Mendengar laporan dari pelayan pribadinya kalau Agha belum pulang. Ibundanya Agha bergegas pergi ke kamar pengantinnya Agha. Begitu masuk ke kamar pengantin putranya, wanita yang masih tampak sangat cantik di umur kepala lima itu, berkata, "Agha pergi menemui kekasihnya semalam Aku yang menyuruhnya"
"Saya tidak akan terpengaruh, Ibu. Dia hanyalah kekasih suami saya sedangkan saya adalah istri sah dari suami saya. Jadi, saya tidak akan terpengaruh"
"Kau tidak akan berkata seperti itu kalau Agha membawa masuk kekasihnya ke sini sebagai selirnya"
"Saya tetap tidak akan terpengaruh, Ibu. Kedudukan saya tetap lebih tinggi dari selir"
"Kau! Dasar kau pembawa sial. Wajah kamu udah jelek, penyakitan, dan kamu itu membawa sial bagi Putraku. Kau lihat, kan, Putraku belum pulang sampai sekarang dan itu pasti karena kesialan yang kamu bawa masuk ke sini. Putraku terlambat pulang karena kesialan darimu yang menghambat langkahnya untuk sampai di rumah ini tepat waktu"
"Maaf, Ibu. Putra Ibu belum pulang kenapa Anda kaitkan dengan penyakit di kulit saya?" Kiana berkata tanpa beranjak dari tepi ranjang dan gadis itu masih memakai penutup kepalanya.
"Kau! Kau bukan hanya membawa sial. Kau juga gadis yang kurang ajar ternyata. Kau berani melawan mertua kamu. Dasar gadis menjijikkan!" Duag! Ibunya Agha menendang keras kaki Kiana.
Kiana bergeming dan sontak mengigit bibirnya untuk menahan sakit. Lalu, gadis bertubuh mungil dan ramping itu berkata, "Anda mengatakan saya adalah pembawa sial, tapi saya berterima kasih pada Anda, Ibu, Anda mau mengakui kalau Anda adalah mertua saya" Sahut Kiana dengan nada santai, namun terdengar sopan.
"Kau!" Ibundanya Agha mengepalkan kedua tangan dan berbalik badan dengan cepat meninggalkan Kiana.
Kiana kemudian menghela napas panjang dan bergumam, "Anda tidak akan bisa menindas aku, Ibu mertua. Aku sudah terbiasa ditindas lebih dari ini sejak aku masih kecil"
Beberapa jam kemudian, Agha berhasil sampai di depan gerbang kediamannya dalam kondisi masih sadar
Bora langsung berteriak panik melihat junjungannya pucat dan terus membungkuk memegangi perut.
Bora berhasil memapah junjungannya sampai di depan pintu kamar junjungannya dan Agha langsung berkata ke Bora dengan nada lemah dan balas terengah-engah menahan sakit yang luar biasa, "Kau kejar pria itu, Uhuk! Ah, ini sakit sekali. Dia, ah, ah, ia lari ke arah selatan masuk hutan Hijau! Aku rasa ia akan berada di dalam sana sampai pagi tiba"
"Baik, Tuan" Bora langsung melesat pergi untuk mengejar pria yang sudah lancang melukai junjungannya.
Sementara itu di luar, Bora yang sudah berhasil mengejar sosok berbaju serba hitam yang sudah berani melukai perut junjungannya, tengah menyeret pria lancang itu ke kediaman Caraka.
Setelah berduel dengan sosok berbaju serba hitam itu, Bora berhasil melumpuhkan dua orang berbaju serba hitam itu dan menggelandang kedua orang berpakaian serba hitam itu ke penjara bawah tanah yang ada di kediaman Caraka.
Sedangkan Agha terjatuh tersungkur di depan pintu kamarnya saat ia membuka pintu itu.
Mendengar suara, bruk, yang cukup keras, Kiana mengabaikan adat istiadat. Ia membuka sendiri penutup kepalanya dan mengabaikan rumor di luar sana yang mengatakan kalau penutup kepala yang tidak dibuka oleh suami, maka akan membawa petaka ada pernikahan itu. Pernikahan itu akan mengalami kesialan selamanya.
Kiana memilih segera berlari ke depan daripada memikirkan adat istiadat dan rumor yang tidak jelas itu. Kiana tertegun sejenak saat ia melihat ada seorang pria jatuh telungkup di depan pintu. Gadis yang sudah kembali jatuh setelah semua bisul di wajahnya sembuh, menarik kedua tangan pria itu dan setelah ia berhasil membawa masuk pria itu ke dalam kamar, Kiana bergegas berlari menutup pintu.
Kiana kemudian berjongkok di depan kepala pria yang masih telungkup itu, lalu ia membalik badan pria itu dengan perlahan. Ketika ia melihat wajah pria itu, refleks Kiana melepaskan tubuh pria itu sampai punggung pria itu membentur lantai cukup keras dan membuat pria itu membuka kedua matanya karena kaget.
Kiana refleks bangkit berdiri dan memunggungi pria itu sambil bergumam lirih, "Dia orang yang ingin membunuhku kemarin? Apa dia akan mengenaliku? Apa dia ke sini ingin membunuh aku? Dia namanya juga Agha, kan? Apa dia akan membunuh Jenderal Agha lalu berpura-pura jadi Jenderal Agha karena ia memiliki nama yang sama?"
Agha bangun dengan kesakitan sambil terus menatap punggung wanita dengan pakaian pengantin. Agha bergumam di dalam hatinya, apa dia Istriku? Sambil menggeser pantatnya dengan susah payah sampai ia berhasil menyandarkan punggungnya di tiang penyangga kamar yang terbuat dari kayu jati tua yang sangat kokoh.
Saat pria itu terbatuk-batuk, Kiana tersentak kaget dan refleks memutar badannya. Kiana melotot saat ia melihat perut pria yang duduk selonjor di depannya itu, penuh darah. Seketika Kiana duduk bersila di sisi kanan pria itu dan mengabaikan kemungkinan pria itu mengenalinya dan bisa membunuhnya.
Kiana mencekal ikat pinggang pria itu dan pria itu langsung menahan tangan Kiana sambil bertanya dengan suara lemas, "Kau mau apa?"
"Mau mengobatimu" Kiana menepis tangan pria itu dan berhasil menarik lepas ikat pinggang pria itu. Di saat Kiana hendak membuka baju pria itu, pria itu kembali menahan tangan Kiana dan berkata dengan suara lemas, "Kau seorang perempuan. Kenapa kau agresif sekali?"
Kiana sontak mendelik lalu menyemburkan, "Kau! Siapa yang agresif, hah?! Aku ini seroang tabib dan aku tahu obat-obatan dan aku menguasai akupunktur" Kiana menepis tangan pria itu dan dia membuka baju pria itu.
"Apa kau yakin ingin melihat tubuhku?" Pria itu menatap Kiana dengan sorot mata yang mulai meredup.
"Aku ini seorang tabib. Aku tidak akan melihat tubuh kamu. Aku hanya akan melihat dan mengobati luka kamu" Kiana nekat membuka baju pria itu dan melemparkan baju yang penuh darah ke sembarang arah.
Lalu, gadis itu berlari ke koper yang ia bawa dari rumah Ayahnya yang belum sempat ia bongkar.
Setelah mengambil tas obat dari dalam koper, gadis itu kembali berlari ke pria itu. Lalu, gadis itu duduk bersila dan mulai membersihkan luka itu, menaburkan bubuk obat sambil berkata, "Kau ingin membunuh Jenderal Agha, ya? Apa kau akan mengabaikan aku? Aku sudah mengobatimu dan aku akan biarkan kamu pergi dari sini sebelum Jenderal Agha dan anak buahnya menemukan kamu di sini. Jadi, jangan bunuh aku. Aku memang istrinya Jenderal dingin, arogan, tidak punya hati nurani dan kejam itu. Tapi, aku baru saja menikah dengannya. Jangan bunuh aku, ya? Dan lupakan niat kamu untuk menggantikan posisi Jenderal Agha hanya karena kamu memiliki nama yang sama dengannya"
"Kau kenal dengan Jenderal Agha sebaik itu, ya? Memangnya sudah berapa lama kalian berpacaran sebelum kalian menikah? Dan kenapa kau tahu kalau namaku Agha tapi kau tidak tahu kalau aku adalah........."
"Sttttt! Jangan ceriwis dan cepat pergi!" Kiana mendelik ke pria tampan itu.
Agha menyeringai kesal ke Kiana karena gadis itu dengan seenaknya mengatai dia yang jelek-jelek. Lalu, Agha kembali bertanya, "Kenapa kau bisa menilai Jenderal Agha seperti itu? Kau kenal dia tidak?"
"Hehehehehe, Rahasia. Lagian kita tidak saling kenal kenapa aku harus katakan kisah asmaraku dengan Jenderal Agha ke kamu"
Cih! Kisah Asmara apa? Batin Agha kesal.
Kiana memeriksa kulit di sekitar luka dengan perlahan.
"Aku sepertinya pernah melihatmu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Agha berucap sembari sesekali mendesis menahan sakit.
Kiana refleks menegakkan badannya dan berteriak, "Tidak!"
Agha terkejut mendengar teriakan Kiana.
Kiana langsung meringis di depan pria itu dan langsung menunduk untuk membalut luka di perut pria itu sambil berkata, "Hehehehehe. Aku berteriak dan kamu kaget, ya, hehehehe. Maaf kalau aku berteriak. Aku tadi sontak berteriak karena aku kira perban antiseptik punyaku habis. Ternyata masih, hehehehe"
Agha menatap Kiana dengan wajah penuh tanda tanya. Lalu, pria itu melotot ke Kiana, "Kenapa kau terus melihat tubuhku? Air liur kamu hampir tumpah, tuh"
Kiana refleks mengusap bibirnya dan mendelik ke pria itu saat ia tidak menemukan ada air liur di bibirnya.
Agha masih menatap Kiana dengan wajah datar dan dingin padahal di dalam hatinya dia ngakak habis melihat tingkah polosnya Kiana, lalu pria itu berkata dengan nada tegas, "Bantu aku pakai baju lagi! Risih aku melihat gadis kurus kerempeng dan jelek kayak kamu melihat tubuhku yang sangat bagus dan berharga ini"
Kiana membantu pria itu memakai baju sambil bergumam lirih, "Tubuh bagus dan berharga apa? Tubuh penuh luka, kok, dibilang bagus. Pede sekali Anda"
"Apa yang kau gumamkan?" Agha mendelik ke Kiana.
Kiana sontak memamerkan deretan gigi putihnya dan menggeleng-gelengkan kepala.
Agha menunduk dan sambil merapikan bajunya ia berkata dengan nada yang masih lemas, "Terima kasih. Kau sudah hentikan pendarahannya dan mengurangi rasa sakitnya. Ternyata kau memang seorang tabib"
"Aku memang tabib. Sekarang minumlah obat ini! Ini untuk menghentikan efek racun agar tidak menyebar ke jantung"
Agha menelan pil berwarna hitam, lalu bertanya, "Racun? Racun apa?"
"Pisau yang menusuk perut kamu itu beracun. Orang yang menusuk kamu kejam banget. Aku sudah menahan penyebaran racun dengan pil yang kamu telan tadi. Setelah kamu sampai di rumah kamu, kamu harus segera menemui tabib. Pil itu hanya bisa menahan penyebaran racun di dalam tubuh kamu selama tiga jam saja. Ayo, aku bantu kamu berjalan sampai di gerbang belakang! Aku tidak akan bilang ke Suamiku atau ke siapa pun kalau kamu ke sini dan kita harus bergegas pergi ke gerbang belakang sebelum Jenderal Agha dan anak buahnya menangkap kamu"
Agha bangkit berdiri dengan bantuan gadis kurus, pendek, namun berwajah putih bersih dan sangat cantik itu sambil bertanya, "Apa kamu akan pergi dengan pria asing ini dan meninggalkan Suami kamu? Berani benar kamu! Kamu mau meninggalkan suami kamu demi pria yang belum kamu kenal ini, hah?!"
"Hei! Kau bukan suamiku kenapa marah? Lagian aku hanya akan mengantarmu ke gerbang belakang setelah itu aku akan masuk kembali ke kamar ini. Siapa yang akan pergi denganmu?!" Kiana berucap sembari mendelik dan memapah pria itu untuk keluar dari dalam kamar pengantinnya.
Pria itu kemudian menahan langkahnya dan berkata, "Siapa yang ingin pergi di malam pengantinnya? Kau Istri yang baik, kan? Harusnya kau rebahkan aku di ranjang dan tidak memapahku keluar dari kamarku"
Kiana menoleh kaget ke pria yang ia papah dan bertanya, "Kau.......kau........emm, maaf, An.......Anda, adalah Jenderal Agha? Pangeran ketujuh, keponakannya Kaisar, dan An.......Anda adalah Su.......suamiku, eh, maaf, Su........suami saya?"
Agha mengangguk lemah dan kepalanya jatuh di atas pundak Kiana. Agha pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
jangan pingsan dulu Napa jendral 🤦
2024-07-24
0
Ratna Susanti
top markotop semua karya kamu Thor 🥰
2024-02-17
0
Naa.
kiana kiana /Facepalm/
2023-11-26
0