Cessi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, wadah kue milik ibu angkatnya. Bersih, tanpa sisa. Bagaikan mimpi disiang bolong. Semuanya tampak, fatamorgana.
"Ini beneran, Bu? Habis ... kuenya?" tanya–nya masih tidak percaya.
"Iya, Neng. Tadi ada pemuda yang lewat pakai mobil dan memborong semuanya, lalu berjanji akan kembali untuk membeli lagi," jelas ibu warung membuat Cessi melogo. Haruskah ia senang, mendengar penuturan wanita tersebut atau merasa kasihan kepada orang yang telah membeli kue ibu angkatnya yang ia rasa tidak enak.
"Neng."
"Ah… iya, Bu! Maksih, ya," jelas Cessi terkejut dan langsung menerima wadah dan uang hasil penjualan kue tersebut, lalu bergegas untuk pulang.
Cessi melajukan motornya, seraya berpikir. Mengira-ngira, siapakah pemuda yang dimaksud oleh ibu pemilik warung yang mau membeli habis kue buatan ibu angkatnya dan berjanji ingin membeli kembali.
"Mungkin, orang itu tengah kerasukan," gumam Cessi yang mengira jika orang tersebut sudah kehilangan kesadaran.
Motor yang Cessi kendaraan, kini telah sampai di rumah. Belum juga, Cessi memarkirkan motor kesayangannya. Dia telah dicerna dengan berbagai pertanyaan dari ibu angkatnya.
"Cessi, bagaimana kue Ibu? Habis, atau banyak sisa? Besok, bantu Ibu beli bahan, ya."
Ingin sekali Cessi menyumpal mulut ibunya itu dengan wadah yang ia pegang, belum tentu juga kuenya laku. Ibunya telah memikirkan untuk membeli bahan, Cessi tidak habis pikir. Dimana-mana orang ingin untung, ini ibunya malah menjadi buntung.
Tanpa, berbicara. Cessi langsung menyerahkan wadah kue kepada Ibu Indri dan berlalu masuk.
Namun, belum juga ia berlalu. Wanita itu mencegah tangannya, lalu bertanya," Duitnya mana?"
Dengan perasaan kesal Cessi menyerahkan sejumlah uang kepada Ibu angkatnya tersebut. Lalu berlalu begitu saja, tanpa mendengarkan ocehan-ocehan dari wanita tersebut.
Cessi segera menuju kamarnya, melepaskan pakaian sekolah yang masih melekat. Lelah hati dan badannya, Kini dia ingin membersihkan diri karena telah sore.
"Semoga saja Masih sempat, " gumam Cessi segera mempercepat gerak tangannya.
***
Malam harinya Cessi telah siap dengan setelan celana jeans dan jaket kesayangannya. Rencananya dia ingin bertemu dengan Amara, sebab mereka telah memiliki janji.
Ketika, Cessi ingin keluar rumah. Bapak Broto menegur putrinya dan bertanya, "Cessi! Kamu mau ke mana?"
Dengan nafas kasar, Cessi menjawab pertanyaan bapaknya tersebut, "Cessi ada janji dengan Amrah, Pak. Tidak lama kok'! Cessi akan segera pulang."
Setelah mengatakan hal tersebut, Cessi berlalu begitu saja tidak menghiraukan ocehan dari sang Bapak yang tidak menyukai jika dirinya keluar malam.
Cessi paham akan kekhawatiran sang bapak, walaupun dirinya hanya seorang anak angkat. Mau bagaimana lagi, Cessi memiliki kerjasama dengan Amara.
Mereka adalah seorang youtuber dan ingin membuat konten, inilah cara untuk mendapatkan uang. Orang tua angkatnya, hanya tahu jika Cessi pergi malam bersama Amara tanpa menjelaskan apapun.
Hal tersebut, membuat kecurigaan dan tanda tanya besar di dalam benak kedua orang tua angkatnya. Namun, jika ia pulang membawa makanan atau uang.
Orang tua angkatnya tidak lagi banyak bertanya dan akan mendukung apapun yang ia lakukan. Hal tersebut telah Ia jalani bertahun-tahun lamanya semenjak, Cessi masuk ke bangku sekolah menengah atas
Tahun ini adalah tahun ketiga, dirinya tidak terasa akan keluar dari rumah tersebut. Keluar dari lingkungan kedua orang tua angkatnya dan ingin menempuh kehidupan yang lebih baik.
Setelah lulus banyak hal yang dia impikan dan ingin dilakukan. Namun ia bingung bagaimana cara melepaskan diri dari orang tua angkatnya.
Bukan Cessi tidak tahu diri atau kacang lupa kulitnya, namun Cessi juga memiliki keinginan dan cita-cita.
Dia ingin memiliki pekerjaan, serta hidup mandiri dan tentu saja lepas dari belenggu orang tua angkatnya.
Hal yang selalu dia inginkan, sebab sudah cukup perasaan sakit dan deritanya selama ini.
Walaupun, Cessi tahu jika kedua orang tua angkatnya sangat menyayanginya.
Akan tetapi, ada masa di mana ia harus melepaskan semua itu. Sama seperti pohon, dia juga ingin terus tumbuh dan berkembang.
Lalu meninggalkan tempat dirinya berasal dan tumbuh di tempat yang baru.
"Mar! Loe udah di tempat biasa? Gue baru berangkat, " ucap Desi lewat sambungan telepon.
"Gue tunggu, nih! Awas loe! Sampai lambat!" balas Amara. Setelah itu, Cessi mematikan sambungan teleponnya dan mulai mengendarai motor.
Menembus jalan malam yang dingin, andaikan saja orang tuanya masih hidup. Dia tidak mungkin seperti ini, Cessi bisa bermanja-manja dan merasakan indahnya masa remaja.
Namun, Tuhan lebih sayang kepada orang tuanya dan memilih mengambil orang yang amat Cessi sayangi.
Hal yang tidak pernah akan Cessi sesali, sebab hidup telah memiliki ketentuannya dan ia hanya mampu menjalani semua itu dengan ikhlas. Serta percaya, jika Tuhan Yang Maha Tahu akan segalanya.
Tidak diperlukan waktu lama motor Cessi telah sampai di tempat biasa dia dan Amara nongkrong. Walaupun, hanya tempat recehan di daerah dekat taman kota. Di sana banyak sekali pemuda dan pemudi
"Mer! Sorry telat," jelas Cessi. Ketika telah sampai di depan Amara.
Gadis itu sedikit kesal, lalu berkacak pinggang dan menyemprot Cessi sahabatnya dengan kata-kata yang nyeleneh.
"Loe, tau 'kan? Ini lapak nggak mungkin jalan! Loe, lambat!" pekik i Amera membuat Cessi cengengesan.
"Sorry … terus kita ingin buat konten apa?" tanya Cessi mengalihkan pembicaraan dan memainkan ponselnya.
Sedangkan Amara memikirkan ide yang terlintas begitu saja di dalam otaknya, "Gimana kalau kita cari cowok-cowok kece! Lalu kita ada frank?"
Cessi memikirkan sesuatu, setiap ide Amrah. Sahabatnya itu pasti berujung pada derita untuknya.
"Gue nggak ikut, yang kayak gituan! Lo aja, gue monitorin," usul Cessi membuat wajah sahabatnya itu menjadi masam.
"loh! Nggak bisa gitu dong! Loe yang harus eksekusi! Gue yang monitorin," minta Amara yang membuat Cessi menggelengkan kepalanya.
"Nggak pa–pa deh ... yang penting bayaran gue? Lebih mahal dari, Loe!" jelas Cessi seraya mengedipkan matanya.
Inilah keseharian mereka ketika malam, seperti kelelawar yang keluar di malam hari untuk mencari makan. Begitulah Cessi dan Amara lakukan, di era yang sebelah digital seperti saat ini. Banyak sekali pekerjaan online yang bisa dilakukan anak remaja seperti mereka, ada yang berdampak positif, dan ada pula yang negatif.
Semuanya tergantung kepada mereka, kemana arah dan tujuan yang harus mereka jalani. Cessi melakukan semua ini, karena himpitan ekonomi. Sedangkan Ameara, hanya untuk sekedar eksis di dunia maya.
Karena kedua orang tua Amara, yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Hingga melupakan dirinya. Hanya Cessi partner yang tepat untuk Amara mengekspresikan diri, setidaknya dia bisa menjadi artis.
Walaupun, hanya lewat dunia maya. Padahal, di dalam hatinya, berharap jika suatu saat nanti bisa mewujudkan cita-cita dan mimpinya tersebut. Menjadi modeling ataupun menjadi artis, yang penting bisa eksis. Itulah motto hidup Amara.
"Lihat, tu' cowok!" pekik Amara kegirangan. Ketika, melihat seorang pemuda tampan yang duduk di kursi taman.
Sedangkan, Cessi mengerutkan dahinya. Seolah mengingat-ingat, siapakah pemuda tersebut.
"Ah ... itu dia! Tidak salah lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments