(Flashback)
Hari keberangkatan Darwin ke Australia, Nadine yang sedih ditinggal kekasihnya pergi lantas menghubungi Mitha.
"Halo, Din!"
"Kamu di mana?"
"Aku lagi di luar kota, Din."
"Di luar kota? Tempat siapa?" tanya Nadine.
"Temannya Bibiku minta di temani ke rumah saudaranya, kebetulan aku tahu alamat yang ia cari."
"Oh, begitu."
"Din, sepertinya kamu lagi sedih?"
"Iya, aku lagi sedih. Darwin pergi ke Australia dengan waktu cukup lama. Aku benar-benar kesepian."
"Bukankah kamu bilang kalau Darwin pergi dalam rangka urusan kantor?"
"Iya, tapi aku tidak bisa jauh darinya."
"Ya ampun, Nadine. Kamu belum menikah tapi berlebihan seperti ini!"
"Aku sangat mencintai Darwin, Mitha."
"Iya, aku tahu. Tapi tak perlu berlebihan seperti itu!"
"Kamu kapan pulang? Aku benar-benar kesepian."
"Nanti aku akan kabari kamu. Nadine, sudah dulu'ya. Aku harus berangkat sekarang, sampai jumpa!" Mitha menutup teleponnya.
Nadine menarik nafas dan menghembuskannya, ia kemudian pun melanjutkan pekerjaan kantornya.
-
-
Sore harinya...
Nadine yang sedang suntuk karena pekerjaan kantor dan kekasihnya juga lagi pergi. Memutuskan untuk menikmati secangkir kopi di sebuah kafe seorang diri.
Nadine memesan secangkir kopi susu, ia lalu menyeruput minumannya.
Sejam lalu, ia dan Darwin sempat berkomunikasi lewat panggilan telepon. Namun tak membuatnya menghapus rasa kesedihannya.
Seorang pria yang tidak diharapkannya muncul dihadapannya melemparkan senyumannya.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Nadine ketus.
"Aku di sini ingin minum kopi, kebetulan saja kita bertemu," jawab Dito seraya tersenyum.
Nadine memperhatikan wajah Dito yang sebenarnya cukup tampan bahkan melebihi Darwin.
"Kenapa memandangiku? Jangan bilang kamu menyukaiku!" Dito berkata bangga.
Nadine membuang wajahnya, "Percaya diri sekali!" ketusnya.
Dito tertawa kecil melihat ekspresi wajah wanita yang ada dihadapannya.
"Apa kamu tidak bisa pindah meja? Aku tak mau diganggu."
"Aku ingin di sini menemani kamu!" Dito kembali menampilkan senyumnya.
"Tidak perlu," tolak Nadine.
"Hai, Nona cantik. Jangan menolakku, harusnya kamu beruntung ku mendekatimu."
"Aku sudah punya tunangan dan pria itu sahabatmu, seharusnya kamu tidak menggodaku."
"Cantik, kalian hanya sekedar tunangan. Belum resmi menjadi suami istri," ujar Dito.
"Tapi, kami akan menikah tahun depan!"
"Itu masih lama, lebih baik kamu denganku saja!"
Nadine yang benar-benar merasa risih bangkit dari tempat duduknya kemudian pergi.
Dito yang melihatnya tersenyum.
Di dalam mobil Nadine menghubungi kekasihnya, ia mengadukan semua tentang perlakuan Dito kepadanya.
Bukannya marah, Darwin malah tertawa. Dia mengatakan jika memang seperti sikap temannya itu.
Nadine yang kesal lantas mematikan ponselnya lalu menuju ke sebuah taman.
Ya, dia dan Darwin sering mengunjungi tempat itu. Sebelum bersama kekasihnya, Nadine memang sering ke sana.
Nadine duduk seraya memandang orang-orang yang hilir mudik. Ia membuka botol minuman namun sangat sulit.
Sebuah tangan menarik botol tersebut, membuat Nadine terperangah.
Dito telah duduk di samping Nadine dan membuka tutup botol, "Minumlah!"
"Terima kasih!" Nadine merampas botol dengan wajah tak suka.
"Kamu sering ke sini?" tanya Dito.
Nadine tak menjawab.
"Aku yakin kamu sering ke sini, Darwin selalu menceritakannya."
"Sepertinya kamu dan Darwin begitu akrab!"
"Tentunya, dia selalu bercerita tentangmu. Makanya aku penasaran seperti apa wanita yang sudah mencuri hatinya," Dito lagi-lagi menunjukkan wajah manisnya.
"Sekarang kamu sudah tahu aku seperti apa, maka pergilah! Aku tidak mau diganggu."
"Aku mendekatimu hanya untuk melindungimu," ujar Dito lembut
"Aku bukan anak kecil yang harus dilindungi!" kesalnya.
"Iya, aku tahu. Aku hanya ingin menjaga amanah Darwin," jelas Dito.
"Apa kamu tidak memiliki pekerjaan?" tanya Nadine.
"Aku memiliki pekerjaan."
"Lalu kenapa selalu mengusikku?"
"Karena aku senang jika melihat wajah marah, kesal dan ketusmu."
"Gila!" Nadine beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Dito.
"Pulang!" jawabnya ketus, ia pun bergegas pergi.
***
Keesokan harinya, Nadine yang sedang memeriksa laporan pekerjaan karyawannya tiba-tiba teleponnya berdering.
Nadine mengangkat dan menjawabnya, "Halo!"
"Halo, Nona. Di bawah ada seorang pria yang mencari anda!"
"Siapa namanya?"
"Tuan Dito."
"Usir dia!"
"Tapi, Nona..."
"Saya bilang usir dia!"
"Baiklah, Nona."
Karyawan resepsionis memberitahu kepada Dito bahwa Nadine tak ingin bertemu.
"Saya ini sahabat tunangannya, tolong katakan itu padanya!"
"Saya ingin menjelaskannya, Tuan. Tapi, Nona Nadine tetap ingin anda pergi," jelas karyawan wanita itu.
"Baiklah, aku akan pergi. Kalau boleh saya tahu, Nona Nadine keluar dari kantor jam berapa?"
"Saya kurang tahu, Tuan."
Dito yang kecewa akhirnya pergi dari kantornya Nadine.
-
-
Sore harinya, Dito yang tak pantang menyerah menunggu Nadine di depan pintu kantor.
Begitu wanita itu keluar ia bergegas menghampirinya. "Hai!"
"Kamu!" Nadine terperangah.
"Apa kabar?"
Nadine memutar kedua bola matanya, ia tampak kesal dengan pria yang ada dihadapannya. "Apa kamu tidak bosan mengikuti aku?"
"Tidak."
"Pergilah, aku sangat lelah sekali hari ini!" Nadine melanjutkan melangkah.
"Tunggu!" Dito berjalan cepat mendekati Nadine. "Ini kartu namaku, jika kamu butuh sesuatu bisa menghubungi aku!" lanjutnya.
Nadine meraihnya, "Baiklah!"
Dito menarik ujung bibirnya.
Nadine memasuki mobilnya dan melesat ke rumahnya.
Dito mengikuti wanita itu sampai ke rumahnya, ia melihat kediaman Nadine yang begitu megah dan mewah. "Wow, dia benar-benar putri konglomerat. Sungguh bodoh pria yang menyia-nyiakannya!" gumamnya.
Dito kembali menyalakan mobilnya kemudian berlalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments