“Ya udah Bu, sekarang istirahat aja ya,” pinta Afgan yang khawatir melihat kondisi ibunya.
Afgan sangat menyayangi ibunya sejak masih kecil sampai sekarang. Berbeda dengan Afika yang begitu cuek pada ibunya.
Bu Nana sangat paham kalau Afgan sangat menyayanginya. Kalau bu Nana sakit sedikit saja, Afgan sangat khawatir.
Bahkan Afgan tidak malu untuk tidur dengan ibunya ketika ibunya sakit. Bahkan dia yang selalu menyuapi ibunya ketika ibunya sakit dan tidak mau makan.
Hal ini yang membuat bu Nana merasa takut kalau nantinya dia menikah tidak akan menyayanginya lagi.
Pemikiran itulah yang selalu hadir dalam pikirannya apalagi Shireen baru dikenalnya.
“Kalau gitu, ibu masuk kamar ya.”
Saat akan melangkah masuk ke kamar, bu Nana menyempatkan diri mendekati Shireen yang sedang duduk di samping suaminya.
“Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini Shireen untuk selamanya. Jadi ibu harap kamu senang tinggal di rumah ini dan bisa beradaptasi di lingkungan tempat tinggal kita ini,” ucap bu Nana ramah.
“Iya Bu, Shireen akan senang tinggal bersama ibu dan mas Afgan di rumah ini.”
“Ya udah, kalau gitu ibu masuk dulu ya,” ucap bu Nana sambil tersenyum mengelus pundak Jihan.
Sengaja bu Nana bersikap ramah dan perhatian pada menantunya di depan Afgan karena bu Nana ingin dipandang baik oleh Afgan walaupun di dalam hatinya sebenarnya dia tidak menyukai Shireen.
Begitu bu Nana masuk ke dalam kamarnya, Afgan langsung mengajak Shireen untuk masuk juga ke kamarnya.
“Ayo Shireen, kita masuk juga.” Afgan langsung menarik tangan Jihan dan membawanya menuju ke kamarnya.
Perasaan takut Shireen semakin menjadi begitu memasuki kamar Afgan. Sebenarnya sejak tadi Shireen sudah merasa takut kalau nantinya Afgan akan membawanya masuk ke dalam kamarnya. Perasaan takut karena malam ini adalah malam pertama bagi mereka. Shireen yang baru saja mengenal Afgan tentu merasa canggung dan sedikit malu.
Sampai di dalam kamar Shireen langsung mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kamar Afgan. Kamar itu lumayan luas dengan penataan perabot begitu rapi. Terdapat sebuah tempat tidur dari bahan kayu jati dengan ukiran jepara. Begitu juga dengan lemari dan tiolet yang ada di samping tempat tidur semuanya dari bahan kayu jati dan ukiran kepara. Semuanya perabotan di kamar Afgan sangat bagus.
Afgan juga menyukai akan keindahan sehingga di setiap sudut kamarnya terdapat bunga dari bahan plastik yang sangat indah. Terdapat bunga yang berwarna putih dan ungu senada dengan horden yang ada di kamar itu. Sengaja pas bunga itu diletakkan bersebelahan dengan tirai horden membuat suasana semakin menarik.
Shireen yang masih berdiri terpaku memandang keindahan kamar Afgan yang akan menjadi kamarnya tiba-tiba dikejutkan oleh suara Afgan.
“Kenapa kok bengong aja Shireen. Apakah kamu tidak ngantuk?” tanya Afgan.
Shireen langsung tersenyum menoleh ke arah suaminya. Terlihat Afgan sedang duduk di sisi tempat sambil memperhatikan istrinya. Melihat pandangan Afgan yang begitu dalam jantung Shireen langsung berdetak kencang. Dia langsung mengambil baju tidur dari kopernya dan hendak menggantinya di kamar mandi. Melihat Shireen membongkar kopernya Afgan yang sudah tidak sabar langsung berkata.
“Bajunya besok aja kamu bereskan, sekarang kamu istirahat aja Shireen. Kamu kan udah capek sejak pagi belum ada istirahat,” ucap Afgan yang sudah tidak sabar menunggu malam pertama.
“Iya Mas, Shireen mau ganti baju dulu ya.” Shireen langsung masuk kamar mandi yang ada di kamar itu.
Sampai di kamar mandi Shireen berusaha memegang dadanya yang berdetak kencang. Perasaannya sangat takut karena akan menghadapi malam pertama bersama Afgan. Shireen yang merasa takut hanya berdiri di balik pintu sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Sedangkan baju tidurnya yang diambil dari kopernya masih di peluk erat. Dia bingung dengan apa yang akan dilakukan karena perasaannya dihinggapi rasa takut yang begitu mendalam.
Sedangkan Afgan yang sejak tadi sudah menunggunya di tempat tidur merasa heran karena tidak terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi tetapi Shireen belum juga keluar. Afgan merasa khawatir dengan Shireen yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi sehingga dia langsung berjalan mendekati pintu kamar mandi dan mengetuk pintu itu.
“Tok, tok... Shireen, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Afgan khawatir.
Mendengar suara suaminya, Shireen langsung gelagapan dan kemudian menjawabnya.
“Nggak Mas, entar lagi aku keluar.” Kemudian Shireen langsung mengganti pakaian yang dipakainya dengan pakaian tidur dari bahan batik stelan celana panjang.
Selesai memakai pakaian tidur Shireen langsung menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Setelah itu dia pun keluar dari kamar mandi. Terlihat Afgan masih duduk di sisi tempat tidur sambil memainkan ponselnya.
Untuk menghindari rasa takut yang berlebihan Shireen langsung pergi ke meja rias untuk membersihkan wajahnya dan memakai bedak malam. Pikirannya sejak tadi tidak tenang untuk menghadapi momen yang paling berkesan yang akan dilaluinya.
Begitu selesai mengolesi wajahnya dengan bedak malam, tiba-tiba Afgan berjalan mendekatinya. Mendengar langkah kaki Afgan detak jantung Shireen semakin kencang bahkan bertambah kencang lagi ketika Afgan memeluknya dari belakang. Dia kemudian menenggelamkan dagunya di bahu kanan Shireen membuat Shireen tidak berkutik. Dari cermin tampak jelas kalau Shireen sangat ketakutan membuat Afgan langsung tersenyum.
“Kenapa kamu takut Shireen?” tanya Afgan.
Shireen yang malu untuk mengakui kalau dia takut hanya menggelengkan kepalanya.
“Kamu takutkan?” tanya Afgan lagi.
Shireen hanya terdiam dengan wajah yang merah padam menahan talut dan malu.
“Mas bisa lihat dari wajah kamu, kalau kamu takut,” ucap Afgan sambil melihat ke cermin.
Saat Shireen melihat ke cermin terlihat Afgan sedang tersenyum perhatikan wajah Shireen dari cermin. Tangan Afgan tetap melingkar di pinggang Shireen membuat Shireen semakin tidak berkutik.
“Kamu jangan takut ya. Sekarang mas sudah resmi jadi suami kamu. Jadi kamu jangan merasa sungkan pada mas.”
“Iya Mas, Shireen tau.”
“Kamu adalah tanggung jawab mas mulai sekarang. Suka duka akan kita lalui bersama. Mas juga berharap kita akan selalu bersama sampai akhir hayat kita hanya ajal yang memisahkan kita,” ucap Afgan.
“Shireen juga mengharapkan seperti itu Mas.”
“Makanya kamu jangan pernah malu atau sungkan pada mas lagi ya.”
Shireen hanya menudukkan kepalanya. Dari cermin, Afgan melihat jelas sikap Shireen yang tampak malu.
Baru sebulan yang lalu Shireen mengenal Afgan. Setelah ketemu sekali Afgan langsung melamarnya. Pada saat acara lamaran, itu pertemuan kedua Shireen dan Afgan. Dan pernikahan di hari ini adalah pertemuan ke tiga untuk mereka berdua. Sengaja Afgan tidak mau menemui Shireen kecuali saat pernikahan tiba. Dan hari ini adalah hari pernikahan yang sudah ditunggu-tunggu Afgan sejak sebulan yang lalu ketika pertama kali mereka saling mengenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments