Bab 5 - Mendekati Nadine

(Flashback)

Seminggu kemudian...

Nadine baru tiba di kantor, sekretarisnya memberikannya sebuket bunga mawar dan sebatang coklat diikat tali pita berwarna merah.

"Dari siapa?" tanyanya.

"Kata kurir yang mengantar dari Tuan Dito." Jawab sekretaris Nadine.

Nadine lantas menyodorkan kembali bunga dan coklat tersebut, "Buat kamu saja!"

"Tapi, Nona..."

"Kalau kamu tidak mau, buang saja!" Nadine melangkah memasuki ruangan.

Nadine menjatuhkan tubuhnya di atas kursi kerjanya, ia mengambil kartu nama yang diberikan oleh Dito kepadanya. Segera ia menekan tombol di ponsel dan menghubungi pria itu.

"Halo, cantik. Aku sudah tebak kalau kamu akan menghubungiku, apa kamu menyukai bunga dan cokelat pemberianku?" tanya Dito dari ujung telepon.

"Aku bisa membeli toko bunganya sekaligus, jadi kamu tak perlu repot mengirimkannya. Satu lagi, aku tidak suka bunga mawar dan aku diet cokelat!"

"Oh, jadi aku salah. Maaf kalau begitu, lain waktu aku akan memberikan sesuatu yang kamu sukai."

"Dengarkan aku, Tuan Dito. Aku tak suka dengan pemberian apapun darimu. Jangan pernah ganggu hidupku!" Nadine menekankan kata-katanya.

"Nadine, suatu hari nanti kamu pasti akan tunduk padaku!" Dito berkata bangga.

"Astaga, kenapa Darwin bisa memiliki teman seaneh dirimu?" tanya Nadine kesal.

"Walaupun aku aneh, tapi ku akan membuatmu nyaman."

"Ciih, aku adalah kekasih sahabatmu. Kamu tega merusak kebahagiaannya?"

"Kalian belum menikah, jadi aku rasa merebut kamu darinya pasti takkan masalah." Dito menjawabnya dengan santai.

"Bagimu tidak masalah, tapi aku ini sebuah masalah yang sangat besar!"

"Nadine Marissa, aku takkan menyerah untuk merebut kamu darinya!"

Nadine yang kesal menutup teleponnya. "Dasar gila!" gerutunya.

Nadine memijit pelipisnya, "Ini tak bisa dibiarkan, pria itu sungguh menyebalkan!" gumamnya.

-

-

Sebelum pulang kerja, Nadine mencoba menghubungi kekasihnya karena dari makan siang Darwin tak membalas pesan darinya.

Dua kali melakukan panggilan tetap saja tak ada jawaban dari Darwin.

"Dia ke mana, sih?" Nadine mulai khawatir.

Nadine mengirimkan pesan kepada kekasihnya, 'Baby, kamu di mana? Apa lagi sibuk?'

Setelah mengirimkan pesan, Nadine pun meninggalkan kantornya menuju kediamannya.

Sesampainya di rumah, lagi-lagi di Dito mengirimkan bunga dan boneka namun kali ini bukan mawar melainkan lily.

Nadine sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah teman kekasihnya itu.

Kedua orang tuanya Nadine sedang ke luar kota, jadi dia dan beberapa pelayan yang berada di rumah.

Nadine menghubungi Mitha, ponsel wanita itu pun tak bisa dihubungi.

"Kenapa Darwin dan Mitha sulit sekali dihubungi?" gerutunya.

Jarum jam menunjukkan pukul 10 malam, Nadine mengendarai mobilnya menuju klub malam. Begitu sampai ia memesan jus jeruk, karena ia tak mau mabuk.

Nadine kembali terkejut melihat Dito duduk di sebelahnya.

"Ternyata kita berjodoh, ya!" celetuknya.

"Siapa pula yang mau berjodoh denganmu," Nadine memandang sinis.

"Nona cantik, berapa kali kita bertemu tanpa sengaja. Bukankah itu namanya jodoh?" Dito tersenyum.

"Ingat, ya. Aku ini calon istrinya Darwin Adra, aku tidak akan tergoda dengan lelaki sepertimu!"

"Kita lihat saja nanti, Nona cantik!" Dito tersenyum menantang.

Dua jam berada di klub malam, Nadine pun pulang. Dito sejam lalu telah lebih dahulu meninggalkan tempat.

Nadine melangkah ke parkiran, ia melihat ban mobilnya kempes. "Sial!" rutuknya.

Nadine mengedarkan pandangan sekelilingnya. "Aku harus minta tolong pada siapa?" gumamnya.

"Apa kamu membutuhkan bantuan, Nona?"

Nadine terperanjat, segera menoleh ke belakang dan mendengus kesal.

"Apa butuh tumpangan?" Dito menawarkan jasa.

"Tidak perlu!" tolaknya dengan wajah ketus.

Dito menatap arlojinya, "Kamu yakin tidak mau ku antar pulang?"

"Ya, pergilah!" usirnya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi!" Dito melangkah ke arah mobilnya dan masuk.

Nadine masih menatap mobilnya dan kelihatan sangat bingung.

Dito menyalakan mesin mobilnya dan membunyikan klakson.

Nadine mengarahkan pandangannya kepada mobil Dito yang lampunya menyala namun belum beranjak pergi.

Nadine akhirnya memutuskan melangkah cepat ke arah mobil Dito.

Dan pria itu tersenyum ketika Nadine berjalan menghampirinya.

Nadine mengetuk kaca jendela penumpang.

Dito menurunkan kaca jendela, "Apa kamu berubah pikiran, Nona?"

"Kalau bukan terpaksa, ku tak mau meminta bantuanmu!" jawabnya.

Dito hanya tersenyum mendengarnya.

Nadine segera masuk.

"Jangan lupa pakai sabuk pengamannya, Nona!"

"Iya!" ketusnya.

"Kenapa dirimu semakin cantik saja, Nona?" tanya Dito.

"Jangan menggodaku, cepat kemudikan mobilmu dan antar aku pulang!" Nadine berkata tanpa menatap.

"Baiklah, cantik!" Dito tampak begitu bahagia.

Mobil perlahan meninggalkan tempat hiburan malam tersebut.

Nadine membuka ponselnya dan kembali menghubungi kekasihnya namun ia hanya mendapatkan kekecewaan.

Dito yang memperhatikan hanya tertawa sinis.

"Ckk...dia ke mana, 'sih?" gerutunya.

"Darwin sulit dihubungi, ya?" Dito menebak.

"Ya."

"Mungkin dia lagi asyik bersama dengan wanita lain," celetuk Dito.

"Tidak mungkin Darwin mengkhianati aku!"

Dito tertawa kecil, "Kamu percaya dengannya?"

"Ya."

"Aku berikan saran kepadamu untuk menjauhi Darwin."

"Aku tidak akan meninggalkan Darwin!"

"Meskipun dia mengkhianati kamu?" Dito sekilas menoleh ke arah Nadine.

"Aku sangat yakin jika Darwin begitu mencintaiku!" Nadine berkata bangga.

"Ternyata kamu telah dibutakan oleh cinta," ujar Dito.

"Bilang saja kamu iri dengan kebahagiaan kami?" Nadine menatap pria yang sedang menyetir itu.

Dito malah tertawa, "Aku iri?"

"Ya."

"Hanya orang bodoh yang iri dengan kalian!"

"Lalu untuk apa kamu datang mengganggu hidupku?" tanya Dito.

"Nona Nadine yang cantik, aku hanya ingin menolong kamu!"

"Aku tidak percaya dengan omong kosongmu!"

"Terserah kamu mau percaya atau tidak," Dito tersenyum semanis mungkin.

Dito sengaja mengendarai mobil dengan kecepatan pelan karena ia ingin berlama-lama bersama Nadine.

"Apa kamu sebenarnya bisa menyetir?"

"Kamu lihat sendiri," jawab Dito.

"Ini sangat lambat sekali, tolonglah dipercepat. Aku sangat mengantuk!"

"Baiklah, aku akan melaju dengan cepat agar kamu segera mimpikan aku!" Dito menambah kecepatan kendaraannya.

"Ternyata tingkat percaya dirimu terlalu tinggi juga!" ujar Nadine.

"Pastinya!"

Akhirnya Nadine tiba di rumahnya setelah 30 menit perjalanan. Sebenarnya dalam keadaan jalanan sepi, pengendara hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit.

Berhubung ia menumpang dengan Dito jadi sangat lama.

"Jangan lupa mimpikan aku, cantik!" Dito menggoda.

"Aku tidak bisa janji!" Nadine menutup pintu mobil secara kasar.

Dito menarik ujung bibirnya, "Nona, suatu hari nanti kamu akan jadi milikku!"

Dito menuju rumahnya begitu sampai ia lalu menghubungi seseorang, "Segera transfer uangnya!"

Dito kemudian menutup ponselnya.

"Malam ini sangat begitu lelah, aku harus segera beristirahat. Agar bisa memikirkan cara lagi untuk menaklukkan hatinya," gumamnya.

Nadine yang selesai membersihkan diri dan telah berganti pakaian menghubungi kembali kekasihnya. Lagi-lagi, ia harus menelan kekecewaan. Darwin tak menjawab panggilan telepon darinya, padahal terlihat di layar ponselnya pria itu sedang aktif.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!