Terbuai Sentuhan Galen

Kedua mata Loli seketika kembali membola, akibat keterkejutan yang ia rasakan. Pelupuk matanya seketika berhenti berkedip. Napas gadis malang itu tercekat.

Kedua lengan Galen turun, tak lagi bertengger di daun pintu yang tubuh Loli sandari. Namun, beralih ke kedua sisi pinggang ramping Loli, bertengger di sana, sementara Loli seketika memaku dalam cengkramannya.

Salah satu lengan Galen menelusup di sana, membawa tubuh Loli semakin mendekat ke arahnya, membuat area dada mereka saling bertekanan.

Loli terhenyak, kedua telapak tangannya bergerak refleks, meremat gemas pakaian yang Galen kenakan.

Kedua mata Galen masih terbuka, menatap wajah cantik Loli dengan tatapan dalam, mendamba. Pria tampan itu menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, kala ia menyadari ... setidaknya ... saat itu Loli tidak mendorong tubuhnya, atau menghindari ciumannya.

Tangan Galen yang lain berpindah, menahan tengkuk Loli, agar ia bisa semakin memperdalam pagutan mereka.

Dunia Loli seakan kacau saat itu juga, kala gadis itu merasa bibir lembut Galen bertaut sempurna dengan bibirnya.

Loli memaku, seakan membeku dan tidak bisa bergerak sedikitpun. Jantungnya berdebar dalam tempo yang semakin cepat setiap detiknya. Pelupuk mata berbulu lentik gadis itu kemudian mengerjap beberapa kali, mana kala ia merasakan bibir Galen mulai bergerak di atas permukaan bibirnya, memberi ******* lembut di sana, tanpa menunjukan tuntutan sedikitpun.

Loli tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Benaknya bahkan masih tidak mengerti, apa sebenarnya yang sedang terjadi padanya saat ini.

Pria tampan yang sudah ia anggap teman, sekaligus kakak dari sahabatnya itu tiba-tiba menciumnya di sana, tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu.

Lembutnya bibir Galen yang memiliki postur tipis di bagian atas, tapi sedikit tebal di bagian bawah, membuat gadis itu kehilangan kesadaran dirinya.

Loli kehilangan kontrol, baik benak atau pun perasaannya, untuk beberapa saat, sampai akhirnya kenyataan berhasil memukul keras dirinya kelewat kuat.

Alister Galen Danaswara. Pria tampan yang saat ini menciumnya adalah temannya, kakak dari sahabat dekatnya, sekaligus senior di kampus tempatnya berkuliah.

Bagaimana bisa ia hanya diam saja, dan membiarkan pria itu merampas ciumannya? Ia bahkan tidak mendorong tubuhnya untuk menjauh sejak di detik pertama permukaan bibir mereka bertemu.

Bukan hanya itu ... kenyataan bahwa saat ini ... ia mengira jika Galen berstatus sebagai kekasih dari orang lain, berhasil membuat Loli merasa panik.

"K-Ka-"

Loli mencoba membuka mulut kecilnya untuk mengatakan sesuatu seraya kembali mendorong permukaan dada bidang Galen dengan kedua telapak tangannya yang masih setia bertengger di sana.

Namun, hal itu tidak bekerja sesuai dengan apa yang ia inginkan. Daripada membuat Galen menjauh dan memisahkan pagutan, pergerakan Loli justru membuat Galen menyeringai, penuh kepuasan, sebelum akhirnya ia menjadikan tindakan Loli tersebut sebagai kesempatan.

Kesempatan bagi Galen untuk memasukan lidah dan mulai mengeksplor setiap inci dari mulut kecil Loli, mengabsen deretan gigi rapi gadis cantik itu dengan penuh semangat.

Dan sebagai gantinya ... Loli tanpa sadar mengikuti pergerakan Galen sesuai dengan ritme. Bisa dikatakan terpaksa, karena lidah dan bibir Galen mulai bergerak liar di sana, mencumbu Loli layaknya seseorang yang sedang mabuk.

Galen menekan tubuhnya pada tubuh Loli, membuat tubuh mereka benar-benar merempet, tidak memiliki jarak barang satu inci pun.

Loli tidak mengerti, apa sebenarnya yang saat ini sedang terjadi, atau lebih tepatnya tidak mau mengerti.

Gadis cantik itu tidak ingin membiarkan Galen melakukan hal ini padanya, tapi di saat bersamaan, tubuhnya memberi respon yang berlawanan dengan apa yang ia pikirkan.

Tindakan yang saat ini Galen lakukan padanya, berhasil membuat Loli hampir kehilangan akal sehat, karena tubuh dan pikirannya masih bergelut, memberikan respon yang berbeda pada setiap sentuhan Galen.

Setelah perlahan mulai memahami apa yang sedang terjadi, Loli sangat ingin sekali angkat suara, merutuki pria tampan yang telah berbuat seenaknya itu pada dirinya.

Namun, mengingat terakhir kali ia angkat suara malah memberi akses bagi Galen untuk memperlancar aksinya, akhirnya Loli mencoba membiarkan benaknya bekerja lebih keras, memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan aksi Galen tersebut.

Kedua pelupuk mata gadis itu masih terbuka lebar, meskipun sesekali mengerjap. Pandangannya ia usahakan tidak terfokus pada manik jelaga Galen, karena dirasanya, saat ini ia tidak akan sanggup untuk beradu tatap dengan pria tampan itu.

Karena ia tahu, situasinya mungkin akan canggung, jika ia menatap manik jelaga Galen saat ini. Atau hal terburuknya, bisa saja ia memilih untuk menyerahkan diri dan membiarkan Galen melakukan sesuatu lebih dari sebuah ciuman.

Setelah beberapa lama menikmati sensasi bibir yang bertaut, bahkan hampir menuju ke sesi make out, akhirnya Galen memutuskan untuk menjauhkan wajah, melepaskan pagutannya dengan Loli.

Loli membuang napas kasar, mengembuskan napas yang kembali ia tahan tanpa ia sadari di sela-sela ciuman.

Gadis cantik itu mengela napas dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan secara berulang, menyadari bahwa sedari tadi ... karena ia terlalu terkejut, sehingga membiarkan paru-parunya mengalami pengurangan pasokan udara segar.

Galen pun melakukan hal yang sama, bedanya ... ia masih memokuskan tatapannya pada wajah cantik Loli, sedangkan Loli membiarkan manik hazel indahnya menatap permukaan dada bidang Galen dengan tatapan kosong.

Harus Galen akui, meskipun bisa dibilang hanya ia yang bersemangat dan menikmati apa yang baru saja terjadi, ia sama sekali tidak menyesal.

Memabukan, itulah kata pertama yang melintas dalam benak Galen kala dirinya berhasil menikmati lembut dan manisnya bibir Loli.

Galen tersenyum manis, lalu mengusap lembut permukaan bibir Loli yang basah dengan ibu jari tangannya.

Loli akhirnya menengadah, setelah dirasanya deru napas dan degup jantungnya perlahan sudah mulai seimbang.

Memiliki pertarungan sengit antara benak dan perasaan, akhirnya Loli memberanikan diri untuk menatap wajah dan manik jelaga milik Galen.

Pupil mata gadis cantik itu gemetar, bergerak acak, menelisik tatapan yang Galen tujukan padanya.

Ada rasa senang yang terpancar dari tatapan Galen, membuat Loli terdiam beberapa saat.

'Sadar, Lol. Cowok di depan kamu ini tuh berkemungkiman besar udah punya pasangan!'

Saat kebenaran itu menyadarkan dirinya sendiri dan terucap dalam lirihan batin, seketika Loli memutuskan untuk mendorong tubuh Galen dengan sekuat tenaga.

Tindakan yang dikakukannya, kali ini sukses membuat Galen menegakan tubuh dan mengambil dua langkah mundur, menjauh.

Melepaskan salah satu lengannya yang masih bertengger di pinggang Loli dan tangan lainnya yang masih menyentuh lembutnya permukaan bibir bawah gadis itu.

Loli menatap Galen dengan tatapan tajam beberapa saat, sebelum akhirnya memutar tubuh, hendak membuka pintu dan segera ke luar dari sana.

Namun, pergerakannya terhenti, manakala ia merasakan salah satu pergelangan tangannya digenggam dan sedikit ditarik.

"Mau ke mana?"

Tentu Loli tahu, siapa yang saat itu tengah menggenggam pergelangan tangannya, karena di dalam ruangan sempit tersebut, hanyalah ada dirinya dan Galen.

Loli kembali memutar tubuh, menghadap ke arah Galen, lalu menundukan pandangan, menatap pergelangan tangannya sesaat. "Bisa gak, Kakak lepasin tangan aku?"

Dingin, datar dan menunjukan ketidak sukaan, itulah nada suara yang Loli gunakan untuk bertanya pada Galen.

Galen mempererat cengkramannya pada pergelangan tangan Loli. "Gak mau."

"Aku bilang lepasin!" pekik Loli seraya menghentakan tangan, berharap hal itu membuat Galen melepaskan dirinya.

Namun, sayangnya hal itu tidak terjadi, karena Galen yang keras kepala, tidak ingin membiarkan Loli pergi begitu saja, terutama saat ia mengingat, apa sebenarnya yang baru saja terjadi.

"Nggak. Gue nggak mau ngelepasin lo."

"Kak Galen ... jangan main-main kayak gini, dong."

"Apa lo nyesel? Lo marah, karena gue baru aja nyium lo?"

Loli terdiam beberapa saat sembari menatap Galen dengan tatapan sendu yang sulit sekali diartikan. "Bukannya jawabannya udah jelas? Kak Galen sadar sama apa yang baru aja Kakak lakuin?"

"Gue sadar. Sangat-sangat sadar. Dan gue tahu, lo juga tahu apa yang baru aja terjadi. Bukan cuman gue yang nikmatin itu di sini, tapi lo juga, Lol."

Loli menundukan pandangan seraya menggigit bibir bawahnya secara perlahan. "Kak Galen udah punya pasangan, tapi kenapa Kakak tetep ngelakuin ini ke aku, Kak?"

Tatapan Galen semakin lekat, diikuti garis rahangnya yang menegas, menunjukan betapa marahnya ia saat ini, setelah mendengar apa yang baru saja Loli katakan. "Siapa yang bilang kalo gue punya pasangan? Kalau emang ia lo mikirnya gue udah punya pasangan, terus kenapa lp gak ngehempas atau ngedorong gue sejak awal?"

Lagi-lagi jawaban seperti boomerang yang Galen berikan terhadap pertanyaan Loli. Saat di club seminggu yang lalu pun, Galen mengatakan hal yang sama.

Tidak memberi sebuah konfirmasi, atau membenarkan, jika saat ini ia sudah memiliki pasangan atau tidak, sebenarnya.

Sungguh, hal itu lah yang menjadi faktor utama, mengapa Loli menjadi bimbang. Meski tidak menampik sudah sejak lama ia memiliki ketertarikan terhadap Galen, sebenarnya.

"Aku udah nyoba Kak. Aku udah nyoba buat dorong Kakak, tapi Kak Galen nggak ngelepasin aku!"

Tatapan Galen melembut kala ia menyadari, bahwa saat itu manik hazel indah Loli tiba-tiba berkaca-kaca.

Loli menundukan pandangannya lagi seraya membuang napas kasar, mencoba melupakan rasa frustrasinya. "Kak Galen udah bikin aku ngerasa kalau aku udah jadi perampas pasangan orang lain secara nggak langsung, karena udah biarin Kakak naruh perasaan ke aku Jadi tolong Kak ... gak usah memperburuk semuanya. Aku nggak mau nyakitin perasaan Kak Galen, atau pun pasangan Kakak, nantinya."

"Tapi lo suka sama gue, Lol. Gue yakin, perasaan di hati lo buat gue itu masih ada."

Dulu sekali, sebenarnya Galen dan Loli pernah menjadi sangat dekat, bahkan hampir menjalin sebuah hubungan asmara, tapi ... kemudian, Galen tiba-tiba menjaga jarak, hingga membuat hubungan dekat mereka jadi merenggang.

Kini dua insan manusia yang pernah sama-sama menaruh rasa yang sama di hati mereka pada satu sama lain itu, kembali semesta sekatkan, melalui sebuah insiden yang membuat Loli terpaksa meminta bantuan Galen, agar Galen berpura-pura sebagai kekasihnya di hadapan Kevin.

"Terus? Apa kalau aku suka sama Kak Galen-" menjeda perkataan, Loli menengadah, mempertemukan pandangannya lagi dengan Galen. "aku dibolehin buat ngerebut Kakak dari pasangan Kakak?"

"Gue bisa mutusin hubungan gue. Asal lo bener-bener mau jadi milik gue."

Loli terkekeh miris. "Akhirnya Kakak ngaku juga, kalau ternyata bener ... Kakak udah ngejalin hubungan sama seseorang"

Menunduk, menyeka kasar wajahnya yang seketika basah diderai air mata yang hadir mebersamai rasa sesak di hati menggunakan punggung tangan, Loli membuang napas kasar seraya memejamkan pelupuk matanya rapat-rapat untuk beberapa saat. Gadis itu lalu mengangguk gamang. "Kak Galen bener. Aku emang suka sama Kakak, tapi itu gak bisa bikin aku bisa sesuka hati aku ngerebut Kakak dari pasangan Kakak. Aku gak mau jadi orang ketiga yang jadi alesan hancurnya hubungan yang lagi Kakak jalanin sekarang, Kak."

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!