Kiana menggedikkan pundaknya berulangkali sambil bergumam lirih, "Hei! Kenapa malah pingsan! Bangun!"
Namun, pria yang mengaku bernama Agha itu bergeming.
Kiana sontak mendengus kesal dan memapah pria tinggi besar itu ke ranjang sambil ngedumel, "Kamu nggak nyadar kalau kamu berat banget, hah?! Kamu juga nggak nyadar kalau Istri kamu ini berbadan kecil"
"Fiuuuhhh!" Kiana mengusap keringat di keningnya setelah ia berhasil merebahkan suaminya di atas ranjang. Lalu, gadis bertubuh kurus dengan tinggi badan 160 cm dan berat badan 45kg itu, berlari ke kopernya, menarik kopernya ke ruang ganti baju dan bergegas berganti baju. Dia melupakan semua tata cara dan adat istiadat suami istri. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah menyelamatkan nyawa suaminya.
Kiana kemudian berlari keluar kamar dan dia hampir saja menabrak seorang pria yang berwajah dingin dan kaku sama seperti suaminya. Pria itu berpakaian serba hitam dan gagah seperti suaminya. Pria itu menatap dirinya dan bertanya, "Apakah Anda Nyonya Jenderal?"
"Iya"
"Tapi, kenapa wajah Anda sama persis dengan.........ah, lupakan saja Nyonya. Emm, di mana Jenderal?"
"Dia pingsan di kamarnya. Aku sudah memberikan pertolongan pertama dan aku akan ke dapur untuk membuat obat untuk membuang racun yang ada di dalam tubuhnya"
"Racun?"
"Iya. Pisau yang dipakai untuk menusuk perutnya, pisau beracun"
"Astaga! Lalu, apakah Jenderal......."
"Dia masih bisa selamat. Aku akan segera pergi ke dapur"
"Mari saya antarkan, Nyonya" Bora menutup pintu kamar tuan besarnya, meminta anak buahnya untuk berjaga di depan kamar tuannya, lalu ia mengantarkan Istri tuan besarnya ke dapur sekaligus untuk mengawasi gadis itu. Bora selalu mencurigai siapa saja yang baru ia temui meskipun itu adalah istri tuan besarnya.
"Tolong Anda tulis dulu semua ramuannya di atas kertas sebelum Anda membuat obatnya, Nyonya"
"Baiklah. Aku tahu kau tidak percaya padaku. Kau mengantarku ke sini karena kau ingin mengawasi aku, kan. Kau tidak percaya padaku karena kita baru pertama kali bertemu" Sahut Kiana sambil menulis semua ramuan obat yang akan ia masak.
"Maafkan saya, Nyonya" Sahut Bora sambil membungkukkan badannya.
"Nggak papa. Aku paham, kok. Siapa nama kamu?" Sahut Kiana.
"Nama saya, Bora, Nyonya. Saya adalah pengawal pribadinya Jenderal Agha"
"Oh" Sahut Kiana singkat sambil memasak bahan obat untuk suaminya.
Beberapa jam kemudian, Kiana membawa nampan ke kamar pengantinnya dengan sedikit berlari setelah ia mencicipinya dan membuktikan ke pria yang bernama Bora bahwa obat yang ia buat tidak beracun. Dan saat Kiana masuk ke dalam kamar, Bora langsung berbalik badan dan berlari membawa kertas berisi tulisannya Kiana ke tabib kepercayaannya Agha.
Tabib kepercayaannya Agha sontak menatap Bora dengan pandangan terkejut, "Kau dapat resep obat ini darimana?"
"Apakah resepnya berbahaya"
Tabib kepercayaannya Agha Caraka, menepuk bahu Bora sambil berkata, "Resep ini sangat bagus. Kau bertemu tabib sepintar ini di mana? Aku mau berkenalan dengannya"
"Tabib ini istrinya Jenderal Agha. Kalau Anda ingin berkenalan dengannya, Anda harus minta ijin dulu sama Jenderal Agha"
Tabib yang bernama Gunadi itu tersenyum lebar dan berkata, "Oke, besok aku akan memeriksa Jenderal Agha sekalian berkenalan dengan istrinya yang sangat cerdas ini orang cerdas pasti juga sangatlah cantik"
"Iya, Anda benar Tabib. Istri Jenderal sangat cantik"
"Hahahahaha. Baiklah aku akan ke kediaman Caraka besok dengan penuh semangat" Sahut Tabib Gunadi.
"Kenapa Anda tidak memeriksa Jenderal sekarang?"
"Karena Jenderal Agha sudah dirawat oleh tabib yang cerdas. Kondisinya aman. Lagipula ini adalah malam pengantinnya, kan, masak kita mau mengganggu kebersamaan suami istri? Apalagi kau bilang kalau istrinya sangat cantik, maka aku yakin Jenderal Agha tidak akan menyia-nyiakan malam pengantinnya, hahahahahaha"
Bora yang masih jomblo dan belum paham apa itu malam pengantin hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya.
Bora lalu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ah, iya, Anda benar"
Bora Kemudian pergi meninggalkan kediaman tabib Gunadi dan kembali ke kediaman Caraka untuk berjaga di sekitar kamar tuan besarnya.
Saya ikut bersyukur untuk Anda, Jenderal karena Anda dijodohkan dengan seorang wanita yang sangat cantik dan wanita itu ternyata sangat pandai di bidang pengobatan. Semoga pernikahan Anda langgeng dan Anda bahagia selamanya. Cepat dapat momongan juga. Batin Bora dengan senyum bahagia sambil berpatroli di sekitar kamar tuannya.
"Tapi, kenapa wajah Nyonya sangat mirip dengan wanita yang hidup bersama dengan pria yang sudah menusuk perut Jenderal? Apa mereka kembar? Tapi, kabarnya Nyonya tidak memiliki saudara kembar? Ah, besok aku juga akan tahu jawabannya. Besok Jenderal akan menginterogasi wanita dan pria yang sudah berhasil aku tangkap dan aku kurung di penjara bawah tanah" Gumam Bora.
Sementara itu, di dalam kamar, Kiana tengah menggerutu. Dia belum berhasil memasukkan obat ke dalam mulut suaminya. Akhirnya dengan sangat terpaksa demi menyelamatkan nyawa suaminya, ia memasukkan obat ke mulut suaminya dengan menggunakan mulutnya. Dan cara Kiana berhasil. Di suapan terakhir, saat Kiana menempelkan bibirnya di bibir suaminya, suaminya membuka mata dan langsung mendorong kedua bahu Kiana sambil berteriak, "Apa yang mau kau lakukan?"
Kiana kaget dan refleks menelan obat yang ada di dalam mulutnya. Kiana langsung melotot lalu berkata dengan wajah kesal, "Kenapa Anda mengagetkan saya? Obatnya ketelan" Kiana menunjuk lehernya.
Agha sontak bangun dan bersandar ke ranjang sambil bertanya dengan wajah panik, "Kau! Kau masukkan obat ke mulutku lewat mulut kamu?"
Kiana mengangguk santai sambil mengusap bibirnya dengan punggung tangan.
"Hah?!" Agha sontak berteriak kaget dan langsung mengusap bibirnya dengan kedua punggung tangannya secara bergantian dengan wajah panik. "Kau! Kurang ajar sekali kau! Kau berani mencuri ciuman, hah?!"
Saat mendengar teriakan Jenderal mereka, anak buahnya Agha hendak masuk ke kamar Agha dan Bora langsung menahan mereka dengan berkata, "Ssstttt! Yang Mulia dan Istrinya sedang bermesraan. Jangan ganggu mereka!" Maka anak buahnya Agha kembali mundur ke tempat mereka masing-masing.
Kiana mendelik kesal lalu menyemburkan, "Kau pingsan. Kau tidak bisa membuka mulut. Jadi, aku terpaksa menyuapi kamu dengan mulutku. Aku sudah sudah payah memasak obat. Sayang, kan, kalau dibuang. Lagian obatku sangat bagus untuk menghilangkan racun di tubuh buah kamu"
"Kau! Karena kau sudah lancang menciumku, tampar wajah kamu sendiri, cepat!" Agha melotot ke Kiana.
"Hah?!"Kiana menunjuk wajahnya.
"Cepat lakukan!"
Saat Kiana hendak menampar wajahnya sendiri, Agha menahan pergelangan tangan Kiana dan berteriak, "Lupakan saja! Lupakan kalau kamu pernah menciumku!"Lalu Agha menghempaskan pergelangan tangan Kiana dengan kasar.
"Siapa yang mencium Anda? Saya hanya membantu Anda minum obat"
Agha melotot dan berteriak kesal, "Aku bilang lupakan, ya, lupakan!"
"Iya, baiklah, Yang Mulia. Gimana sekarang? Udah enakan, kan, badan Anda?" Kiana tersenyum lebar ke Agha.
Agha langsung terdiam dan menggerakkan pelan kedua bahunya untuk merasakan kondisi badannya sambil terus menatap Istrinya dengan wajah dingin dan istri hadiah dari Kaisar itu tersenyum lebar di depannya.
Alih-alih menjawab pertanyannya istrinya, Agha mendorong sisi kiri paha Kiana dengan kedua kakinya agar wanita itu menjauh darinya.
Kiana sontak bangkit berdiri, berkacak pinggang dan melotot ke suaminya, "Kau........."
"Apa! Kau berani melotot padaku? Kau bahkan berani bicara nggak sopan padaku, hah?!" Agha balik melotot ke Kiana.
Kiana sontak menunduk dan menggelengkan kepalanya.
Iya aku berani melotot padamu karena kau pria brengsek yang sudah aku tolong, tapi tidak berterima kasih padaku malah kau mendorongku dan hampir membuatku jatuh dari tepi ranjang, cih! Batin Kiana kesal.
"Kau tidur di bangku itu!" Agha menunjuk bangku panjang yang ada di seberang ranjangnya tanpa menolah ke bangku itu.
Kiana mendongak kaget dan Agha langsung menyemburkan, "Apa! Mau protes, hah?! Kalau kau protes, kau tidur saja di luar!"
Kiana menunduk dan menggelengkan kepala lagi.
Kalau tahu kamu benar-benar pria brengsek yang dingin dan kejam, lebih baik aku biarkan saja kamu tergeletak di depan pintu kamar tadi. Batin Kiana.
"Nih! Bantal untuk kamu dan tidur di bangku itu" Agha melemparkan bantal dan tepat mengenai kepala Kiana.
Kiana menangkap bantal itu dengan gelagapan, lalu mendekap bantal itu dan berjalan ke bangku panjang yang terbuat dari bambu dengan bibir monyong-monyong ngedumel kesal.
Agha kemudian merosot pelan saat ia melihat istrinya telah merebahkan diri di atas bangku panjang yang ada di seberang ranjangnya. Kiana berbaring dan langsung memunggungi Agha.
Agha meletakkan kepalanya dengan pelan di atas bantal, lalu pria tampan dan gagah itu kembali memejamkan kedua matanya.
Di dalam hatinya Agha berkata, dia ternyata sangat pandai dalam hal pengobatan. Lalu, dia juga sangat berani. Tubuh kurus dan kecilnya tidak menjadikan dia seorang pengecut. Dia juga baik hati, menolong orang asing tanpa ragu, dan dia..........cantik.
Sementara itu Kiana yang belum bisa tidur, berkata di dalam hatinya, dia ternyata benar-benar kejam, dingin, dan tidak punya hati nurani. Bagaimana kalau besok pagi dia ingat sama aku? Apa dia mencekik aku? Ah, tidak dia pasti akan menusuk dadaku dengan pedang lalu memotong-motong diriku. Ah, tidak! Apa aku pergi melarikan diri sekarang aja, ya? Bodo amat dengan pernikahan perjodohan Kaisar ini kalau besok pagi aku mati, maka pernikahan ini juga sia-sia, kan. Benar! Aku harus melarikan diri sekarang aja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 264 Episodes
Comments
Yaser Levi
bahasa tdk baku..sprti baca novel pria ceo..biasanya klu cerita kerajaan. bahasa nya indonesia (baku)..agak lain ini novelnya
2024-02-29
4
Sena judifa
muara cinta kita hadir thor
2023-09-24
3
auliasiamatir
hah.. gak henti hentinya terkagum kagum 😄
2023-09-05
0