Melarikan Diri

Kala Loli belum sempat membiarkan benaknya mencerna apa yang sebenarnya terjadi, Galen dengan cepat meraih salah satu pergelangan tangan Loli, sebelum akhirnya ia menyeret tubuh gadis itu untuk berlari bersamanya, secepat mungkin menyusuri koridor kampus.

"Hey! GALEN! Mau lari ke mana lo?!" pekik gadis yang Loli sebut bernama Tasha, yang sebelumnya juga meneriakan nama Galen.

Galen menoleh ke belakang sesaat. "Loli, cepetan larinya."

"Sebenernya ada apa sih, Kak? Kenapa ngelariin diri dari Tasha, terus nyeret aku lagi?"

"Ntar bakal gue jelasin, Lol. Buat sekarang, kita harus pergi sejauh mungkin dari cewek gila itu."

Sementara Galen dan Loli berlari, disusul oleh Tasha yang mencoba mengikuti ke arah mana Galen dan Loli pergi, Dara, Naya dan Galang yang masih ada di sana, hanya bisa melongo menatap ketiganya.

Galang membuang napas kasar. "Dia pasti bikin onar lagi," kerutuknya, pada sang kakak.

"Like big brother like the little one. Dua-duanya sama-sama suka bikin onar," sarkas Dara seraya memutar bola matanya malas.

"Tapi kenapa Bang Galen harus bawa Loli juga sih larinya?" Naya bertanya dengan polosnya, masih tidak mengalihkan pandangan dari arah di mana Galen dan Loli menghilang, tertelan jarak.

Galang menoleh ke arah Naya, lalu berjalan mendekat ke arah gadis cantik itu. Ia tersenyum, kemudian melingkarkan salah satu lengannya di leher Naya, mengunci kepala gadis itu.

"Ah. Hey! Kamu mau ngapain, sih?!" pekik Naya, sedikit terkejut.

Galang masih tersenyum. "Ayo ke kelas. Kita punya jadwal bareng di jam pertama."

Naya memukuli lengan Galang yang melingkar di lehernya secara berulang. "Lepasin dulu tangan kamunya dong, Lang! Aku nggak bisa napas. Dasar oon!"

Galang mengindikan bahu, kelewat acuh. "Ayok pergi," katanya, sembari sedikit melonggarkan kunciannya pada kepala Naya, memberi ruang agar gadis itu tidak terlalu tercekik.

Tanpa membuang banyak waktu, Galng menyeret tubuh Naya pergi bersamanya untuk berjalan ke arah kelas.

"Mereka tuh nggak nyadar apa gimana sih, kalau gue masih di sini? Temen no have akhlak emang." racau Dara, bertanya pada dirinya sendiri, sembari mengacungkan jari telunjuk di depan wajahnya.

Dara menundukan pandangan sesaat, lalu menoleh, menatap sosok Naya dan Galang yang perlahan menjauh dari pandangan. "Hey! Tungguin dong! Tega banget kalian, ninggalin!"

"Ogah. Gak mau!" tukas Galang dengan suara yang meninggi.

"Yeh, gue gak ngomong sama lo tuh. Gue ngomong ke Naya."

"Naya kan lagi sama gue. Dia gak butuh lo, Ra."

"Oh, shut up!"

Orang-orang yang ada di koridor saat itu turut menyaksikan apa yang terjadi di sana. Bahkan tidak sedikit dari mereka memberi tatapan aneh, baik pada Galen, Loli, atau pun pada yang lainnya.

Namun, keributan yang terjadi di area kampus, jika sedang ada kakak beradik itu, nampaknya tidak begitu asing bagi penghuni kampus tersebut, karena sudah terlalu sering terjadi.

Jadi mereka tidak begitu ambil pusing, atau bahkan kadang menganggap hal tersebut sebagai hiburan, tontonan di saat mereka bosan dan jenuh dengan kegiatan kampus.

Sementara Dara, Nara dan Galang pergi ke kelas mereka, Loli dan Galen masih berlari di dalam area kampus, mencoba secepat mungkin menjauh dari Tasha yang masih setia pula mengejar mereka dari belakang.

"Hey! Galen, tunggu!" pekik Tasha seraya melambai-lambaikan salah satu telapak tangannya ke arah Galen, kala dua tungkainya ia buat bekerja keras, berlari secepat yang ia bisa.

Galen melirik Tasha sesaat. "Fu-ck! Kenapa tuh penyihir larinya cepet banget, sih?" gumamnya.

Pria tampan itu mempererat cengkramannya di pergelangan tangan Loli, memastikan bahwa gadis itu masih berlari bersamanya, tidak tertinggal.

"ALISTER GALEN DANASWARA!"

Galen menoleh lagi ke arah belakang, dan mendapati ia tidak melihat Tasha di sana, namun masih mendengar suara dari teriakan gadis yang masih mengejarnya itu.

"Ke sini," bisik Galen seraya menarik tubuh Loli bersamanya, memasuki sebuah ruangan kecil yang diperuntukan untuk menyimpan peralatan kebersihan.

Galen memutar tubuh, menyandarkan punggungnya setelah menutup pintu ruangan tersebut rapat-rapat.

Loli menundukan pandangan, berusaha mengatur deru napasnya yang memburu, terkesan berat dan terengah-engah.

Galen pun melakukan hal yang sama. Ia melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Loli.

Tubuh keduanya saling berdempetan, dikarenakan ruangan yang saat itu mereka tempati terbilang cukup sempit, karena banyak sekali barang di dalamnya.

"H-hey! Ap-" "Sshhh!" bisik Galen, memotong perkataan Loli, membuat Loli menengadahkan pandangan.

Dan kala gadis itu melakukan hal tersebut, tiba-tiba ... Galen menukar posisi tubuh mereka, membuat Loli lah yang kali ini menyandarkan punggungnya di daun pintu, bersamaan dengan kedua lengan Galen yang bertengger juga di sana, mengunci tubuh Loli.

Kedua mata Loli membola, menatap Galen yang berdiri dalam jarak yang begitu dekat dengannya dengan tatapan penuh keterkejutan.

Galen menatap Loli dengan tatapan lekat. "Pelanin suara lo. Ngomongnya jangan kenceng-kenceng ...," bisiknya lagi, memperingati, seraya membungkukan sedikit tubuhnya, agar mulutnya setara dengan level telinga Loli.

Embusan napas hangat menyapu permukaan kulit leher Loli, membuat gadis cantik itu seketika terdiam dengan persendian di sekujur tubuhnya yang menegang.

Loli menelan ludah dengan susah payah sembari mengerjapkan pelupuk matanya secara berulang dengan pergerakan yang begitu lugu, menggemaskan.

Deru napas gadis cantik itu masih kacau dan tak beraturan, ditambah jarak tubuh Galen yang sangat dekat dengannya, membuat debar jantungnya pun memiliki tempo yang sama kacaunya.

Loli menenggerkan kedua telapak tangan mungilnya di area dada bidang Galen. "K-kak Galen ... bisa gak agak mu-mundu-" "ALISTER GALEN DANASWARA?!"

Belum sempat Loli merampungkan perkataan, gadis itu dibuat sedikit terhenyak dan terdiam seketika, kala suara Tasha kembali terdengar dari arah luar sana.

"Gue tau lo sama cewek itu lari ke sini. Ke luar sekarang! Jangan ngumpet kalian, ya!" pekik Tasha, terdengar jelas, memberi isyarat bahwa gadis itu berada dalam jarak yang dekat dengan ruangan yang saat ini Galen dan Loli tempati.

Galen dan Loli sama-sama mematung, mendengarkan suara Tasha yang sesekali tercampur dengan derap langkah dan benturan highheels yang gadis itu kenakan.

Kedua mata Loli membola, menatap dada bidang Galen yang tersuguhkan tepat di hadapan, membuat Loli tidak menyadari, bahwa saat itu Galen tengah menatap dirinya dari arah samping dengan tatapan lekat pun dalam.

Galen tidak bergerak sedikit pun, masih terdiam dengan posisi yang sama, dalam jarak yang begitu dekat dengan Loli.

"Damn it! Gue nggak akan biarin lo lolos lain kali," kerutuk Tasha dari arah luar, sebelum akhirnya suara derap langkah dari benturan highheels yang gadis itu kenakan, terdengar memelan dan menjauh dari sana.

Loli memejamkan pelupuk mata seraya mengembuskan napas yang tanpa ia sendiri sadari sempat ia tahan beberapa saat, dengan satu kali hembusan kasar, sebagai pertanda bahwa ia merasa sedikit lega.

Gadis cantik itu memukul pelan permukaan dada bidang Galen dengan salah satu telapak tangannya yang mengepal. "Hey! Kakak harus jelasin ke aku, apa yang sebenernya terjadi?" bisiknya.

Loli menoleh cepat ke samping kirinya, dengan niat ingin bertatap muka langsung dengan Galen.

Gadis cantik itu kembali terdiam seketika. Ia tertegun saat mendapati jarak wajahnya dan Galen begitu dekat, ditambah saat itu Galen tengah menatap dirinya dengan tatapan lekat ... tatapan lekat yang sangat sulit dibaca.

Pupil mata Loli gemetar, bergerak acak, menatap wajah Galen dengan seksama, mencoba menerka atau membaca, ekspresi yang kala itu wajah Galen tunjukan padanya.

Loli berdehem canggung seraya menundukan pandangan, lalu memberi sedikit dorongan di permukaan dada bidang Galen dengan kedua telapak tangannya yang masih bertengger di sana. "Kayaknya Tasha udah pergi, Kak."

"Terus?" Galen bertanya, sekenanya, tanpa mengkhiraukan tindakan Loli yang jelas-jelas memintanya untuk sedikit menjauh.

Loli perlahan kembali menengadahkan pandangan, memberanikan diri untuk beradu tatap dengan Galen. "B-bukannya, kita harusnya udah bisa ke luar sekarang?"

Galen tersenyum manis. "Bisa."

"Terus kenapa Kakak masih nggak gerak?"

"Solanya ... gue gak mau gerak," tandas Galen dengan entengnya seraya mengalihkan fokus dari pandangannya yang semula terarah ke mata Loli, menjadi ke area bibir tipis berwarna merah muda milik gadis itu.

Loli memutar bola matanya malas. "Nggak usah bercanda deh, Kak. Geser dong. Biar aku bisa gera-"

Lagi-lagi, Loli tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan perkataannya, bukan karena Galen menyelanya, tapi karena Galen saat itu membungkam mulut kecil Loli dengan bibirnya.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Rosee

Rosee

semangat thooor

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!