(Flashback)
Seorang wanita berusia 26 tahun turun dari mobil mewahnya. Menggunakan gaun pesta malam berwarna merah dan lehernya melingkar kalung berlian dengan harga ratusan juta.
Berjalan anggun dan melemparkan senyuman kepada setiap tamu yang diundang di acara tersebut.
Nadine Malika, putri kedua dari keluarga konglomerat nomor 2 di kota A. Terlahir dari orang tua yang kaya raya, Nadine tak pernah kekurangan. Apapun yang ia minta selalu diberikan. Namun tidak hati seorang pria yang telah membuatnya jatuh cinta.
Darwin Adra, pria berusia 28 tahun. Seorang direktur di perusahaan yang bergerak di bidang frozen food mampu mencuri hati putri dari pengusaha hotel dan transportasi umum.
Malam ini adalah pertunangan keduanya. Nadine sangat bahagia ketika orang tuanya menjodohkan dirinya dengan Darwin. Pria yang telah membuatnya menyingkirkan para pria lain.
Darwin menyambut uluran tangan Nadine ketika wanita itu hendak naik ke atas panggung yang tak terlalu tinggi namun cukup lebar.
Nadine tersenyum begitu manis menatap pria yang ada dihadapannya.
"Malam ini kamu cantik sekali!" bisik Darwin di telinga calon istrinya.
Nadine yang mendengarnya tersipu malu.
"Pertunangan kedua putra putri kami untuk mempererat hubungan bisnis diantara dua perusahaan besar," ucap Malik, pria berusia 55 tahun ayah dari Nadine.
"Dan tentunya karena kedua anak kami ini saling mencintai," lanjutnya.
Kata-kata Malik disambut tepukan tangan dari para tamu yang hadir.
Sejam lebih, acara pun berakhir. Nadine dan Mama-nya lebih dahulu pulang bersama dengan sopir.
Malik dan Perrie ayahnya Darwin sejenak mengobrol di balik panggung. Tak ada orang yang hanya mereka berdua.
"Pertunangan anak kita telah terjadi, jika salah satu diantara mereka berkhianat. Maka yang berkhianat harus membayar sanksi dari kesalahannya sebesar lima milyar. Apa kamu setuju, Malik?" tanya Perrie.
"Aku setuju, putriku tidak mungkin mengkhianati putramu. Apalagi dia sangat mencintai Darwin."
"Dan tak mungkin juga putraku berkhianat. Karena itu hanya akan mempertaruhkan nama baik perusahaan dan keluarga."
Darwin yang hendak memanggil ayahnya mendengar percakapan keduanya, ia pun tersenyum menyeringai.
"Papa."
Malik dan Perrie menoleh.
"Darwin!" Perrie melemparkan senyuman kepada putranya begitu juga calon besannya.
"Mama sudah menunggu di mobil, ayo kita pulang!" ajaknya.
"Duluan, Nak. Papa akan segera menyusul," ujar Perrie.
"Baiklah, Pa." Darwin pun berlalu, ia juga berpamitan kepada ayah dari kekasihnya.
"Malik, sampai jumpa lagi. Semoga pertunangan kedua anak kita berakhir di pelaminan," harap Perrie.
"Semoga," ucap Malik.
Perrie berjalan ke arah mobil yang telah menunggunya di teras hotel.
Di dalam mobil mewahnya, ia lantas bertanya pada putranya, "Apa kamu memang mencintai Nadine?"
"Tentunya, Pa. Kalau tidak mana mau aku dijodohkan dengannya," jawab Darwin.
"Papa kenapa bicara begitu?" tanya Selly, istrinya Perrie.
"Papa tak mau Darwin membuat malu keluarga kita, Ma."
"Tidak mungkin putra kita membuat malu, Pa. Aku yakin Darwin setia dan tulus pada Nadine," ujar Selly.
"Iya, Ma. Papa percaya," ucap Perrie.
-
Dikediaman Malik, hal yang sama juga di tanyakan pria itu kepada putrinya.
"Pa, aku sangat mencintai Darwin. Kenapa Papa mempertanyakan ini lagi, padahal sebelumnya juga pernah bertanya tentang perasaan ku kepadanya."
"Papa hanya tidak ingin rumah tangga kalian berantakan, jadi sebelum semuanya terlanjur makanya bertanya sekali lagi," ujar Malik.
"Apa yang dikatakan Papa kamu benar, kalian 'kan masih tahap pertunangan. Pernikahan kalian juga akan dilaksanakan tahun depan," Rita menimpali.
"Mama, Papa, tenang saja. Kami berdua saling mencintai, pernikahan kami pasti berlanjut."
"Papa berharap kamu tidak mengkhianati Darwin, Nak."
"Iya, Pa. Aku tidak akan mengkhianati Darwin," janjinya.
***
Seminggu kemudian....
Siang ini, Nadine datang ke sebuah kafe. Darwin mengajaknya bertemu, tentunya ia sangat senang hati berjumpa dengan kekasih hatinya itu.
"Hai, Baby!" Nadine memeluk kekasihnya.
"Hai, sayang!" Darwin tersenyum hangat.
Nadine melepaskan pelukannya lalu mengarahkan pandangannya kepada pria yang ada di sebelah kekasihnya, "Siapa dia, Baby?"
"Sayang, ini temanku selama kuliah di Amerika. Namanya Dito," ucap Darwin memperkenalkan.
"Hai!" Dito mengulurkan tangannya.
"Aku Nadine, salam kenal!" Membalas uluran tangan pria yang ada dihadapannya.
"Namanya yang indah sesuai dengan wajahnya," puji Dito.
"Terima kasih," Nadine tersenyum singkat.
"Oh ya, sayang. Dito ini dia sebenarnya seorang wakil direktur utama di perusahaan properti di kota B," jelas Darwin.
"Benarkah?" tanya Nadine menatap pria yang memiliki lesung pipi itu.
"Benar, Nona." Dito tersenyum semanis mungkin.
"Sayang, aku sengaja mengajak kamu bertemu. Ada yang ingin ku katakan juga," ucap Darwin.
"Katakanlah," ujar Nadine.
"Minggu depan aku harus ke Australia selama beberapa minggu, ada urusan pekerjaan. Kamu tidak apa 'kan aku tinggal."
"Tidak, Baby. Jika itu tentang pekerjaan kamu, aku tak mempermasalahkannya. Asal kamu selalu menghubungi aku!"
"Ternyata, orang tuaku tidak salah pilih calon menantu. Kamu begitu sangat perhatian, aku makin cinta denganmu," Darwin mengelus pipi kekasihnya dengan jempol kanannya.
"Eheem..."
"Sorry, sorry, Dito. Aku lupa jika ada kau di sini, maklum kami baru bertunangan dan aku harus pergi untuk urusan pekerjaan," ujar Darwin.
"Tidak apa-apa, Win. Jika kau pergi, aku siap menjaga Nadine," ucap Dito.
"Wah, terima kasih banyak. Kau memang temanku terbaik," puji Darwin.
"Pastinya," ucap Dito.
"Aku bisa jaga diri, tak perlu merepotkannya," ujar Nadine.
"Sayang, aku 'kan jauh dari kamu. Aku tidak mau saja, kamu merasa kesepian. Siapa nanti yang akan menemani kamu berbelanja," ucap Darwin.
"Ada Mitha yang menemaniku, Baby."
"Mitha bukaannya lagi di Singapura?" tanya Darwin.
"Dia berencana akan pulang tiga hari," jawab Nadine.
"Oh, begitu."
"Win, maaf aku duluan, ya." Dito berdiri dari tempat duduknya.
Darwin pun ikutan berdiri, ia berjabat tangan ala lelaki. "Sorry, Bro. Aku dan kekasihku keasyikan mengobrol sampai ku tak memperhatikanmu."
"Tidak apa, Win."
"Lain waktu kita jumpa lagi, ya!" ucap Darwin.
Dito mengangguk, lalu tatapannya tertuju pada Nadine. "Nona cantik, aku pamit dulu. Semoga lain waktu kita bisa bertemu dan mengobrol."
Nadine hanya tersenyum tipis.
"Kalau begitu aku pamit!" Dito pun berlalu.
Nadine memperhatikan punggung Dito perlahan menghilang. Ia lalu berkata kepada kekasihnya, " Baby, sepertinya temanmu itu seorang playboy!"
"Ya, begitulah."
"Kamu tidak cemburu aku digodanya seperti tadi?"
"Sayang, aku tuh percaya dengan dia dan kamu."
"Tapi, kenapa aku jadi takut dengannya?"
"Sayang, Dito itu sebenarnya pria yang baik. Walaupun sikapnya begitu kepada setiap wanita, tapi kamu jangan khawatir dia takkan merebutmu dari aku."
"Aku jadi risih saja, apalagi dia memujiku secara berlebihan," ucap Nadine.
Darwin tertawa kecil.
"Sayang, apa yang dikatakan Dito semua benar. Kamu tuh cantik, setiap pria pasti akan memujimu."
"Tapi, menurutku sangat aneh saja!"
****
Sehari sebelum keberangkatan Darwin ke Australia. Nadine mengunjungi kantor tempat kerja kekasihnya.
Darwin tampak terkejut dengan kedatangan calon kekasihnya itu. "Sayang, kenapa tidak memberitahu aku kalau kamu mau ke sini?"
"Aku sengaja, Baby."
"Untung aja aku ada di kantor, bagaimana jika tidak ada di tempat?"
"Tentunya aku akan menelepon kamu," jawab Nadine manja.
"Kamu ke sini ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu makan siang bersama," jawab Nadine.
"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pergi makan siang!" ajak Darwin.
Keduanya pun pergi ke restoran terdekat. Sesampainya mereka memesan makanan dan minuman.
"Baby, besok jadwal keberangkatan kamu jam berapa?"
"Pagi."
"Bolehkah aku mengantarmu ke bandara?"
"Tidak usah, sayang. Besok aku harus pagi-pagi sekali berangkat dari rumah, jalanan juga sangat macet. Nanti kamu terlambat lagi ke kantor," Darwin beralasan.
"Itu tidak masalah, Baby."
"Sayang, aku tak mau kamu kelelahan di perjalanan dari bandara ke kantor. Aku tidak ingin kamu sakit," jelas Darwin.
"Baby...."
"Sayang, kali ini tolong dengar kata-kata aku. Kita akan berjauhan, ku tak mau mendengarmu sakit," ucap Darwin lembut.
Nadine menghela napas.
"Sayang, jangan cemberut begitu dong. Selama di sana aku janji akan selalu menghubungimu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments