Acara pernikahan yang terbilang sederhana. Diadakan di depan rumah nenek buyut Susan, mengingat yang menikah adalah sepupu dari sepupu yang bertetangga dengan pak denya Susan. Dapat dikatakan sebagai saudara yang cukup jauh, hampir tidak memiliki hubungan darah.
Seribu undangan disebar, tentu saja menggunakan jadwal resepsi dari pagi. Dengan waktu dalam undangan yang berbeda-beda. Acara yang cukup matang, walaupun ini pernikahan seorang janda beranak satu.
Tia itulah namanya, setidaknya menurut penuturan Susan yang tengah konsentrasi melajukan motornya. Susan juga sebenarnya tidak mengenal saudara jauhnya itu, namun karena yang disebar seribu undangan. Tentu saja dirinya pasti juga mendapatkan undangan.
Tapi seribu undangan? Kala motor mereka terhenti, beberapa karyawan bagian produksi juga terlihat. Seperti yang sudah diduga oleh Zizy. Kedua mempelai kelihatannya bukan orang yang berada, namun menyebarkan 1000 undangan? Sudah pasti hampir penjuru kabupaten datang. Dua orang miskin yang tidak waras, begitulah yang ada dalam fikirannya.
Tenda biru terlihat, diiringi dengan musik. Diatas pelaminan kedua pengantin terlihat. Tapi mata Zizy hanya fokus pada makanan gratis. Pada akhirnya tanpa menunggu aba-aba dari Susan, dirinya mengambil makanan prasmanan. Ikut mengantri sambil menelan ludahnya.
Ada sedikit rasa kecewa, makanan resepsi kali ini benar-benar low qulity. Bagaimana tidak? Seperti makanan rumahan, ikan asin, cah kangkung, mie goreng, telur, tahu dan sambal. Tapi namanya juga gratis, asal perut kenyang.
Hingga seorang anak kecil berusia 13 tahun menariknya tiba-tiba."Tante ada apa kemari!? Mau merusak pernikahan ayahku ya?" bentak Kasandra, anak pertama Wijaya.
"Per... pernikahan ayahmu?" tanya Zizy, pada akhirnya memakai kacamatanya, menoleh ke arah pelaminan. Dan benar saja raja dan ratu sehari adalah Wijaya dan wanita bernama Tia.
"Iya! Tante ini tidak tau malu! Sudah morotin uang ayah! Sok baik! Gara-gara tante pinjam uang ayah terus, aku sampai putus sekolah! Sekolah memang gratis! Tapi apa tante fikir sekolah tidak perlu membeli seragam dan buku tulis," suara bentakan Kasandra menggelegar, membuat perhatian semua orang beralih padanya.
Termasuk Wijaya dan Tia yang mulai menyadari kedatangan calon tulang punggung keluarga mereka. Wijaya melangkah cepat turun dari pelaminan.
Sementara Zizy terdiam matanya kini berembun, mengangkat sedikit kacamatanya kemudian menyeka air mata yang sulit untuk di tahan. Dua tahun, selama dua tahun dirinya berusaha menerima Wijaya. Satu-satunya orang yang menyatakan perasaan padanya. Tapi ini balasan kecoa mati itu.
Berusaha merebut hati kedua putri sambungnya. Menitipkan uang 3 juta perbulan untuk kedua calon anak tirinya yang manis. Jika di total-total dirinya sudah rugi 72 juta selama dua tahun. Belum termasuk jajanan yang sering dibawakannya. Tapi remaja ini berani memakinya di depan umum? Bahkan ayah anak ini menikah dengan wanita lain.
"Kasandra hentikan!" perintah Wijaya turun dari pelaminan.
"Ayah dan bunda Tia sudah bahagia! Tidak sebaiknya wanita jelek benalu sepertinya ada disini!" teriak Kasandra murka. Sedangkan Wijaya terlihat salah tingkah, menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
Mengapa dapat seperti ini? Tentu saja untuk memperlancar pernikahannya. Mengambil hati anak-anak, tanpa harus mengeluarkan uang. Uang yang selama ini dititipkan Zizy dipergunakan untuk perawatan Tia, sedangkan gajinya sebagai ojek online, hanya sebagian kecil untuk kedua putrinya. Ditabungnya untuk menikah dengan Tia, mengatakan pada kedua putrinya, Tante Zizy yang sering meminta uang padanya.
Sehingga dimata kedua anaknya Tia adalah malaikat, sedangkan Zizy hanya wanita yang ingin uang ayah mereka. Dan inilah akibatnya kala semuanya terbongkar.
"Zizy, kita akan tetap menikah, ini terjadi karena kecelakaan. Aku dan dia, kami---" Kalimat Wijaya disela oleh putrinya sendiri.
"Ayah! Kenapa ayah masih menjelaskan! Tante Tia begitu cantik dan bersedia menemani ayah! Tidak seperti Tante Zizy sudah jelek, juga sering meminta uang pada ayah! Bahkan biaya pendidikanku juga dipakai untuk mengirim uang pada orang tuanya di kampung!" Teriak Kasandra, bagaikan orang kesetanan. Mengapa tidak? Dirinya menganggap karena Zizy semuanya terjadi. Dipermalukan karena tidak sekolah.
"Zizy, kamu pulang ya? Aku berjanji besok kita akan menikah." Pinta Wijaya, melirik ke arah sekitar. Semua orang mulai kasak kusuk membicarakan Zizy. Walaupun belum ada yang terlihat merekam. Walau bagaimanapun, Zizy akan menjadi tulang punggung keluarganya. Dirinya tidak boleh gegabah, sebagai manapun wanita itu mencintainya.
"Apa sudah Kasandra?" tanya Zizy, menghela napas, setelah menghapus air matanya beberapa kali berusaha tenang. Dirinya tidak pernah diperlakukan istimewa oleh seorang pria. Tidak pernah mendapatkan pernyataan cinta, kecuali dari Wijaya yang bertumbuh tambun, dengan beban dua orang anak dan pekerjaan tidak tetap.
"Tante! Aku---" Kali ini Zizy menyela kata-katanya.
"Kamu seusia dengan adikku. Karena itu aku dapat dengan mudah menyayangimu. Membawakan makanan jika aku libur bekerja. Kamu sudah usia segini pasti sudah cukup pintar bukan?" tanyanya, seangkatan Kasandra hanya terdiam, masih memandang murka.
"Aku iba, hingga menitipkan uang 3 juta per bulan untuk kalian. Mengingat kalian anak menjadi anak sambungku. Ini bukti transaksinya." Zizy mengeluarkan smartphonenya. Menunjukkan mobile bankingnya, memang ada bukti bekas transfer untuk rekening pribadi Wijaya.
"Terakhir tanggal satu saat aku gajian! Ayahmu meminta uang 3 juta, untuk biayamu melanjutkan ke SMP! Kemudian menerorku setiap hari mengatakan adikmu sakit! Tapi lihat! Adikmu baik-baik saja! Dan baca pesan ayahmu!" Bentak Zizy menyodorkan handphonenya untuk dibaca sang anak.
"72 juta sudah habis untuk keluarga kalian! Tau begitu aku sumbangkan saja pada panti asuhan. Sudah pasti akan lebih berguna!"Sinisnya menatap tajam pada anak yang tertunduk.
Kasandra mendekati ayahnya. Matanya berkaca-kaca."Apa Tante Zizy menitipkan uang untukku dan adik? Apa ayah berbohong?" tanyanya.
"Kasandra, sebenarnya ayah menggunakan uangnya untuk kita dan bunda Tia. Kasandra sayang pada bunda Tia kan?" Tanyanya, menyakinkan putrinya.
Plak!
Tapi apa yang didapatkannya? Putri tercintanya menampar Tia di hadapan umum."Tiga juta! Sedangkan ayah hanya memberi 100 ribu perbulan pada nenek. Menitipkan kami di rumah nenek, kami terkadang tidak makan. Jika beruntung hanya ada nasi kecap dan kerupuk! Kenapa tidak sekalian ayah menitipkan kami di panti asuhan saja! Daripada menjadi beban bagi nenek yang sudah tua dan sakit-sakitan!"
Suara tangisan Kasandra terdengar, dirinya benar-benar malu. Anak yang menunduk ke arah Zizy."Tante, aku minta maaf. Setelah besar nanti. Aku berjanji akan mengganti uang Tante," ucapnya.
Zizy menghela napas kasar. Jadi inilah penyebabnya Kasandra selalu membencinya."Tidak usah diganti, ini untuk nenekmu. Suruh untuk membuat jajanan atau es, antar ke warung-warung sepulang sekolah. Aku dulu juga bekerja di kebun sepulang sekolah. Sampai bisa kuliah. Kamu pasti juga bisa," ucapnya memberikan 15 lembar uang ratusan ribu.
"Terimakasih Tan..." Teriak anak itu menangis, memeluk Zizy sejenak. Sedangkan wajah sinis ibu dari Wijaya yang telah tua renta kini tertunduk terlalu malu. Mungkin dirinya juga dibohongi dan terhasut oleh putranya.
"Ayah, jangan pulang ke rumah lagi. Aku dan adik dapat berusaha mencari uang, kakek dan nenek juga akan mengerti. Semoga ayah bahagia dengan keluarga baru ayah." Ucap Kasandra yang bagaikan dipaksa dewasa sebelum waktunya, meninggalkan ayahnya yang masih berdiri mematung.
"Zizy kita akan menikah setelah ini. Kamu ingin kapan? Apa besok?" tanya Wijaya gelagapan.
"Aku bersedia dimadu. Wijaya akan adil pada kita. Apalagi anak-anak katanya sudah tidak perlu tanggungan, sudah ibu mertua yang menanggung hidup mereka. Kita hanya perlu membayar sisa biaya pernikahan nantinya. Karena uang 3 juta yang kamu berikan sebelumnya tidak cukup." Ucap Tia meyakinkan, wajahnya tersenyum bagaikan wanita yang murah hati.
Zizy mengenyitkan keningnya, menatap ke arah kedua orang di hadapannya."Aku ikhlaskan uangku. Karena kalian merebutnya dengan cara yang salah. Maka uang itu akan kembali padaku! Suamiku nanti akan lebih royal, tampan, mapan dan kaya dari suamimu!"
Brak!
Pada akhirnya Zizy menumpahkan rasa kesalnya. Menendang aset berharga milik Wijaya. Membuat malam pertama setelah pernikahan pria itu tertunda. Pemuda yang berguling dan berteriak kesakitan.
Sedangkan pengantin wanita terlihat cemas. Apa yang dicemaskannya? Tentu saja hutang biaya pernikahan yang mencapai puluhan juta rupiah. Awalnya dirinya dan Wijaya berfikir, Zizy yang jelek dan telah berusia 30 tahun akan menurut untuk menjadi tulang punggung sekaligus istri kedua.
Tapi kenyataan ini mereka dapatkan, wanita itu membawa kantong kresek merah. Meraup semua kue kering untuk tamu."Ini dibeli pakai uangku. Sisanya aku ikhlaskan agar mendapatkan yang lebih baik dari Wijaya!" komat-kamit mulut wanita yang sepedas bon cabe itu.
Barulah pada akhirnya meninggalkan pesta diikuti oleh Susan. Hingga motor melaju, sepanjang perjalanan Zizy hanya dapat tertunduk sembari menangis. Tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi.
Sudah berusaha untuk mencintai duda beranak dua yang memiliki tubuh tambun, berpenghasilan kecil. Tapi malah dikhianati demi seorang janda, apa kelas perawan begitu murah? Atau karena wajah kusamnya. Tapi ini agar dapat menyambung hidup mereka semua. Untuk masa depan.
"Jangan menangis," gumam Susan menatap iba.
Dengan cepat Zizy mengangguk."Aku ingin ke kantor saja. Tolong antar aku, aku ingin bekerja lembur. Agar lupa dengannya..." teriaknya masih menangis sesenggukan. Dua tahun bukan waktu yang singkat, untuk berusaha mencintai pria yang tidak dicintainya. Kalau tampan dan perhatian mungkin mudah untuk belajar menyukainya. Tapi ini sudah duda, gemuk, punya anak dua, cuek. Tentu saja cukup sulit untuk belajar mencintainya. Setelah mencintainya, malah menikah dengan janda. Apa memang janda selalu terdepan?
*
Apa yang dilakukan Zizy di kantor? Tentu saja bekerja untuk menghilangkan stress. Memakan kue resepsi yang dibawanya.
Satu persatu bungkus kue dibuangnya ke dalam tempat sampah. Hingga tiba-tiba pintu ruangan divisi marketing terbuka. Pemuda itu terlihat, mendekat tanpa disadari Zizy.
"Apa yang kamu lakukan di rumahku?" tanya pemuda itu dengan wajah berada di ceruk leher Zizy. Zizy yang masih fokus pada layar komputer, membulatkan matanya terkejut. Harum aroma mint yang tercium dari setiap hembusan napas seorang Valentino.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Ayu Wulan Dari Aseng
emang daerah sana Lik undangan gratis (gak Bawak amplop) ya 🤔🤔🤔
2025-04-14
0
mamae zaedan
seenak jidat kalau ngomong,,jangan mimpi 😡
2024-01-02
1
Wiwik Indrawati
lagian bodo amat g pakek logika sih
2023-11-21
0