapi di sebelah Gunawan Adam tidak bereaksi apa-apa, bahkan dengan santainya dia minum, seolah bukan masalah besar kalau dia punya calon istri yang pergaulannya bebas dan hobby mabuk-mabukan.

'Nggak bener nih orang!'

"Saya rasa kamu sudah tahu apa yang membawa saya datang ke sini. Dan setelah saya bicara dengan papa kamu, beliau setuju kalau saya melamar kamu." Di beberapa detik setelahnya Adam berterus terang, dan dia tahu kalau Rania terkejut dengan perkataannya barusan, sebab bukan ini kan yang Rania harap dengan penampilannya tadi?

"Saya mau tanggal pernikahannya dipercepat."

"Heh? Lo gila?"

Sudahlah, mama cuma bisa memejamkan matanya kuat-kuat, malu sekaligus sungkan dengan Pak Gunawan, meski di depannya sana Pak Gunawan malah terkekeh.

"Saya setuju dengan Adam." kata Pak Gunawan.

°°°

"Kenapa kamu masih mau menikahi Rania Dam? Kamu yakin kalau dia orang yang tepat buat kamu? Dan yang tadi itu, apa kamu nggak keberatan?"

Adam yang tengah menyetir menyempatkan diri untuk menoleh ke papa dengan seulas senyum tipis.

"Adam tahu kalau sebenarnya dia bukan orang yang seperti itu, yang tadi cuma upaya dia biar Adam mengira kalau dia adalah gadis yang buruk."

Papa diam beberapa saat, dan dia hanya sibuk memperhatikan Adam dari sisi sana, kalau Adam memang tidak keberatan ya perjodohan ini akan dia lanjutkan, lagi pula papa juga lebih percaya dari apa yang orang tuanya katakan soal Rania dari pada perkataan dari Rania sendiri tadi.

Semuanya memang seperti dibuat-buat.

Sementara di ruangan lain, Rania menghentakkan kakinya berulang kali dengan teramat kesal, apa-apaan sih, dia sudah totalitas begini tapi hasilnya malah seperti itu.

"Nih orang ngebet banget pengen nikah heran! Lagian kan bisa nikah sama orang lain, kenapa mau-mau aja dijodohin sama gue coba? Udah cosplay jadi cewek nggak bener juga tetep aja dia mau. Emang pesona gue nggak bisa ditolak apa gimana sih?"

Rania jadi bingung sendiri dengan Adam. Dan sekarang dia malah kesusahan menghapus make up, mana wajahnya terlihat sedikit seram lagi kalau dandan begini.

"Tapi Ran, lo harus inget, banyak jalan menuju roma." Gadis itu bicara sendiri dengan pantulan dirinya di cermin.

"Kalau cara ini gagal, kan bisa pake cara kedua? Harus sih, harus pake cara kedua."

"Liat aja yaa, gue bakal ngebuat lo berubah pikiran dalam waktu dekat, jadi jangan berpikir kalau gue nyerah gitu aja."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!